Zianda 9: A Promise

207 31 0
                                    

Beberapa hari yang lalu Doya sudah buat janji dengan Ara untuk membawa Ara main ke kampusnya sebagai bentuk membalas kebaikan Ara yang sudah mentraktir Doya sewaktu datang ke kampusnya Ara.

Beda dengan waktu Doya datang ke kampus Ara dengan Kakak dan Abangnya, kali ini Doya menjemput Ara dari kampusnya Ara sendirian.

Memang jaraknya tidak bisa dibilang dekat juga, tapi yang namanya janji tetap harus ditepati kan?

Memang antara Doya yang mengebut membawa mobil atau jalanan memang lagi lengang jadinya tau-tau aja si Doya udah sampai di depan fakultasnya si Ara.

Doya memang sengaja tidak mau turun dari mobil, selain dikarenakan cuaca yang lagi panas banget, Doya juga malas kalau dia harus diperhatikan sama anak-anak di fakultasnya Ara.

Sebenarnya Doya hidup di era dimana mahasiswa yang punya handphone dan mobil pribadi itu sudah dikategorikan keluarga sendok emas.

Soalnya handphone dan juga mobil bisa dikategorikan ke dalam kebutuhan tersier alias kebutuhan untuk memiliki barang-barang mewah dan memenuhi kebutuhan untuk meningkatkan harga diri.

Jadi tidak heran, dengan adanya mobil yang 'wah' untuk anak muda pada zamannya membuat Doya lebih memilih menunggu Ara di dalam mobil.

Doya tidak suka kelihatan sombong sebenarnya. Tapi dia datang ke kampus orang lain dengan pakai mobil pribadi saja sudah bisa dibilang sombong. Suka tidak sadar keadaan memang si Doya ini.

Balik lagi dengan Doya yang masih setia menunggu Ara selesai dengan urusan kampusnya.

Sebelumnya sewaktu di eventnya Jayden kemarin, Doya sudah membuat janji sama Ara untuk mengajak Ara main ke kampusnya dia. Udah janjian bakal ketemuannya hari ini tapi lupa janjian untuk menentukan waktunya. Doyanya sendiri juga lupa untuk menawarkan diri buat menjemput Ara. Jadi dengan modal asal nekat saja Doya menunggu sampai Ara kelihatan batang hidungnya.

"Mana dah si Ara ga muncul-muncul" gumam Doya setelah merasa cukup bosan nungguin Ara di dalam mobil

Udah celingukan kanan kiri siapa tau bisa melihat Ara tapi hasilnya nihil dan membuat Doya untuk keluar dari dalam mobilnya dan mencari keberadaannya Ara.

Doya diam di dalam mobil saja banyak banget orang-orang yang memperhatikan dia, kebayang dong sewaktu Doya keluar dari dalam mobilnya?

Yap benar.

Semua mata tertuju ke Doya.

Doya sebenarnya malu banget jadi pusat perhatian orang lain tapi dia berusaha bersikap untuk cool. Bahkan Doya yang masih diam celingak-celinguk kiri kanan untuk mencari keberadaan Ara saja bisa mendengar ucapan dari orang-orang yang sedang memperhatikan dia. Bahkan ada juga yang sampai teriak hanya karena melihat Doya.

Karena keberadaan orang yang dicarinya tidak juga kunjung terlihat jadi mau tidak mau Doya harus tanya ke mahasiswa dan mahasiswi di fakultasnya Ara. Dan itu bukan perkara mudah.

Soalnya Doya baru jalan tiga langkah saja ada yang langsung menghampiri dia dan menanyakan hal yang tidak kebayang sama Doya sebelumnya.

"Maaf A, Aa artis dari ibu kota ya?" tanya salah satu dari tiga mahasiswi yang menghampiri Doya

"Eh? Bukan. Saya dari Bandung" jawab Doya

"Leres A? Tapi teu siga urang Bandung?" ucap mahasiswi lainnya (Beneran A? Tapi ga kayak orang Bandung?)

"Duh ngomong apa Mbak? Saya ga ngerti" tanya Doya

"Loh? Katanya teh orang Bandung kok ga ngerti bahasa Sunda?"

"Loh? Saya cuma bilang dari Bandung ga bilang orang Bandung?" jawab Doya malah bingung sendiri

"Tapi tetep namina ti Bandung, teu ngartos basa Sunda?" tanya mahasiswi yang tadi (Tapi tetap aja namanya dari Bandung, masa ga tau bahasa Sunda?)

Doya yang beneran tidak mengerti sama ucapan Mbak-Mbak di depannya ini akhirnya mau tidak mau pakai bahasa yang kemungkinan membuat si Mbak-Mbak itu juga tidak akan mengerti.

"문제는 내가 국제학교의 어린 시절부터 어떻게 이해할 수 있느냐이다?"

"Munjeneun naega gukjjehakkkyoe orin sijolbuto ottoke ihaehal su isseulkka?" jawab Doya yang berhasil membuat Mbak-Mbak yang dari tadi bersikeras karena Doya tidak mengerti bahasa Sunda langsung terdiam, tidak mengerti si Doya ngomong apa. (masalahnya gimana gue bisa ngerti kalau gue dari kecil sekolah di sekolah internasional?)

"Nyarios naon?" tanya mahasiswi yang berhasil buat Doya harus ngomong pakai bahasa Koreanya (Ngomong apa?)

"Nevermind. I am here to find Ara" jawab Doya akhirnya, "why is she arguing with me?" gumam Doya pelan sambil memegang pangkal hidungnya

"Ara? Maksudnya Ara si Kinara?" tanya salah satu dari tiga mahasiswi yang dari tadi diam saja

"Ah Mbak nya kenal Ara? Saya juga ga tau Ara itu si Kinara yang Mbak maksud atau Ara yang lain" jawab Doya, "kemarin dia cuma sebutin namanya Ara dan juga mahasiswi kedokteran" sambung Doya

"Oh iya Kinara itu si Ara yang Aa nya maksud" jawab mahasiswi tadi, "Ara sih kayaknya udah selesai kelas dari tadi"

"Kira-kira Ara punya handphone ga ya Mbak?" tanya Doya

"Kayaknya sih punya. Tapi aku ga punya nomornya Ara" jawabnya, "biasanya Ara kalau selesai kelas suka langsung ke kantin. Samperin aja kalau emang nyari Ara" sambungnya

"Kantin di sebelah mana ya?" tanya Doya

"Aa jalan aja lurus dari sini. Nanti ada perempatan kedua dari sini belok kanan aja. Di sana ada gedung dengan tulisannya kantin kedokteran"

"Oh okay. Thanks ya" jawab Doya dan kemudian meninggalkan ketiga mahasiswi yang sedari tadi buat dia pusing

🌹🐙

Doya kayaknya benar-benar perlu berterimakasih ke Mbak-Mbak mahasiswi tadi yang sudah menyelamatkan dia dari perang bahasa dari Mbak-Mbak yang bersikeras Doya harus mengerti bahasa Sunda.

Berkat Mbak tadi akhirnya Doya berhasil bertemu dengan Ara. Benar-benar lagi di kantin dengan posisi badan Ara menghadap piring makanannya tapi kepala Ara yang menghadap sebelah kanan alias menghadap ke arah buku-buku yang bagi Doya itu sudah tebal banget.

Tanpa berpikir dua kali Doya langsung menghampiri Ara. Tidak peduli dengan tatapan mahasiswa dan mahasiswi yang ada di kantin sekarang ini.

Pokoknya tujuan utama ke Ara dulu.

"Ara" sapa Doya duluan yang berhasil mengalihkan atensi Ara dari buku yang sedang Ara baca menjadi ke arah Doya

"Eh Doya?" jawab Ara, "ngapain ke sini?" tanya Ara

"Keep one's promise to meet?" jawab Doya sambil tersenyum

"Promise? Do we have a promise?"

"Of course we have. I came here to pick you up" jawab Doya

"Pick up where to go?"

"To my college. And I need your phone number" jawab Doya sambil mengulurkan tangannya ke arah Ara

"Come on young lady, your pick is here" sambung Doya sambil masih mengulurkan tangannya

🌹🐙

[ii] Zianda Twins | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang