Flashback On
Saint terlihat khawatir karena setelah sepagian penuh, malam hari pun Gun masih tidak pulang. Dia menelfon Mark mulai cemas dengan keadaan kakak nya. Akhir-akhir ini Gun juga kurang enak badan.
"Hallo Mark."
"Ada apa Phi Saint?"
"Sebelum nya aku minta maaf untuk semua nya, tapi apa kau melihat Phi Gun? Seharian dia tidak pulang."
"Apa?
"Kau sudah menelfon nya?"
"Tidak di angkat, aku khawatir dia kenapa-napa. Tolong bantu aku mencarinya."
"Baiklah, Phi jangan khawatir."
Flashback Off
•
•
•
Keesokan harinya Gun terbangun dengan menyentuh kepala nya. Membuka kedua matanya pelan seketika sadar jika dia tidak tidur di kamar nya.
"Phi Gun sudah bangun?"
Gun melihat sekeliling, berhenti tepat pada meja. Disana terlihat Dunk tengah duduk memandangi nya.
"Dimana aku?"
"Kau di rumah ku, semalam kau mabuk, jadi aku membawa mu kemari, aku lupa rumah mu dimana."
"Begitu ya, ya sudah aku harus pulang. Saint pasti khawatir."
Gun beranjak dari kasur nya. Seketika melongo dirinya tak memakai kain sehelai pun. "D-dimana baju ku?"
Dunk berjalan mendekati Gun sembari membawa cermin kecil. "Semalam phi muntah, jadi aku membuka nya. Pakai saja punya ku jika ingin pulang."
Gun merasa aneh, bocah di hadapan nya terlihat menakutkan tak seperti biasa nya. Namun gun mencoba tenang. Dunk tiba-tiba melempar cermin kecil padanya. "Tubuh mu sangat indah, aku sampai tidak tahan."
Kedua mata Gun membulat, dia segera mungkin mengambil cermin dan melihat seluruh badan nya. Manik tajam nya terhenti pada leher jenjang nya. Tercetak bekas kemerahan disana. Gun tak habis pikir Dunk yang dulu bocah ingusan berani melakukan semua itu padanya.
Gun melempar cermin pada Dunk namun menepisnya dan akhirnya cermin nya pecah. Dunk tersenyum puas. Gun begitu emosi, dia mengambil selimut, berdiri hendak menghajar Dunk, namun Dunk menyudutkan nya ke dinding.
Mulai mengelus kepala Gun. Mendekatkan mulut nya pada telinga Gun. "Ayah ku bisa mengembalikan perusahaan mu, tapi dengan satu syarat. Kau harus menjadi milikku."
"Brengsek!!"
Gun mendorong Dunk, dan pergi begitu saja. Memanggil taxi dan memasuki nya.
"Apa-apaan dia, Mark saja tidak berani memberi tanda."
•
•
•
Di sisi lain, seorang dokter kini pulang ke apartemen pribadi nya. Di sambut hangat oleh pujaan hati nya. Plan Rathavit, tersenyum melihat kedatangan Mean.
"Selamat datang."
"Terimakasih."
"Di dalam ada Jamie, dia ingin bertemu dengan mu."
Ekspresi Mean berubah seketika. Memang tidak suka dengan kehadiran Jamie yang katanya adalah ibu dari Prince.
"Mean, ah ini kesempatan ku, kalian duduklah dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Homophobic Family
RomanceTentang bagaimana empat saudara tumbuh tanpa kasih sayang dari kedua orang tua. Membuat mereka menjadi pribadi yang tak peka akan cinta. Gun, si kakak tertua memiliki tanggung jawab besar untuk mengurusi ketiga saudara nya. Tapi karena trauma akan...