--Seoul Internasional Airport--"Ini bandara?"
"Bukan, Pasar Senen"
"Lah sekarang kan hari Jumat"
"Emangnya ini pasar?"
"Bukan"
"Yaudah berarti ini apa?"
"Pasar Jumat, bener?"
Octa hanya bisa tersenyum miris mendengar percakapan absurd kedua temannya, baru dua kali terbang saja sudah begini apalagi nanti saat hidup bersama?
Mungkin Octa akan menjadi orang yang lebih waras diantara mereka.
"Kasian, mana masih muda"gumamnya pelan.
Mereka baru sampai di bandara Seoul setelah sebelumnya terbang dari tanah air ke Bandara Incheon,Korea dan diberikan arahan dari pihak beasiswa.
Zahra mendengus, lelah juga menanggapi sella yang otaknya tertinggal dibagasi.
"Udah, bego nya ditunda dulu, taksi nya udah nunggu"tukas Zahra mengajak dua temannya memasuki taksi.
"Ta, kasih alamatnya gih"suruh zahra memberikan secarik kertas berisi tujuan mereka.
Octa menggeleng lalu mendorong pelan tangan zahra. "Lo aja yang kasih, supir nya ngga mirip Renjun"
Tersenyum paksa, Zahra akhirnya maju memberikan kertas tersebut. Padahal dalam hatinya ia sudah mencak-mencak menahan kesal.
'kapan gue punya temen waras'batinnya
Zahra duduk disamping supir karna sella dan octa sudah terlebih dulu duduk dibelakang, memang mereka kompak dalam hal julid-in temen.
"Did you all a students?"tanya supir taksi itu, walau wajah nya tertutup masker namun dapat ditebak supir itu masih muda.
(Apa kalian semua pelajar?)
"Yes, we are student"
(Iya, kami pelajar)
Supir itu mengangguk lalu melirik zahra sebentar "From which country? You all looks like Asian people"
(Dari negara mana? Kalian terlihat seperti orang asia)
Zahra menoleh lalu tersenyum ramah " Hm, we are Indonesian, did you know about our country?"
(Iya kami dari Indonesia, apa kamu tau tentang negara kami?)
Mata sipit itu semakin membentuk garis, supir itu ikut tersenyum sepertinya.
" Of course, I ever gone to Jakarta"
(Tentu saja, aku pernah ke Jakarta)
Zahra menatapnya terkejut, hebat sekali seorang supir taksi pernah keluar negri seperti itu.
"Woah that's great, what kind of Indonesian that you loves?"
(Wah keren, apa yang kamu suka dari Indonesia?)
"You--Oh I mean the weather, yaa the weather"
(Kamu--Oh maksudku cuacanya, yaa cuacanya)
Zahra mengangguk setuju, cuaca di Indonesia memang lebih baik daripada di Korea.
Suasana berubah hening setelahnya. Merasa bosan, zahra mengambil ponsel bercasing foto V Bts itu untuk menjelajahi dunia maya.
Mobil itu berhenti sejenak karna lampu merah, merasa diperhatikan, Zahra menoleh pada supir taksi yang terus menatap ponselnya dari samping. Ia menarik ponselnya, menyembunyikannya dihoodie tanpa terlepas dari wajah supir yang gugup karna merasa tercyduk itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
We're dreamies
General FictionKisah indahnya hidup dan berkuliah di Seoul National University, Korea Selatan. Kuliah gratis tanpa beban biaya namun penuh dengan beban hidup karena perbedaan budaya. Life goes On, Let's live On. This is Our Dreams, And I hope it's gonna be come tr...