⸙ O8 ! Pencarian Athena

49 7 0
                                    

Agave menoleh ke salah satu dayangnya. "Tolong jangan terlalu menekankan ikatannya," pintanya pelan. Para dayangnya balas mengangguk paham.

Tidak banyak bicara, setelah selesai mengucapkan terimakasih Agave segera beranjak dari sana. Tatapannya terkesan kosong tanpa keceriaan apapun.

Selingkuhnya Zeus? oh sungguh bukan itu masalahnya. Agave tidak peduli apapun yang akan terjadi pada Zeus. Yang menyakitkan baginya adalah karena Lalita mengkhianatinya.

Juga, perkataan Hera kala itu.

"Kau tidak bisa menghukum suamiku."

Agave menatap dewinya tidak percaya. "Tapi dewi, dia akan terus berselingkuh."

"Memang sudah itu kodratnya, Agave! itulah Zeus! apa kau masih belum mengenalinya meski sudah menghabiskan waktu beberapa bulan tinggal bersama?!" Hera tanpa sadar meninggikan nada bicaranya.

Nafas keduanya naik-turun tidak beraturan. Netra Hera memerah penuh emosi.

Agave melunakkan tatapannya. Dia menunduk sebentar sebelum mengangguk. "Baiklah. Tapi bagaimana dengan Lalita?"

Hera hanya mengedikkan bahunya. "Aku benci pengkhianat. Tidak ingin kuhabiskan energiku hanya untuk mengurus juga memikirkan pengkhianat murahan seperti dia."

Agave spontan mendongak. Ia tidak dapat berbohong. Ucapan Hera barusan sangat tajam dan mengerikan.

Murahan? Agave sama sekali tidak pernah mengucapkan kata itu.

Ia menghela nafas panjang. Wanita cantik itu menaruh kembali buku di tangannya. Seraya memikirkan ucapan-ucapan Hera tadi, Agave juga membawa tubuhnya menuju perpustakaan.

Memilih-milih buku, Agave masih belum mendapatkan buku yang dia inginkan.

Ia menghembuskan nafas kasar. Tubuhnya dijatuhkan di salah satu sofa dengan asal. Sepatu haknya mengetuk-ngetuk lantai dengan cepat dan kasar. Satu buku yang masih ada di tangannya ia pindahkan ke atas wajahnya hingga menutupi muka cantik itu.

Tanpa sadar netranya kembali memerah. 'Dasar Lalita sialan! aku akan membalasmu! kau pengkhianat! dasar wanita penggoda!'

Tangan Agave bergerak dengan sendirinya memukul mulutnya. Umpatannya tadi terlalu kasar.

Tapi rasa kesalnya belum menghilang. Dengan tiba-tiba salah satu kakinya menendang ke arah rak buku yang ada di depannya. Dan Agave baru menyadari jika bebukuan di sana akan terjatuh ke arahnya dalam hitungan detik.

"Aw!" Ia mengaduh kasar.

Tangannya mengangkat salah satu buku yang menutupi wajahnya. Ia memperhatikan tampilan buku itu sejenak dan membaca halamannya yang terbuka. Namun kemudian dia melemparkan buku itu ke arah lain karena tak tertarik.

Ia bangun dari tidurnya. Tubuhnya dibungkukkan guna mengambil salah satu buku di bawah sana. "Buku apa ini?" dia membolak-balik buku itu.

Tak berlangsung lama, Agave segera bangkit dengan mengambil satu buah buku. "Aku ambil ini saja, siapa tahu buku ini menarik."

Setelah menghabiskan waktu selama kurang lebih setengah jam, Agave akhirnya memilih untuk beranjak dari sana.

Agave berhenti melangkah tepat ketika dia berdiri di balik pintu kamarnya. Netranya terangkat untuk menatap sebuah jubah di sana. Ia akhirnya memilih untuk mengambil jubah itu kemudian mengenakannya.

Jubah dengan tudung itu berwarna hitam—sedikit ke abu-abuan. Kainnya yang panjang menutupi hingga ke mata kaki penggunanya. Agave mengambil satu buah pedang kemudian menyimpannya di balik jubahnya.

Agave you a chanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang