Renjun menghela napas, menatap arena balapan malam ini tanpa minat. Pikirannya melayang kemana-mana. Dia khawatir dengan keadaan kakaknya. Tapi Renjun benar-benar enggan bertemu dengan keluarganya.
“Ren, kalau lo pening gini, gue gantiin aja deh,” tawar Jeno. Khawatir saat menyadari wajah Renjun yang sedikit pucat.
Jaemin dan Haechan yang mendengar itu langsung mengalihkan pandangan dan ikut menatap Renjun khawatir.
“Gue bisa, santai.”
“Tapi lo pucet Ren,” ucap Jaemin.
Renjun menggeleng, mulai mengenakan helmnya, “tenang aja. Gue pastiin sekarang kita juga bakalan menang.”
“Kalah menang kita gak perduli Ren. Kalau lo sakit, bisa bahaya ke lo juga,” ucap Haechan.
“Gue gak papa, gue kuat kok.”
Renjun mulai berjalan ke arah motornya, untung beberapa hari lalu dia tidak membawa motornya ke rumah dan meminta Haechan mengantarnya pulang.
Jadi saat kejadian itu, Renjun tidak harus pulang dulu hanya untuk mengambil motornya.
Renjun menghela napas dan mulai menaiki motornya, menatap yakin ke arah depan.
Dia tidak boleh kalah.
“Ready?”
Renjun dan juga lawannya saling beradu suara motor untuk memberi tahu bahwa keduanya sudah siap.
Perempuan di tengah mereka mulai menghitung, dan tepat saat hitungan ketiga, dia melempar kain di tangannya.
Renjun dan lawannyapun langsung melesat dengan kecepatan tinggi.
Dalam beberapa meter, Renjun masih memimpin. Renjun sama sekali tidak mengurangi kecepatannya, dia harus memenangkan pertandingan malam ini.
Renjun tidak ingin mengecewakan teman-temannya.
Tiba tiba saja dalam beberapa detik Renjun hampir kehilangan kesadarannya, nyaris saja dia keluar dari jalur. Entah kenapa, tiba-tiba kepalanya terus berdenyut.
“Plis, jangan sekarang.”
---
Haechan terus menatap jalur arena dengan khawatir, menunggu Renjun sampai ke garis finish.
Tapi malah lawannya yang terlihat dan melewati garis finish terlebih dahulu. Haechan bahkan tidak melihat tanda-tanda Renjun akan muncul mendekati garis finish.
Jeno, Jaemin dan Haechan panik bukan main karena sudah cukup lama tidak melihat Renjun yang akan muncul.
Haechan segera mendekati lawannya yang sedang berpesta kemenangan, “dimana Renjun?”
Lawan mereka cukup terkejut dan mengedarkan pandangannya saat menyadari Renjun belum juga kembali, “jujur dari awal gue kalah jauh sama Renjun. Bahkan gue udah pesimis kalau gue bakal menang. Gue sendiri kaget dia belum muncul.”
“Lo gak liat dia?” tanya Haechan.
Lawannya menggeleng, “karena udah kalah jauh gue milih nyerah dan lewat jalur lain. Gue pikir Renjun emang udah sampe.”
“Sial,” desis Haechan.
Jeno, Jaemin dan Haechan langsung menaiki motor mereka masing-masing dan masuk ke dalam jalur. Mencari Renjun pada jalur arena yang sudah ditentukan.
Ketiganya berhenti kala melihat ada kerumunan juga ambulans yang baru saja datang. Haechan panik bukan main kala melihat motor Renjun yang sudah rusak, tepat di depan pohon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjun Juga Pengen Bahagia [END]
Fiksi Penggemar"Kata kak Doy, lelaki itu boleh nangis. Tapi kata ayah, lelaki gak boleh cengeng. Cengeng sama nangis itu, beda kan? Jadi, Renjun boleh nangis kan?" Gak ada bahagia yang mudah untuk ditemukan. Tapi bahagia itu datang, tanpa kita sadari. Hanya saja...