⸙ O4 ! Masalah Kepercayaan

63 8 0
                                    

"Kota Thebes dan Athena akan berperang. Ares tentu akan membela kotanya, Athena juga sama. Ini akan mengerikan, Yang Mulia. Aku takut ini bisa menjadi perang besar di antara keduanya."

Agave langsung bangkit menghampiri. "Ares akan berperang melawan Athena?" Dia bertanya tak percaya.

Zeus dan satu laki-laki di sana menatap Agave bingung. "Itu hal biasa, Hera."

Agave menatap Zeus tak setuju. "Bagaimana bisa kau membiarkan dua anakmu bertarung begitu saja? Kau tahu, perbedaan perlakuanmu ini bisa berujung fatal nantinya. Jika apa yang dia katakan benar, bahwa peperangan ini bisa menjadi perang besar, maka salah satu anakmu pasti akan benar-benar tewas di medan perang, Zeus."

Zeus diam dengan wajah datarnya. Namun netra lelaki itu penuh ketajaman. Dia mengangkat satu tangannya menyuruh lelaki bawahannya itu tadi untuk pergi.

Dia menutup pintu erat kemudian beralih menatap istrinya. "Kata-kata seperti apa itu? Jangan berlagak seperti kau adalah Themis yang bisa melihat masa depan."

"Maka perlakukan anak-anakmu dengan adil." Agave menegaskan. Tanpa sadar netranya berair. "Kau bisa menjadi raja yang adil, tapi kenapa tidak dengan ayah yang adil."

Zeus terdiam sebentar sebelum menjawab, "Karena bahkan Dewa pun tidak bisa menjadi sempurna, Hera. Seluruh dunia mengekangku untuk terus menjadi sempurna seperti apa yang mereka mau padahal mereka sendiri hanyalah makhluk fana yang penuh dosa."

Agave langsung merasa seolah kata-kata itu tertuju pada Hera. Tapi dia tidak bisa menerima hal itu begitu saja. "Jika kau tidak bisa memberi sesuatu dengan adil kepada anak-anakmu, maka akan lebih baik kau tidak memberikan apapun kepada semua anak-anakmu."

Zeus menghela nafas. "Aku menyerap kekuatan Metis, ibu dari Athena. Keadilan dan kebijaksanaan yang aku miliki sekarang adalah karenanya. Aku membalas budi kepada Athena—yang tidak menghargaimu itu?" Agave memotong ucapan Zeus.

Zeus menatapnya tajam. "Kau menilai dia terlalu cepat. Dia sangat menghormatiku. Semua makhluk di dunia ini menghormatiku. Satu-satunya yang tidak adalah kau, Hera. Jadi sebelum menuduh orang lain, ada baiknya kau intropeksi diri terlebih dahulu."

Agave tertawa miris. "Dia bahkan tak peduli padamu, Zeus—kau lebih tidak memperdulikanku." Kali ini kepada berganti Zeus yang memotong kalimat Agave.

"Saat Typhoon menyerang, hanya Athena dan Hermes lah yang ada di sisiku membantu. Kau sendiri lari pada saat itu, padahal kau yang menyebabkan permasalahannya."

Netra Agave semakin berkaca-kaca mendengarnya. Hatinya terasa sakit sekali seolah dihancurkan dari dalam. Seharusnya dia tidak merasakan ini karena dia tidak mencintai Zeus, dia tentu tak ingin mencintai Zeus karena Zeus adalah suami dari dewinya. Tapi, perkataan Zeus terlalu menyakitkan untuk dia pendam sendiri.

"Athena hanya membantumu untuk kebanggaannya sendiri." Dia berucap dengan suara bergetar. "Athena tidak mempercayai laki-laki manapun, termasuk dirimu. Apalagi atas tindakanmu pada Metis. Apa kau pikir dia akan diam saja? Apollo dan Artemis saja memberontak atas perlakuan tidak adil yang diterima oleh Leto."

Agave menarik nafas kasar berusaha menahan air matanya. "Saat pemberontakan di Olympus. Bahkan Athena adalah yang pertama kali maju untuk menawarkan diri sebagai penggantimu, padahal aku yang memimpin pemberontakan itu."

"Tapi kau memaafkannya!" Agave berseru.

"Kau menghukumku. Menggantungku, memaksaku bersumpah di sana. Kau juga menghukum saudaramu, Poseidon. Lalu, Apollo juga menerima hukuman yang sama. Padahal Apollo juga putramu. Jika kau ingin membela diri dengan mengatakan Ares bersalah, lalu Apollo? Aku akan mengakui dia pemuda yang nyaris sempurna. Dia tidak sebrutal Ares, tapi perlakuanmu padanya tetap berbeda."

Agave you a chanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang