21. Perjuangan

92 18 0
                                    

Pagi ini Juna dibangunkan oleh ketukan super barbar yang ia duga pasti berasal dari Ara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini Juna dibangunkan oleh ketukan super barbar yang ia duga pasti berasal dari Ara. Ketukan gadis mudah diidentifikasi karena ketukannya mirip seperti debt collector yang menagih utang. Sebenarnya, Juna juga tidak tahu bagaimana ketukan dari debt collector, tetapi setidaknya jenis ketukan gadis itu mirip seperti debt collector yang ada di sinetron televisi ikan terbang.

Laki-laki yang mengenakan kaos tanpa lengan dan celana boxer itu turun dari ranjang dengan tergopoh-gopoh. Ia melihat jam dan mendapati kalau ternyata itu bukan pagi, tetapi tengah malam. Dalam hati ia berseru, "Wah, cewek ini beneran gila. Bisa-bisanya tengah malem ke rumah cowok." Padahal, secara teknis mereka adalah sahabat.

Juna membuka pintu tanpa menyadari kalau penampilannya tidak layak untuk dilihat oleh Ara. Bisa dibilang Juna setengah telanjang karena kaos tanpa lengan yang digunakan laki-laki itu sangat tipis sehingga Ara bisa melihat jelas kulit Juna yang dilapisi baju itu.

"Happy birthday." Suara Ara semakin pelan di bagian akhirnya. Ia langsung menutup matanya dan batal menyanyikan lagu selamat ulang tahun. "Pakai baju dulu, Juna!"

Juna melihat penampilannya sendiri kemudian ia bertanya dengan santai, "Gue udah pakai baju. Otak lo aja yang enggak beres."

Tanpa terduga Arab malah berteriak. “Bun, Juna-nya nggak mau pakai baju.”

Teriakan Ara membuat jurnal melotot. Ia langsung menutup pintu dan segera mengenakan kaus yang lebih pantas. Ketika ia keluar, barulah Ara menyanyikan lagu selamat ulang tahun hingga selesai. Tidak lupa, Juna mengakhiri lagu tersebut dengan meniup lilin. Bunda tidak turut hadir di sana, tetapi Juna tahu kalau kue yang ada di tangan Ara adalah buatan Bunda.

"Nggak modal banget ya, lo jadi temen." Juna mencabuti lilin yang ada di atas kuenya.

"Heh, kurang modal apa gue? Nih, ya. Gue kasih tahu, gue udah izin ke Mama dari seminggu yang lalu untuk datang ke sini tengah malem. Terus gue juga udah capek-capek berkoordinasi sama Bunda buat nyiapin kue dan sekarang lo ngatain gue nggak modal? Nggak tahu diri banget lo!"

Melihat Ara yang merepet tanpa rem, membuat jurnal gemas. Ia mengusap puncak kepala gadis itu, kemudian ia tersenyum hingga kedua lesung pipinya tercetak dalam dan matanya menyipit hingga menyerupai bentuk bulan sabit.

"Kok, lo jadi sering banget ngusap kepala gue?" Ara mendongak saat bertanya. Perbedaan tinggi mereka memang menggemaskan. "Jangan-jangan ini jurus buat gue biar nurut, ya? Jangan sering-sering pegang kepala gue!" Ara berseru karen Juna terus mengusap puncak kepalanya.

"Kenapa takut baper, ya?" Juna bertanya, masih dengan senyum bonus lesung pipi di wajahnya.

"Baper? Udah sih kayaknya."

Juna yakin kalau ia tidak salah dengar. Seketika, wajahnya yang memang sudah tersenyum, berubah menjadi lebih cerah.

"Tapi kayaknya loh ya. Kayaknya, nggak usah ge-er duluan." Ara langsung memasang kembali tembok besarnya.

Keluargaku ter-Taekwondo ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang