Renjun dan Winwin, adik kakak yang sangat bahagia. Anak dari pasangan Wendy dan Chanyeol. Keluarga mereka cukup bahagia. Tidak ada kekurangan, dalam hal materi atau apapun. Saling menyayangi satu sama lain, tapi, itu yang memang seharusnya keluarga lakukan bukan?
“Sudah berapa kali aku katakan untuk tidak berlari-lari? Astaga kalian berdua ini,” desis Chanyeol saat melihat kedua anaknya saling berlarian, mengejar satu sama lain.
“Ayah, kakak yang menjahili Renjun,” keluh Renjun, putra bungsu mereka.
Sedangkan kakaknya, Winwin hanya tertawa mendengar Renjun yang mengadu pada kedua orang tuanya. Mencubit kedua pipi Renjun saking gemasnya pada sang adik sampai Renjun mengaduh kesakitan karena cubitan Winwin yang mulai terasa panas di kedua pipinya.
“KAKAKKKKK!!”
Winwin segera berlari menjauh sebelum mendapat pukulan yang tidak seberapa dari sang adik.
“RENJUN GAK AKAN NGIJININ KAKAK TIDUR DI KAMAR RENJUN LAGI!!” teriak Renjun yang sudah berhenti berlari karena lelah mengejar Winwin.
Winwin berhenti, tertawa lalu berbalik menatap Renjun, “bukannya kamu ya yang mohon ke kakak supaya kakak tidur dikamar kamu karena kamu takut ada hantu dari lemari sama kolong kasur kamu dan nyakitin balon kuning peliharaan kamu yang udah kempes itu?”
“KAKAK IHHH, NAMANYA LOLI!!”
Renjun yang akan kembali mengejar Winwin membuat Winwin terkejut kala dengan tiba-tiba ada truk yang kehilangan kendali dan masuk ke area taman, tepat dari arah belakang Renjun.
“RENJUNNNN!!!”
BRAKKK!!
“WINWIN!!! RENJUN!!!!”
“KAKAKKK!!”
---
Renjun duduk memperhatikan kedua orang tuanya yang menangis, melihat sang ayah yang memeluk menenangi sang bunda. Sedangkan Renjun duduk sendiri dengan pakaian yang tidak dapat dikatakan baik, sama seperti sang ayah. Penuh darah.
Ceklek!
“Dok, bagaimana keadaan anak saya?” tanya Chanyeol khawatir.
Sang dokter menghela napas, “oprasinya berhasil, anak anda selamat. Hanya saja, mungkin anak anda tidak dapat berjalan sementara. Itu lebih baik untuk masa pemmulihannya. Jangan paksakan kakinya.”
“Memang, apa yang terjadi dok?” tanya Wendy.
“Terdapat pecahan kaca yang tertancap di kedua kakinya. Tadi kami berusaha untuk mengeluarkan semuannya. Tapi demi kebaikan anak anda, diharapkan anak anda tidak berjalan sampai bekas oprasi dan kakinya benar-benar sudah kuat.”
“Anak saya tidak akan lumpuh kan dok?”
Dokter tersebut menggeleng, “tenang saja, ini hanya untuk kebaikan masa pemulihannya. Kakinya masih dapat berfungsi dengan baik. Anak anda sudah boleh dijenguk, tapi saya mohon untuk menjaga ketenangan, pasien masih butuh istirahat.”
“Terimakasih dok.”
Renjun menatap percakapan tersebut dengan pandangan bingung dan mata yang polos. Dia tidak mengerti apa yang dibicarakan kedua orang tuanya dengan paman berbaju putih yang sering disebut dengan dokter itu.
Setelah dokter pergi, Renjun dapat melihat kedua orang tuanya yang dengan cepat masuk ke dalam ruangan dimana Winwin dibawa tadi, meninggalkan Renjun yang bingung harus berbuat apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjun Juga Pengen Bahagia [END]
Hayran Kurgu"Kata kak Doy, lelaki itu boleh nangis. Tapi kata ayah, lelaki gak boleh cengeng. Cengeng sama nangis itu, beda kan? Jadi, Renjun boleh nangis kan?" Gak ada bahagia yang mudah untuk ditemukan. Tapi bahagia itu datang, tanpa kita sadari. Hanya saja...