CH 14

66 12 2
                                    




Perth mengunjungi rumah besar Adarchin dengan keadaan basah kuyup karena kehujanan. Tubuh nya gemetar menahan dingin nya air hujan. Sedari tadi memanggil nama orang yang di cintai nya, namun tak kunjung menunjukkan rupa.

"Phi Saint, aku mohon maafkan aku!!"

Meskipun berteriak sampai suaranya hampir habis. Kepala Saint masih tidak terlihat di jendela. Perth tidak kuat lagi, air matanya jatuh dengan sendiri nya. Seperti inikah rasanya patah hati?

"Phi!!! Aku mohon keluarlah, maafkan aku." Tak bisa lagi menahan beban, kaki nya lemas dan akhirnya terduduk di tanah yang basah.

"Kau tidak mau keluar?"

Ekspresi Saint dingin, Mark membujuknya sedari tadi. Tak lama setelah itu, Gun datang. "Siapa dia?"

Saint menunduk, dia sudah berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Lantas, bagaimana dia menjelaskan siapa Perth sebenarnya.

"Maaf, kau boleh menghukum ku jika kau mau. D-dia kekasih ku." Dengan tundukan, Saint menjelaskan semuanya pada sang kakak.

Tak di duga, Gun malah tersenyum dan menepuk pundak Saint. "Datang lah padanya, kau tidak kasian apa? Dia kedinginan dari tadi."

Mata Saint berkaca-kaca. Tidak habis pikir Gun akan menerima Perth. "Terimakasih, Phi Gun."

Saint berlari keluar. Setelah sampai di depan Perth. Langkah nya menjadi pelan. Dia plin-plan, apa yang harus dia lakukan? Perth tidak mencintai nya, Perth hanya memanfaatkan nya sebagai senjata nya balas dendam. Saint dengan perasaan gundah, berbalik badan. Namun, Perth memeluknya dari belakang. "Jangan pergi lagi." Begitulah ucap nya.

"Aku minta maaf, aku memang brengsek, kau boleh menghukum ku. Aku memang berniat balas dendam. Ta-tapi aku jatuh cinta pada mu, Phi. Aku meninggalkan keluarga ku demi kau Phi Saint, tolong maafkan aku."

Saint berbalik dan membalas pelukan Perth. Kemudian melepas nya, pada akhirnya saling menatap. "Jangan membohongi ku lagi, bocah." Mendengar nya, Perth kembali memeluk Saint begitu erat.

Hari demi hari berlalu, jam demi jam terus berjalan. Hari peringatan kematian nyonya adarchin sudah selesai. Gun dan sang adik, Saint. Kini berada di rumah yang terlibat lebih kecil dari kediaman mereka yang lama.

Gun memutuskan pindah rumah untuk memperbaiki hidup nya. Pun, tak ada orang yang mengenal dia di tempat tinggal baru nya. Membuat nya lebih tentram dan damai. Hanya Mark dan Perth yang tahu keberadaan Gun dan Saint.

Hari peringatan kematian nyonya adarchin di adakan di kediaman sebelum nya. Tapi, Title dan Mean tidak datang. Membuat Gun sedikit kecewa dan merasa bersalah. Tidak, sebenarnya mereka datang, hanya saja tidak berani menampakkan diri di depan Gun.

Gun kini bekerja sebagai salah satu karyawan di perusahaan kecil. Beruntung tak ada yang mengenal marga adarchin. Jadi, tentu saja aman bagi nya. Saint sendiri masih bekerja sebagai koki, walaupun gaji nya kecil, setidaknya cukup memenuhi kebutuhan nya bersama sang kakak.

Gun pulang larut malam. Tentu saja sulit mencari taxi di jam begini. Tiba-tiba sebuah mobil terhenti di depan nya. Kaca nya terbuka, Gun tersenyum melihat orang di dalam nya.

"Ayo."

Gun membuka pintu mobil dan masuk begitu saja. Mobil pun di jalankan dengan kecepatan sedang.

"Phi tidak mau kembali ke Bangkok?"

"Tidak."

"Phi tidak merindukan Phi Mean dan Phi Title?"

Homophobic FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang