⸙ O7 ! Rahasia Hermes

54 6 0
                                    

Agave langsung merebahkan tubuhnya di kasur dengan kasar. Ia menghela nafas. "Lelah sekali."

"Kau darimana saja?" Suara Zeus tiba-tiba menginterupsi mengejutkan sang wanita.

Agave segera bangkit, dia baru bisa menghela nafas lega ketika menyadari Zeus pelakunya. "Tidak bisakah kau mengetuk pintu dulu sebelum masuk?!"

Zeus merotasikan bola matanya. "Jawab saja pertanyaanku!"

"Aku hanya bertemu temanku." Agave menjawab tak acuh.

"Siapa? lelaki? atau wanita?"

Agave berdecak. "Wanita." Ia menjawab jutek.

"Dia manusia Bumi? dan kau kemarin pergi ke sana tanpa meminta izinku?"

Agave menatap Zeus tak suka. Dia bangkit dengan kasar dan berniat berjalan keluar. Ia menubruk sebelah bahunya kepada tubuh Zeus, namun Zeus justru menahan lengannya.

Dewa Petir itu segera menarik istrinya mendekat. "Jawab pertanyaanku. Aku tidak suka diabaikan."

"Aku juga tidak suka diduakan." Agave membalas lebih keras.

Mereka saling melempar tatapan tajam untuk satu sama lain. Tidak ada yang kau mengalah hingga Poseidon sendiri yang melerai keduanya. Kebetulan dewa itu sedang melewati ruangan kamar keduanya dan melihat pintu kamar yang terbuka lebar.

"Lebih baik kau mencari Athena terlebih dahulu ya, Yang Mulia Zeus." Poseidon berucap sarkas. Ia menyeret adiknya itu untuk pergi sebelum kedua pasutri itu semakin menjadi-jadi.

Di belakang Agave menjulurkan lidahnya mengejak. Ia kembali berjalan mendekati kasurnya. "Apa yang bisa kulakukan?" Dia bertanya-tanya.

Setelah diam cukup lama, akhirnya Agave memilih untuk menemui Hera lagi. "Lalita!"

[-⸙-]

Sama seperti malam-malam sebelumnya. Hari ini Agave pulang telat lagi. Matahari sudah akan tenggelam saat dia baru saja sampai di Olympus.

Kedatangannya bersamaan dengan Ares yang baru saja kembali dari perangnya. Hebe, saudari Ares juga segera menghampiri kakaknya itu dan menyiapkan segala sesuatunya untuk Ares.

Agave sedikit melambatkan langkahnya memperhatikan lelaki itu. Hingga di suatu saat, Ares juga menatapnya. Sejujurnya, Agave hanya ingin menatap putranya itu karena merasa ada sesuatu yang aneh, tapi ia tak tahu apa itu.

Agave menatap Ares dari atas ke bawah dan mengernyit seketika. Terlalu banyak luka di tubuh Ares. Bukan, luka itu terlihat tidak seperti luka baru, lebih terlihat seperti luka lama yang tidak diobat.

"Apakah tidak infeksi?" Agave tanpa sadar bermonolog.

Hermes-yang juga baru datang-mendengarnya dan ikut menghentikan langkah. Dia mengikuti arah pandang Agave dan terkekeh seketika. "Itu hal biasa baginya, Ratu."

Agave menatap Hermes sebentar. Bocah ini tidak ada takut-takutnya ketika berhadapan dengan dirinya secara langsung, berbanding dengan Apollo, Artemis, atau Dionysus.

Hermes tiba-tiba melambai-lambaikan tangannya seraya menggelengkan kepalanya. "Tidak, tidak. Itu bukan berarti aku tidak menghormati Ibu Ratu, tapi justru aku hanya menghormatinya, bukan orang lain."

Agave mengerutkan dahinya. "Apa maksudmu?"

Hermes tampak mengedikkan bahunya. "Kau '
kan bukan Hera."

Untuk sesaat Agave terdiam berusaha mencerna perkataan Hermes sebentar sebelum terkejut. Dia menatap Hermes yang malah menatapnya jail. "Ya, 'kan? Agave?"

Agave you a chanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang