Sella memutar ponselnya dengan tatapan kosong. Di otaknya penuh pertanyaan mengenai keberangkatannya ke Korea bulan depan."Mamah pasti ngizinin, kalau ayah..."
"Apa ayah bakal setuju?"
Ia mendengus kesal, mengusak rambutnya lalu menatap daftar nama yang lolos dalam tes akhir beasiswa itu. Disana tertera namanya seperti yang ia impikan selama ini namun mengapa setelah tercapai ia malah bimbang?
"Sella! Makan dulu nih"teriak mamanya.
Sella tersenyum berusaha tenang agar siap untuk membicarakan semuanya pada orangtuanya. Tidak ada lagi yang harus dirahasiakan karna ia benar-benar ingin meraih mimpinya dan membanggakan orangtuanya dengan kerja kerasnya sendiri tanpa membebani mereka.
"Mah"
Sella duduk dihadapan mama nya yg tersenyum manis, ia meneguk saliva nya susah payah saat ayahnya menatap tajam kearahnya.
"Kenapa Yah?"tanya sella heran, ayahnya menggeleng kembali memakan makanannya.
Sella adalah anak tunggal dan merupakan satu-satunya harapan dikeluarganya maka dari itu ia selalu berusaha menjadi lebih baik lagi demi masa depannya.
"Mah"ujar sella setelah menghabiskan makanan nya.
Sella meremas jarinya mengatasi gugupnya agar kuat menerima apapun reaksi orangtuanya.
"Sella diterima beasiswa ke Korea mah, yah."
Hening. Tak ada siapapun yang menyahut, mamah nya hanya menatapnya dalam menunggu kelanjutan ceritanya.
"Sella pernah cerita kalo mau kuliah diluar negri kan? Nah, sella lulus tes nya dan keberangkatannya bulan depan ke Korea mah, yah."
"Jadi...."
Srekkk
Ayahnya berdiri dengan tatapan datar melangkah pergi begitu saja ke kamarnya tanpa mengatakan apapun.
Mamah nya tersenyum, mengusap sudut matanya yang berair kemudian mengelus pelan rambut sella dan pergi menyusul suaminya.
Menunduk, sella menempelkan dahinya pada meja makan, memejamkan matanya berusaha membendung tangisnya walaupun tetap saja air mata itu terjatuh ke lantai.
'Apa ini jawabannya?'
***
"Pa, Mah"
Zahra duduk disamping adiknya, menggaruk tengkuknya gugup lalu kembali menatap orangtuanya.
"Kenapa Ka?"tanya Bapa nya
Ia berdehem pelan "Ehm, gini... Emm... Aku..."
"Itu loh, Kaka lulus beasiswa yang ke Korea terus berangkat nya bulan depan Pa, Mah"
Bukan, itu bukan Zahra yang menjelaskan. Melainkan adik laki-laki nya. Ikram.
Zahra menepuk pundak adiknya kesal, apa-apaan bocah ini main memotong saja.
"Diem dulu ngapa Kram, maen nyerobot aja kamu mah"kesalnya. Ia beralih menunggu respon orangtuanya yang mengerutkan keningnya kompak. Respon macam apa ini?
"Emm gimana Mah, Pa?"tanyanya.
"Emangnya bisa kamu hidup sendirian disana? Disini bangun subuh aja susah apalagi disana coba"ujar mamah nya.
"Bi-bisa kalih, kan belum dicoba"jawabnya ragu.
Bapa nya mengulurkan tangan, mengacak rambutnya lembut lalu tersenyum senang. "Kalo kamu yakin bisa hidup disana yaa bapa mah ngebolehin aja, soalnya kan nanti kamu yang jalanin. Asalkan kamu bisa jaga diri sama jaga solatnya"

KAMU SEDANG MEMBACA
We're dreamies
General FictionKisah indahnya hidup dan berkuliah di Seoul National University, Korea Selatan. Kuliah gratis tanpa beban biaya namun penuh dengan beban hidup karena perbedaan budaya. Life goes On, Let's live On. This is Our Dreams, And I hope it's gonna be come tr...