⸙ O1 : Awal yang Buruk

121 15 0
                                    

Sedari tadi netra wanita itu tanpa henti memperhatikan semua dewa-dewi yang makan bersamanya di Olympus ini. Dan hal itu menimbulkan kebingungan serta kecurigaan di mata mereka yang lain.

Agave menghela nafas. Ia melirik makanan di piringnya, wajahnya mengernyit miris seketika. 'Makanan jenis apa ini?' Dia membatin melas.

Tangannya terangkat mencoba satu potong makanan dan netranya membulat seketika. 'Astaga, makanan ini sangat lezat, berbanding jauh dengan penampilannya.'

Tersenyumnya Agave itu menimbulkan semakin banyak opini buruk di pikiran Para Dewa. Hera jarang sekali tersenyum. Hari ini ratu mereka kenapa?

Agave tidak menyadari itu. Dia makan dengan lahap seolah sudah bertahun-tahun tidak makan. Jiwa manusianya tidak akan mampu menahan kelezatan makanan para dewa.

Namun ditengah kehebohannya itu dia justru mengingat kejadian beberapa saat yang lalu. Mukanya menjadi merah seketika, itu hal yang memalukan.

Agave bangun kesiangan hari ini. Naasnya, dia tidak menyadari jika dia sudah benar-benar menjadi Hera.

Wanita itu bangun dengan malas-malasan. Netranya yang masih setengah tertutup itu menatap sekitar dengan malas sebelum terbuka lebar seketika.

"Eh? Dimana ini?" Dia bergumam pelan.

Ia mengerutkan dahi bingung. "Kalian ini siapa?" Dia menunjuk Para Prajurit yang berdiri di sekeliling kamar luasnya.

Kamar itu benar-benar sangat luas. Terlihat kuno karena mereka menggunakan lilin sebagai penerangan namun tetap ada beberapa barang elektronik seperti ponsel, tablet, atau laptop di salah satu meja. Di belakang meja itu terdapat sebuah sofa yang biasa digunakan oleh sang raja untuk bersantai. Di depan kasur yang ditempati Agave juga terdapat sofa—tanpa sandaran—

Saat Agave melihat ke samping, dia bisa melihat jelas sprei-nya yang sedikit berantakan menandakan ada seseorang yang tidur di situ sebelumnya.

Ia bergedik ngeri, 'Siapa tang tidur di sebelahku? Apakah itu lelaki? Apa dia berbuat sesuatu? Lalu siapa pria-pria ini? Apa mereka semacam tentara? Apa ada seseorang yang menculikku lalu menaruhku di ruangan dengan penjagaan seketat ini?'

Agave semakin merutuki dirinya sendiri karena dia tidak dapat berpikir positif pada saat-saat seperti ini.

"Ratu? Apakah kau butuh sesuatu?" Salah satu prajurit memberanikan diri untuk bertanya.

Agave mengernyit. "Kau bicara dengan siapa?" dia menoleh ke belakang. "Apa ada wanita lain di sini?"

Prajurit-prajurit itu saling tatap menunjukkan kebingungan mereka. "K-kami bicara denganmu, Dewi."

Lagi-lagi Agave terkejut. Dia berbalik menatap Para Prajurit itu lagi. "Eh? Dewi?"

Agave tiba-tiba teringat akan pertanyaannya tadi. "Ah, tadi kalian belum menjawab pertanyaanku. Kalian siapa?"

"Kami prajurit di sini, ratu." Salah satu dari mereka menjawab.

"Prajurit? untuk apa kalian di sini?" Agave bertanya lagi menimbulkan semakin banyak pertanyaan yang muncul di benak Para Prajurit itu.

"Kami di sini untuk menjagamu, ratu."

Agave mengernyit lagi. "Untuk apa kalian menjagaku?"

"Kau adalah ratu, Dewi Hera." Suara laki-laki lain menggema di ruangan itu.

Sesosok dewa bertubuh tinggi dan atletis itu berjalan masuk dengan arogan. Dia tampak sangat amat tampan juga gagah. Sorotan matanya tajam, hidungnya mancung, rahangnya tegas. Garis wajah yang sempurna sekali.

Agave you a chanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang