→★←***
"Etdah kalian tega banget ama gue, harusnya tunggu gue lulus dulu baru kita daftar barengan"
Ketiganya hanya terkekeh mendengar rengekan gadis termuda diantara mereka ini. Icen memang ingin cepat-cepat kuliah bersama mereka sayangnya ia masih harus meluluskan SMK nya. Derita adik kelas sendirian yaa begitulah.
"Nanti gue mau nyari sekolah nya jisung ah disana, terus minta fotbar deh kirim ke lo biar lo panas"ledek sella membuat Icen mengerucutkan bibirnya sebal.
"Gaada akhlak lo"
Mereka terdiam sesaat, sampai akhirnya zahra menatap mereka aneh.
"Kenapa jadi kalem gini? Ga cocok banget, sumpah"
Ketiganya menatapnya datar, sekalinya zahra buka suara omongannya selalu membuat mereka mengelus dada.
"Lo kalo ngomong suka tepat banget, herman"sahut Octa.
Sella lantas mencubit lengan octa membuatnya meringis pelan.
"Aduh, apasih njir, sakit ihh"
"ITU NAMA AYAH GUE NJIR"teriaknya kesal.
"Yee maap typo"balas octa menunjukkan cengirannya.
Sella mendengus kesal, pikirannya menerawang tentang kehidupan mereka di Korea nanti. Kemungkinan bertemu bias disana sepertinya kecil namun apa salahnya berharap, yakan?
Namanya juga kpopers, bukan mikirin pelajarannya malah mikirin bias-nya. Tak apalah yang penting mereka bisa mengimbangi antara ngefangirl dan pendidikan, betulkan?
"Kalo nanti kita di Korea kita bakal ketemu siapa aja ya? Kira-kira bakal ketemu Yoongi ga? Atau Yeonjun? Eh mungkin Felix?"ujar sella menerawang.
Octa terkekeh geli "Jangan berharap terlalu tinggi La, mereka ga bisa asal pergi di Korea bisa-bisa abis dikerumunin sama fansnya"
Icen menjentikkan jarinya setuju "Nah! Makanya jangan kebanyakan halu lo!"ledeknya dibalas tatapan tajam dari sella.
"Awas aja lo! Pokonya jisung gue pepet di Korea"
Icen sontak menepuk pundaknya kesal, enak saja suami online nya ingin direbut begitu saja. "Suami gue anjir! Urusin bang Agus aja sana!"
Sella tersenyum tipis "Kalo bisa dua kenapa harus satu?"ucapnya mendapat pukulan keras dipundaknya. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Icen?
"AWAS LO! AGUS GUE AMBIL POKONYA"
"Mulut kalian bukan pake pita suara tapi pake toa masjid ya?"ujar Zahra datar. Ketiganya hanya dapat mendengus lelah, mulut pedasnya sedang mode on.
"Mending diem lo Ra. Diem"
"Oh iya, udah pada izin ke orangtua? Gimana respon nya?"tanya zahra.
Octa mengangguk disertai senyuman bahagianya "Gue diizinin! Tapi yaa gitu pasti bakalan sering diceramahin setiap hari"
Zahra ikut melebarkan senyumnya "Gue juga kayaknya sih diizinin"
Icen menoleh bingung "Kok kayaknya?"
"Iyaa, soalnya mamah gue sama bapa gue ngga bilang 'iya' mereka cuma kasih wejangan gitu ke gue"jelasnya dibalas dengusan dari Icen.
"Itu mah secara ngga langsung berarti lo diizinin"
"Binih bang agus gimana?"tanya Icen beralih pada sella.
Sella yang merasa ditatap mengangkat kepalanya yang tertunduk, ia berusaha tersenyum meskipun hatinya resah.
![](https://img.wattpad.com/cover/245187194-288-k630789.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
We're dreamies
Ficción GeneralKisah indahnya hidup dan berkuliah di Seoul National University, Korea Selatan. Kuliah gratis tanpa beban biaya namun penuh dengan beban hidup karena perbedaan budaya. Life goes On, Let's live On. This is Our Dreams, And I hope it's gonna be come tr...