Pagi-pagi kamu sudah meyambutku. Dari kejauhan aku sudah bisa melihat tubuhmu yang jangkung dengan berbalut hem kotak-kotak hijau tua, celana jeans coklat dan sepatu vans hitam. Senyummu semakin mengembang saat montorku sudah mulai mendekat tempatmu duduk. Ah sialnya pagi ini kenapa tempat parkir yang tersisa kosong hanya disebalah montormu.
"hallo tuan putri",
sapa mu dengan senyum mengembang di bibir. Lagi dan lagi kamu hobby sekali merusak tatanan kehidupanku. Sudah seminggu aku melakukan ritual untuk membencimu, mendoktrin dipikiranku bahwa kamu bukanlah untukku. sayangnya semua benteng itu runtuh hanya dalam beberapa detik dengan senyum dan sapaanmu. Ini bener-bener gila dan tidak masuk akal. Rasa ingin mengutuk dan marah dengan sendiri kini semakin memuncak.
"Sudah dibilang jangan bermain cinta" itu yang sekarang sedang diucapkan oleh logika. Dan kini hari-hariku mulai di isi lagi dengan kehadiranmu, sapaanmu, ajakan makan, main bareng, dan pulang bereng. Bodohnya dengan mudah aku memperbolehkan kamu masuk dikehidupanku begitu saja. Iya bodoh, itu mungkin satu kata yang tepat untuk diriku sekarang. sudah di ingatkan "jangan maju, tetap diposisimu" tapi rasa ingin tetap bersamamu ini terlalu bandel untuk dilepaskan.
Tunggu!!!! ini belum dipuncaknya kebahagian.
entah karena apa tiba-tiba kamu ngilang lagi. perasaan sakit yang kedua kalinya kini semakin terasa. seperti sudah diajak terbang diatas tapi sampai atas ditinggalkan. sakitnya bukan main.Bukan cinta namanya jika tidak rumit,
Bukan cinta namanya kalau gak bikin bahagia dan sakit
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan di akhir November
Fiksi RemajaCinta dan hujan.. Dua hal yang sama sama tidak pernah bisa ditebak kapan datangnya dan kapan bisa redanya. Aku pikir hujan ditahun ini tidak akan datang, namun ternyata aku salah. Dia datang begitu deras melebihi hujan yang dulu. Bahkan sang...