08

103 34 3
                                    

Adena memainkan telefonnya, teman-temannya mulai mendekatinya. Bertanya apakah tangannya tidak apa-apa. Adena membalas dengan senyuman sambil mengatakan tidak apa-apa.

Yasmine di sampingnya, menopang dagu menatap Adena. "Mengapa aku tak tahu kalian menjalin hubungan?"

Adena menoleh mendengar ucapannya. "Dia memintaku merahasiakannya, aku juga tak tahu dia bakal selingkuh."

"Berani-beraninya dia selingkuh pada Adena yang dikagumi satu sekolah!" Ujar laki-laki dibelakangnya dengan nada tinggi.

Adena berdecih, "Tidak baik menguping pembicaraan orang." Gadis itu kembali memainkan teleponnya saat kelasnya kembali biasa.

"Yumna, ketua osis mencarimu." Yuna mendongak mendengar rakan sekelasnya lalu menoleh ke ambang pintu di mana Satya berdiri menatapnya tanpa ekspresi.

Adena beranjak, tetapi Yasmine menahannya. "Tapi kenapa tiba-tiba dia kemari? Bukankah bisa mengirim pesan lewat telefon?" Adena mengedikkan bahunya sebelum mendekat ke arah Satya.

"Ada apa?" Tanya Adena tanpa basa-basi. Satya melihat pergelangannya masih diperban. "Masih sakit? Sudah ganti perbanmu?"

Adena menggeleng, "Aku..sulit membalutnya. Nanti aku akan menyuruh Yasmine gantikannya." Satya mengatup bibirnya setelah mendengar ucapan Adena.

Adena menaikkan sebelah keningnya, "Itu saja?" Dia mengangguk pelan, dia mendekatkan wajahnya ke telinga Adena yang sempat tertegun akibat wajah mereka terlalu dekat.

"Jaga dirimu baik-baik." Bisiknya berlalu pergi meninggalkan Adena dengan jantung berdebar-debar di sana.

Rakan sekelasnya langsung heboh melihat Satya berbisik pada Adena yang masih bengong di tempatnya hingga ia tersadar setelah bahunya digoyangkan oleh Yasmine.

"Hei, Yumna! Kau tak apa-apa?" Yasmine bertanya dengan nada khawatir melihat temannya. Adena menyeringai bodohnya, "Maaf, sedikit bengong mendengar ucapan Satya tadi."

Sean hampiri Adena, "Ada apa?" Tanyanya tiba sambil membawa tong sampah setelah membuang sampah.

"Tadi Satya membisikkan sesuatu pada Adena—" Adena mendekap mulut Yasmine dengan kedua tangannya sambil tersenyum kecil pada Sean yang mengecilkan matanya curiga.

"Hehe, bukan apa-apa." Yasmine menjauhkan tangan Adena kemudian menatap Adena tajam. "Daripada soal itu," Adena menatap Yasmine dengan tatapan memohon. "Bisakah bantuku ganti perbanku?"

"Astaga!" Yasmine segera meminta izin pada ketua kelasnya. Menarik lengan Adena untuk mengikutinya.

Adena dan Yasmine berjalan menuju ke ruangan kesehatan melewati kelas-kelas satu persatu. Setelah itu Yasmine membuka pintu kemudian meminta Adena duduk di pinggir bibir ranjang.

"Kenapa kau belum gantikannya?" Tanya Yasmine tak percaya. Tetapi seharusnya ia tak perlu terlalu kaget mendengarnya. Karena gadis itu sering melupakan tentang dirinya.

Kepala dia dianggukkan, "Aku lupa tetapi beruntung Kak Yardan mengingatkanku." Yasmine menaikkan sebelah keningnya, "Sejak kapan kau memanggilnya dengan nama itu?"

Adena mengedikkan bahunya, menatap perban di tangannya dibuka pelan, "Aku mudah terbawa emosi tanpa sadar aku memanggilnya seperti itu. Tapi jangan khawatir, ia sama sekali tak marah."

"Kau sama sekali tak berubah," ujar Yasmine terkekeh gemas sebelum mengambil perban baru untuk membalut pergelangan tangan temannya.

Adena mengulas senyum, "Kau benar. Aku sama sekali tak berubah," katanya setengah berbisik. Yasmine mendengar itu segera mendongak, "Bukan berarti kau adalah anak yang jahat."

Adena Yumna • Sunghoon Yuna ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang