03

187 46 2
                                    

Wulan melihat dua insan ia kenal. Dia sama sekali tidak menyangka jika Adena dan Satya berada di sana.

Hatinya terasa sesak melihat pakaian mereka juga sama. Adena menyadari perubahan ekspresinya, kemudian berkata, "Sudahlah, duduk dan pesan makananmu."

Seperti biasa, Adena mengeluarkan sikap tegasnya. Satya tentunya tak suka di sampingnya. Hanya bisa diam tanpa mengeluarkan sepatah kata.

Adena yang peka keadaan cuma buang nafas. Tiada gunanya, juga. Adena membuka tasnya saat merasakan gemetar. Gadis itu mengeluarkan telefon dari tasnya. "Aku permisi."

Adena hilang dari pandangan Wulan. Ia mengulas senyum pada Satya kini pandang Adena menerima panggilan. "Kak Satya, sedang apa di sini?"

"Berkencan." Satu kalimat cukup membuatnya rasa sakit. Wulan mengulum bibirnya dan tidak hendak bertanya lagi yang akan menambahkan rasa sakitnya.

Sudah terlihat jelas, mereka berdua sedang kencan. Dan Wulan menganggu kencan mereka. Gadis itu meremas ujung bajunya, menahan diri untuk tidak menjatuhkan air bening dari pelupuk matanya.

Wulan memang sensitif. Hal-hal kecil juga dia akan menangis.

Adena berjalan mendekat dan kembali duduk. Satya menatapnya, seakan bertanya siapa yang hubunginya tadi. Adena juga memandangnya sebelum pandangan itu tertuju pada Wulan kini tunduk.

"Raydan hubungiku, dia akan datang tak lama lagi," jelas Adena menyimpan kembali telefonnya. Satya dengan ekspresi muramnya mendengar nama lelaki lain selainnya.

Satya tahu kalau Raydan juga menyukai Adena. Hampir semua lelaki menyukainya. Kecuali temannya, Sean.

Adena pernah melampiaskan rasa marahnya pada Satya ketika Sean menggodanya di saat ia kedatangan tamu. Yang dimarahi cuma terdiam, berkali-kali mengulungkan kalimat yang sama; maaf.

"Wulan, kenapa kamu menundukkan kepalamu?" Adena bertanya lalu pandangannya ke Satya yang kembali mengubah ekspresi kosong. "Apakah Satya mengacuhkan kamu?"

"Tidak—" Satya mengatupkan bibirnya setelah lihat tatapan tajam daripada gadis itu. Adena meletakkan kacamatanya kemudian menopang dagunya.

"Kekasih kakak tidak menjemput Kakak?" Satya menatap Adena dengan pandangan terkejut. Tidak pernah mengetahui fakta tentang Adena memiliki kekasih.

Wulan satu-satunya tahu hubungan dirinya dan Kamal. Karena dirinya merupakan tetangga Kamal.

"Sudah putus," jawab Adena malas. Wulan tak percaya. Adena memutuskan hubunganya dan Kamal. "Tetapi kenapa? Dia kelihatan orang yang baik."

"Kalau tentang itu memang benar. Tetapi dia tak serius menganggapi hubungan. Apa gunanya?" Tentu Adena menutupi kebenaran dari Wulan.

Dan dia hanya tak mau Kamal dipandang buruk oleh Wulan.

Pelayan pun tiba membawa makanan ini telag menyelamatkan Adena daripada Wulan hampir menanyakan apakah alasannya.

"Terima kasih." Adena menyungging senyum apabila melihat makanan kesukaannya tiba. Dia langsung memakan tanpa mengeluarkan kata lagi.

Satya juga begitu. Dirinya fokus makan sementara Wulan memainkan sendok nya sendiri. Kedatangan Raydan yang mengembangkan senyumannya melihat Adena sendirian di sana sementara di depannya dua orang berbeda kelamin.

Raydan berjalan lalu mendudukkan dirinya di samping Adena. "Kamu menganggu orang berkencan, Na." Adena mengernyit heran, "omong kosong." Katanya setengah mengunyah.

Raydan tergelak, kemudian memandang piring Adena. "Nasi goreng spesial hati, aku mau!" Lelaki itu membuka mulutnya lebar-lebar, menunggu dirinya disuapi Adena.

Adena Yumna • Sunghoon Yuna ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang