"Maaf, AC nya mati, biar ku buka jendela saja."
"Ah iya iya, terserah anda."
Plan membuka tirai dan jendela di kamar nya. Malam ini dia akan maraton film bersama Mean untuk membalas budi karena dengan senang hati sudah merawat Prince.
Mean menatap ke sembarang arah. Menyusuri indah nya ruang yang tertata rapi. Seketika, pandangan nya terhenti pada satu arah. Angin sepoi-sepoi baru saja masuk dari jendela yang Plan buka, menyisakan angin yang meniup rambut Plan yang sedikit panjang. Mean tertuju pada pemandangan yang membuat nya tertarik tanpa memalingkan tatapan nya. Plan perlahan merapikan poni nya, menyisir dengan tangan nya ke belakang telinga, membuat nya terlihat cantik seperti seorang wanita.
Mean terpaku pada pemandangan indah di depan matanya. Berkedip untuk yang keberapa kalinya berusaha menghilangkan pikiran negatif nya. Menyingkirkan hal yang tidak seharusnya dia rasakan untuk seorang pria. Bagaimanapun aturan Gun lebih penting dari pada apapun.
"Hei, anda baik-baik saja?"
Seketika tersadar dari lamunan. Plan sudah ada tepat di depan wajah Mean. Tentu saja sontak memalingkan pandangan nya. Plan tersenyum, lalu membawa dirinya duduk di samping Mean.
"Saya rasa bahasa kita terlalu formal, bagaimana jika anda memanggil saya dengan sebutan phi?"
Mean mengangguk, "ide bagus. Anda boleh memanggil saya apapun, tapi jangan dengan sebutan Nong. Itu membuat saya seperti anak kecil."
"Baiklah, kalau begitu Dokter Mean?"
"Terserah.."
"Oke, kalau begitu kita mulai nonton film nya." Plan beranjak dari sofa nya dan mulai memutar film lewat layar lebar di hadapan nya.
•
•
•
"Ahhh bagaimana ini? Phi saint mungkin tidak akan memaafkan ku, lalu bagaimana dengan..."
"Caramu itu terlalu murahan."
Terlihat dua orang sedang mengobrol di lapangan basket yang kosong.
Perth menatap teman nya dengan aneh. "Aku curiga pada mu Dunk! Kenapa kau dengan senang hati membantu ku? Atau jangan-jangan kau mata-mata keluarga Adarchin ya?" Perth mendekati sahabat nya dengan menyipitkan matanya.
Pemuda dengan wajah tampan tersebut hanya tersenyum sembari menutup matanya. "Kau akan tau suatu saat nanti."
"Awas saja jika kau mata-mata mereka, ku hajar kau sampai mampus."
"Coba saja kalau berani!"
Mereka tertawa bersama setelah itu, seperti tak menyimpan satupun beban dalam hidup.
•
•
•
"Permisi, pesan es rasa soda nya satu."
"Ba- akhhhhh!!!"
Earth menutup matanya saat begitu jelas Title terlihat di hadapan nya. Bahkan wajah mereka terlampau dekat.
"Kenapa?"
Earth gemetar, sedari dulu orang nya memang cenderung pemalu. Menunduk lalu pergi begitu saja. "Duduk dulu, aku ambilkan."
Title tersenyum sendiri melihat reaksi Earth. Dia tau sendiri seperti apa reaksi seseorang yang berhadapan langsung dengan orang yang di suka. Title mulai mencari tempat duduk lalu menyamankan posisi nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Homophobic Family
RomantizmTentang bagaimana empat saudara tumbuh tanpa kasih sayang dari kedua orang tua. Membuat mereka menjadi pribadi yang tak peka akan cinta. Gun, si kakak tertua memiliki tanggung jawab besar untuk mengurusi ketiga saudara nya. Tapi karena trauma akan...