7 Masa Lalu?

4K 631 99
                                    

"Jadi hp kamu ketinggalan diruangannya?"

"Memangnya kenapa?" Rossie memeluk Dylan mesra seperti biasanya. Berpura-pura polos dan tak tau apa-apa. "Kok kamu tahu?"

"Boss kamu angkat telfon aku, dia seperti sedang bercinta ketika mengangkatnya." Dylan memeluk Rossie seraya memberitahu kegundahan hatinya. "Kamu nggak mungkin ngelakuin itu kan?"

Rossie tersenyum kecut mendengar kata-katanya. Dylan memintanya untuk setia, tapi dibelakangnya berselingkuh dengan Olivia selama dua tahun? Tak masuk di akal sama sekali. Rossie merasa bodoh karena telah membuang waktu untuk pria brengsek sepertinya selama ini.

"Asal kamu setia, aku akan setia." Bisik Rossie seraya tersenyum.

Dylan sedikit takut mendengarnya. Asalkan ia setia? Apa jika Rossie tahu perbuatannya, wanita itu akan meninggalkannya? Atau selingkuh dengan pria lain untuk membalasnya?

"Aku pasti setia." Balas Dylan spontan.

"Aku percaya kamu sayang. Oh iya, kamu udah makan?" Rossie bertanya seraya beranjak menuju dapur.

"Belum."

"Aku masakin ya? Aku cariin resep dulu." Rossie beranjak mengambil ponselnya, lalu mulai berselancar di sosial media untuk mengunjungi akun yang menyediakan resep-resep simple untuk memasak dinner.

Dylan terseyum menatap Rossie masih sehangat biasanya. Ia bersyukur bahwa pemikirannya tidak benar. Memang sangat tidak mungkin Rossie berbuat seperti itu.

Pria itupun berjalan mendekat lalu memeluk kekasihnya dari belakang. Rossie sebenarnya merasa jijik dengan perlakuan Dylan. Pembohong yang sangat terlatih. Tidak heran jika profesinya sebagai artis.

Dylan tiba-tiba mengangkat tubuh kecilnya, seraya mencium bibirnya. Dylan membawanya kesebuah sofa lalu menindihnya disana. Jika ini terjadi sebelum ia tahu segalanya, mungkin Rossie akan menyesalinya seumur hidup.

Ketika jemari Dylan mulai merayap membelai pahanya, Rossie buru-buru menahan pergerakan itu. Ia menggeleng pelan, lalu bangkit dengan segera.

"Kenapa?" Dylan menahan pergerakan Rossie dengan erat.

"Aku belum siap." Cicit Rossie pelan.

Dylan mengangguk mengerti lalu menarik Rossie kedalam pelukannya kembali. "Maaf."

"Tidak, aku yang harus minta maaf, tapi aku benar-benar takut dan belum siap."

"Its okey sayang." Dylan mencium keningnya mesra.

"O iya, kamu suka handphonenya? Aku pilihin warna biru, kesukaan kamu."

"Suka banget!" Rossie menunjukkan ponsel yang sejak tadi ia pegang. "Makasih ya?" Cicitnya seraya melirik pesan yang ia kirim kepada Jacob. Pria itu tidak membalasnya sama sekali. Padahal ia sudah mengirim berbagai pertanyaan dan perhatian. Kenapa sih, Jacob susah sekali dimengerti?

"Kalau kurang suka bilang aja ya?"

"Kamu pulang jam berapa?" Tanya Rossie tidak seperti biasanya. Dylan dapat merasakan itu. Kenapa Rossie tidak menahan kepergiannya seperti biasa?

"Aku nginep!" Ujar Dylan sinis, lalu kembali memagut bibirnya dengan begitu panas dan mesra.

Rossie berteriak dalam hati. Dulu ketika ia masih sangat mencintainya, Dylan acuh. Sekarang disaat ia sudah tidak peduli, pria itu menjadi sangat posesif dan aneh. Apa maunya?

Jika seperti ini, ia tidak dapat bermanja-manja kepada Jacob malam ini. Merebah di dada bidangnya sudah menjadi candu untuk Rossie sekarang.

"Aku masak dulu, lepasin aku." Rossie perlahan melepas pelukan mesra Dylan yang biasanya sangat ia sukai. Dylan sendiri merasa ada yang aneh, ini kali pertama Rossie menolak pelukannya.

SelingkuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang