–Tentang Kazutora dan Chifuyu–
Keluarga yang hancur, seperti kaca yang dibanting hingga pecah berkeping-keping.
Sang kepala keluarga selalu bertindak kasar disaat pendamping hidupnya melakukan kesalahan, masalah yang kecil selalu di besarkan dan masalah yang besar... hancur sudah hati sang puan.
Keduanya sama sama egois jika berpendapat saat sedang berbicara serius, terutama disaat mendiskusikan akan masuk sekolah mana Kazutora Hanemiya ini?
Sang ibu menginginkan anaknya masuk sekolah swasta agak pintar dan disiplin tetapi sang ayah menginginkan anaknya masuk sekolah biasa saja karena biaya sekolah swasta lumayan besar.
Masalah saat itu bagai misteri yang keduanya egois berpendapat, tidak ada selesai nya jika keduanya tidak ada yang mengalah.
Banyak lagi masalah masalah lain yang benar benar membuat sang tuan marah besar. Di hina nya sang pendamping hidup karena ia lihat Istri nya sedang jalan dengan orang lain, di bentaknya dengan perkataan kasar, di lukainya fisik maupun hati milik sang puan sampai pada akhirnya ia mengatakan kata "cerai".
Kazutora yang selalu mendengarkan merasa takut, syok dan hal hal lain yang ia rasakan. Ketakutan awalnya itu hanya takut biasa saja, hanya takut kehilangan seorang ayah.
Namun, disaat dua belas tahun ia melihat dengan mata kepala sendiri kalau ibunya meminum racun—bunuh diri—karena mengetahui sang mantan suami sudah meninggal.
Trauma, si cantik ini Trauma. Ia kehilangan semuanya, ia kehilangan yang disayang.
Dan datanglah Baji Keisuke dalam kehidupan nya, diberinya perhatian lebih karena Baji merasa anak ini butuh perhatian, selalu menyenangkan disaat Kazutora ini teringat masa lalunya, dan Baji berjanji kalau dia akan selalu berada disisinya sebagai seorang sahabat.
Hidup Kazutora di hantui dengan perginya orang yang disayang. Traumanya sampai saat ini, tapi semakin lama mulai hilang perasaan itu. Di masa dewasa ini ia juga sudah tidak ada lagi merasakan perasaan sakit hati karena orang tua, namun sakit hatinya itu karena Baji sendiri. Tapi menurutnya, sesakit hatinya dia terhadap Baji lebih sakit hati lagi dimasa ayah dan ibunya sering bertengkar.
Ia sudah memaafkan masa lalu, hanya Trauma nya saja yang selalu membuatnya tidak ingin kehilangan yang disayang nya saat ini—Baji dan Chifuyu. Namun, rasa sayangnya kepada Chifuyu mulai menjadi rasa benci.
Hembusan angin di masa lampau sangat kencang, gumpalan kapas agaknya tengah marah sehingga saling membentur menciptakan kilat yang kuat dan nyaring bunyinya. Tak hanya awan yang marah, disebuah kediaman terdapat kedua orang yang bertengkar.
Ada anak kecil yang sedang bersembunyi dibalik selimut, sekujur tubuhnya yang bergetar menandakan ia ketakutan. bersembunyi didalam kamarnya untuk menghindari suara suara ribut diluar sana.
"Lihat dia sudah memecahkan beberapa piring!!!"
"Dia masih kecil!!! Kamu juga yang salah kenapa anak kecil disuruh cuci piring?!!"
"Jangan selalu memanjakan nya!!! Dia itu sudah besar!! Dia harus belajar mandiri mulai dari sekarang!!!!"
"Dia baru berusia enam tahun?!!!"
Liquit bening ingin sekali jatuh dari kelopaknya namun sang empunya tidak mengizinkan, ditahan rasa sakitnya di dada, tak boleh menangis karena merasa dirinya sudah dewasa.
Semakin amarah kedua orang itu memuncak, semakin marah pula langit yang dihiasi kelabu saling bertabrakan. Kedua ciptaan tuhan itu sedang dilanda emosi, yang satu karena izin Tuhan dan yang satunya karena perasaan.
Padahal, hanya masalah kecil. Namun, sang puan selalu membesar besarkan masalah seakan akan anaknya itu sudah mengerti apa yang harus dilakukan.
Tubuh kecil itu semakin menciut dikarenakan
"CHIFUYU ITU HARUS MANDIRI!!! WALAUPUN DIA ANAK TUNGGAL DIA GA BOLEH MANJA!!!"
"TAPI DIA MASIH KECIL! MASIH PERLU BANYAK BELAJAR!!! TIDAK SEMUANYA HARUS DIA KERJAKAN KARENA DIA ANAK TUNGGAL!!! KAMU SEBAGAI ORANG TUA HANYA INGIN ANAK MU MANDIRI SEJAK DINI TAPI TIDAK DENGAN ILMU YANG DIBERI?!!!"
Semesta akhirnya memutuskan untuk membuat kedua orang itu terpisah, ditanya lah si pemilik netra tosca itu, "ingin mengikuti siapa?".
Chifuyu kecil menjawab, "ikut mama, karena mama yang melahirkan aku".
Namun saat menginjak dewasa, sejujurnya ia menyesali apa yang ia pilih dahulu.
Kehidupan setelah sang ibu menikah lagi dengan lelaki lain, semakin berat. si pria adalah pekerja kantoran biasa, dan tidak ada tanda tanda ia akan naik jabatan. Sang puan tidak bisa memiliki anak lagi dikarenakan penyakit kista. Walaupun begitu, pria yang sekarang dinikahi mau saja menerima apa adanya. Dengan syarat anak tunggalnya harus sukses agar kelak mereka bisa hidup bahagia dengan kemewahan.
Impian seorang anak ini adalah seorang seniman yang hebat, melukis dengan imajinasi yang mengalir dan bisa menyampaikan perasaannya lewat lukisan. Menurutnya itu sangat keren. Tapi saat ia di terima di Universitas yang ada jurusan Seni nya, sang ibu marah besar, dan sang tuan mulai membenci nya.
"BISA BISANYA KAMU MENGAMBIL JURUSAN SENI YANG TIDAK ADA APA APANYA ITU?! MAU JADI APA KAMU KALAU NGAMBIL JURUSAN ITU?!"
"Sudah kubilang ambil jurusan bisnis! Supaya kamu bisa mengenal bisnis!!! Aku ini ayah kamu loh?! Tidak ingin menuruti?! Dasar anak tidak berguna"
Kalimat dari pertakaan itu pastikan membuat hati Chifuyu hancur berkeping keping. Tapi ia tetap sabar, ia jalani semuanya dengan senyuman, ia ingin menjadi seniman maka dia lakukan, tidak peduli ucapan keduanya meskipun selalu menjadi bahan pikiran.
Chifuyu itu hatinya sudah hancur, namun ia perbaiki lagi dengan lakban—segala hal yang mengasikkan yang membuatnya selalu tersenyum— agar terbentuk semula, tapi dirasa percuma saja. Ia harus bersikap kuat didepan banyak orang, ia harus mengeluarkan senyum manisnya agar tak dikira habis menangis setelah membaca pesan sang ibu.
Si manis ini ingin hidup tanpa ditentang seperti ini, rasanya sangat menyakitkan, sungguh menyakitkan mendengar ucapan orang tuanya yang sampai membuat dirinya harus terus kuat meskipun yang didalamnya sudah rusak.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY?! [END]
Lãng mạnKetika tatapan mereka bertemu, aku sudah menyadari benih benih cinta itu tumbuh. Aku takut, kehilangan orang yang ku sayang itu sudah menjadi trauma bagi ku. Akankah aku dapat merasakan kasih sayang yang tulus? |Baji...