our choice

15 3 18
                                    

"see you guys!"

Setelah icen menutup pintu dorm, zahra membereskan bekas makan mereka dan mencuci piring yang memang tugas abadi nya.

Octa membuka ponselnya dimana ada notif dari kesayangannya, huang renjun.

런쥔: kamu sibuk? aku ingin bertanya sesuatu
: Ah, sepertinya kamu sibuk ya😅
19.38

You: maaf aku baru membuka pesan mu😭 aku sibuk dengan teman-teman ku tadi
You: apa yang kamu mau tanya?
21.05

"Yahh kalian sih ngajak ngobrol nya lama banget, gue kan jadi kelupaan renjun ngechat"keluh octa.

Sella menyerinyit tidak terima, "lah lo juga tadi kan curhat ke kita, ya masa giliran yang lain cerita lo main hape"

"Yaa tapi kan--"

"WOY Ini gue lagi masak ramyeon ada yang mau sekalian ga?"potong zahra yang tiba-tiba muncul dari dapur.

"Gue!"

"Gue!"

"Okay! Lanjutkan adu mulut nya"

"Bocah prik"

Let's play ball~ Let's play ball~ Yo you're my universe verse verse verse

"RA ADA YANG NELPON NI"teriak sela

"Bisa selow kaga si lu, si zahra di dapur bukan di goa" octa mengusap kupingnya yang pengang, sedangkan sella hanya bergidik acuh, mungkin masih kesal.

Zahra berlari mengambil ponselnya, panggilan dari Abang nya ternyata.

"Yeoboseyooo"

"yoseyo yoseyo, samlikum bego"

Zahra menjauhkan sejenak ponselnya, baru aja nelpon udah di gas.

"Iya iya, Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh brother"

"kumsalam"

Untung sabar.

Zahra diam menunggu abangnya berbicara, namun sudah tiga menit ia hanya diam.

"Halo? Bang?"

"Halo, kenapa?"

"Harusnya aku yang nanya gitu, kenapa nelpon?"

"Eh iya juga, ini loh abang mau nikah"

"Ohh nikah--EH?! NIKAH? SERIUSAN?"

"Buseh toa nya kenceng amat sih, iya gua nikah. Nah mamah pengennya nunggu lu pulang. Nah lu kapan bisa pulang nya"

Zahra terdiam. Mereka baru empat bulan disini, dan beasiswa ini hanya menanggung biaya pulang pergi sebelum dan setelah lulus kuliah.

Dan saat ini dia belum berpenghasilan.

"emm... aku... belum tau kapan bisa pulang, emang abang rencananya kapan nikahannya?"

"Niatnya sih 3 bulan lagi, karna kan mau lamaran dulu. Jadi lu gimana? Beneran ngga bisa?"

Zahra menggigit bawah bibirnya, padahal ia sangat ingin melihat abangnya menikah. Tapi... sepertinya keadaan tidak mengizinkan nya.

"Bang... Aku minta maaf banget... Kalau boleh jujur aku juga pengen banget dateng liat secara langsung Abang nikah... tapi tenang aja aku bakal usahain buat bisa dateng ya"

Mata nya mulai memerah menahan tangis, sella dan octa yang ikut menyimak pun mulai mengusap bahunya menegarkan.

"Ra... Abang faham, kalo gaada biayanya mending ga usah maksain ya. Nanti biar abang yang jelasin ke mamah"

We're dreamiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang