00

1.1K 90 6
                                    

Adena Yumna wakil ketua osis mengikuti kegiatan ketua osis kini berhadapan dengannya yang menopang dagunya sambil memainkan pena sambil fokus pada kertas di depannya.

Ia tak mengetahui jika Satya diam-diam menatapnya sambil tersenyum kecil. Melihat gadis disukainya berada di depannya membuatnya semakin gigih melakukan tugasnya.

Hal yang Satya sukai dari Adena adalah ia merupakan anak pendiam, mandiri dan tegas. Meskipun begitu, ia hanya mengeluarkan sisi lembutnya pada temannya.

Satya juga harus bersaing dengan laki-laki lain ingin mengejar Adena, bukan kakak kelas sahaja bahkan adik kelasnya juga menyukainya.

Adena bukanlah mudah untuk didekati, terlalu cantik hingga membuat para pemuda tidak sanggup membiarkan jantung mereka bekerja setiap mereka mendekati Adena.

Adena mendongak, sedari tadi Satya menatapnya. Segera melepaskan kaca matanya lalu mengelap kaca tersebut lalu memanggilnya, "Kak Satya."

Namun Satya masih dalam pikirannya sendiri. Adena miringkan kepala dan memetik jarinya, "Kak Satya."

Panggilan itu membuyarkan lamunannya dan matanya mengunci netra iris Adena kini memandangnya juga, "ya Adena, kenapa?"

"Kamu sakit?" Adena bertanya seiring tangannya menyentuh dahi Satya kini kemerahan sebabkan tersipu. "Wajahmu agar kemerahan, sebaiknya kita ke tempat lain, atau tubuhmu semakin kedinginan." Selesai kata, Adena mengemas kertas-kertas serta tugasnya lainnya.

Satya hentikan Adena guna menahan pergerakan tangannya, "tidak, aku tidak sakit." Adena menaikkan sebelah keningnya, "Benarkah?" tanyanya dengan nada khawatir.

Pemuda itu mengulas senyum saat mendengar suara Adena khawatir tentangnya. Ia menjauhkan tangannya dari pergelangan Adena. "Ya, benar," Satya menyakinkan dirinya akan baik-baik saja.

Adena masih menatapnya dengan tatapan khawatir lalu hembus nafas dan mengangguk kepalanya. "Kalau kamu benar-benar deman, akan aku habiskan kamu di sini," ancam Adena seraya menatapnya dengan tajam.

Satya mengangguk patuh, dengan sedikit semangat menjadi sebab ia kembali mengerjakan tugasnya bersama Adena.

Meskipun mereka tidak seumuran, Adena terkadang keceplosan memanggilnya namanya atau berbicara tegas dengannya jika bersangkutan dengan tugas-tugas begini.

Adena selalu memakai kacamata bulatnya membuat ia semakin pesona. Namun jika terlepas ia pasti lebih sangat cantik.

"Adena," panggil Satya menekan pipi gadis di depannya untuk menarik perhatiannya. Sudah hampir masuk kelas, namun Adena masih tidak menyadarinya.

"Adena Yumna," panggil Satya sekali lagi. Namun Adena menepis pelan jari telunjuknya. "Nanti," katanya tanpa lihat Satya mengerucutkan bibirnya diam.

"Adena sayang."

Adena mendongak, dengan kerutan terlihat di dahinya. "Ya, ada apa, kak Yardan?" Senyuman terbentuk di bibir Adena membuat Satya ikut tersenyum.

"Ayo, waktu sudah hampir masuk kelas." Ucap Satya lembut sambil menunjuk arlojinya pada Adena. "Apakah kamu yakin bisa membawa semua ini? Omong-omong kamu bisa memanggil teman lelakimu— siapa namanya?"

Adena Yumna • Sunghoon Yuna ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang