“Winwin sudah mendapat pendonor yang dengan siap mendonorkan hati dan juga ginjalnya. Melihat data yang kita dapat, kecocokan keduanya 80%. Ini akan sangat bagus untuk Winwin,” jelas dokter itu membuat Chanyeol dan juga Wendy tersenyum bahagia.
Wendy mengelus rambut Winwin dan mencium keningnya. Anaknya sedang tertidur lelap dalam pengaruh obat setelah tadi mengalami kritis.
“Kalian sangat beruntung karena pendonor datang pada waktu yang tepat, kalau begitu saya permisi dulu untuk menyiapkan oprasi besok. Jika terjadi sesuatu pada pasien, langsung panggil dokter yang ada.”
Chanyeol segera menghampiri Winwin, menatap wajah damai putra sulungnya yang sangat dia sayangi.
Sangat bersyukur karena ada orang baik yang mau mendonorkan organ penting untuk anaknya.
“Sayang, apapun ayah bakal lakuin buat kebahagiaan kamu,” ucap Chanyeol.
“Winwin, kamu harus tetep kuat dan bertahan ya? Bunda sama ayah janji bakal ngajak kamu kemanapun yang kamu mau. Kamu harus kuat ya? Sebentar lagi kamu bakal sembuh,” ucap Wendy yang terus mengusap rambut sang anak.
“Kamu mau kemanapun bakal ayah sama bunda usahain. Asal kamu sembuh ya nak. Setelah sembuh kita bakal main dan seneng-seneng lagi,” tambah Chanyeol.
“Winwin, ayah sama bunda sayang banget sama kamu.”
---
Renjun kembali ke ruang rawatnya dengan Doyoung yang mendorong kursi rodanya. Luka di tubuhnya masih belum sembuh, banyak perban yang menempel di tubuh Renjun.
Kecelakaan malam itu, Renjun alami karena kepalanya yang tiba-tiba sakit dan keseimbangan dirinya hilang.
Pandangan Renjun saat itupun tiba-tiba menghitam membuat Renjun menabrak pohon ditikungan.
Tabrakannya sepertinya kuat, karena seingat Renjun saat itu dirinya sedang dalam kecepatan maksimal.
Entah apa nasib motornya kalau sekarangpun nasibnya seperti ini.
“Ren, selama ini lo nyembunyiin apa lagi dari gue dan sahabat-sahabat lo?” tanya Doyoung lirih.
Iya, Renjun dirawat oleh Doyoung. Karena Doyoung bekerja di rumah sakit ini dan saat Renjun di bawa ke rumah sakit, Doyoung lah yang dengan siaga langsung mengobati Renjun dan mengecek kesehatan Renjun.
Tapi bukan kesehatan akibat keecelakaan, justru fakta lain yang Doyoung dapat. Yang tentunya sangat membuat dirinya sedih.
“Maksudnya bang?” tanya Renjun, mencoba pura-pura tidak mengerti.
“Sejak kapan Ren? Sejak kapan lo tumor? Stadium 3. Ren, itu—“
Renjun tersenyum, “udah lah bang. Setiap orang juga punya penyakit kan?”
“Ren..”
“Toh sebentar lagi gue bakalan sehat, gak akan ngerasain sakit lagi. Iya kan bang?”
Doyoung terdiam, ucapan-ucapan Renjun kembali teringat olehnya. Sejak tadi malam sampai sekarang, tak ada habisnya Renjun membahas tentang dirinya yang juga ingin di sayang oleh kedua orang tuanya, tentang dirinya yang ingin memeluk Winwin.
“Bang, apa ayah sama bunda bisa sayang sama gue juga kaya ke kak Winwin?”
“Bang, apa boleh gue peluk kak Winwin?”
“Kak Winwin lebih di sayang sama ayah sama bunda bang.”
“Kak Winwin harus sembuh. Itu harapan ayah sama bunda.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjun Juga Pengen Bahagia [END]
Fanfiction"Kata kak Doy, lelaki itu boleh nangis. Tapi kata ayah, lelaki gak boleh cengeng. Cengeng sama nangis itu, beda kan? Jadi, Renjun boleh nangis kan?" Gak ada bahagia yang mudah untuk ditemukan. Tapi bahagia itu datang, tanpa kita sadari. Hanya saja...