***
Xena menatap jendela dengan hampa. Saat jam 07:00-13:30 WIB, Ia akan merasa kesepian. Sebab, tidak ada yang menemaninya di sini. Bosan? Sangat bosan. Apa lagi hanya berbaur pada bau obat-obatan.
Waktu 3 minggu ini ia hanya berada di rumah sakit. Tidak pernah keluar dari ruang rawatnya. Dan setiap harinya ia selalu merasakan rasa sakit. Darah yang selalu keluar dari hidungnya dan rambut yang setiap harinya selalu rontok.
Bukan hanya itu, tubuhnya juga tidak seperti dulu. Terkadang Xena berfikir, apakah Abi dan Ardhan juga yang lain tidak merasa jijik kepadanya? Ya memang tidak sekurus lidi tapi tidak seperti dulu.
Xena selalu mengecek ponselnya untuk sekedar melihat adakah pesan masuk dari sang Bunda. Sudah lama ia tidak mendengar suara Bundanya walau hanya sekedar ucapan yang menyakitkan.
***
"Kenapa Xena gak datang sekolah? Udah 3 minggu lho ini," ucap teman sekelasnya.
Aira dan Lala hanya diam. Bahkan mereka tidak tahu Xena sakit separah apa? Mereka hanya tau jika Xena sakit Alzheimer.
"La, lo tau Xena sakit apa?" tanya cindy.
"Alzheimer," ucap Lala.
Sedikit membuat Cindy terkejut dengan penuturan Lala. "Serius?" tanya Cindy lagi. "Iya serius, emang kenapa?" Lala balik bertanya.
Cindy hanya diam tidak menjawab lagi.
Emang kenapa? Alzheimer kan gak terlalu parah sakitnya. Kecuali udah pake stadium. Batin Lala.
Lagi pula ngapain gue peduliin Xena. Toh, gue temenan sama Xena cuma karena dia pintar. Batinnya lagi.
"La, nanti kita besuk Xena yu?" ucap Aira.
"Gak, lo aja. Gue ada urusan nanti." tolak Lala.
"Yaudah la, gue aja kalau gitu."
Kelas sudah berakhir, waktunya pulang.
***
"Ardhan... Ardhan!!!" Aira memanggil Ardhan dengan sedikit berlari kecil.
"Hm?"
"Gue boleh ikut besuk Xena gak?"
"Boleh,"
"Oke!! Kalian langsung kan? Gak pulang dulu?"
"Iya,"
"Btw, lo udah izin nyokap belum?" tanya Ardhan.
"Belum sih, tapi gak apa-apa nanti bisa telepon."
"Yaudah ayo,"
Aira mengekori Ardhan. Sky, mingyu, witan, algalanka dan zio telah menunggu di parkiran sekolah.
"Lo ikut Witan," ucap Ardhan.
"Oke, witan... Aira ikut witan ya."
"Iya, cepet naik."
***
Di perjalanan menuju rumah sakit, ban motor Witan pecah. Dan akhirnya Aira di oper untuk naik ke motor Mingyu.
"Nyusahin aja lo," ucap Mingyu.
"Heii! Baru kali ini gue nyusahin lo ya!"
"Ya... Btw, lala gak ikut?"
"Gak, katanya ada urusan."
"Lo kenapa jarang besuk Xena? Katanya bestie,,"
"Em, kalau gue sih bantuin nyokap bikin pesenan cake, toko kami lagi rame-ramenya. Tapi kalau lala sih gue gak tau ya, kesibukan dia apa. Dia juga jarang banget kumpul sama gue, gak kek dulu waktu Xena masih sekolah."
"Oh gitu,"
"Iya gitu, Xena ada perubahan gak?"
"Banyak,"
"Sudah mendekati sembuh?"
Mingyu terdiam sejenak.
"Do'a kan saja."
Aira merasakan ada sesuatu yang menjanggal, pikirannya memikirkan hal yang tidak seharusnya di pikirkan.
"Kok perasaan gue beda ya, ming?" tanya Aira.
"Gak tau gue,"
****
"Xena...." suara Ardhan membuka pintu.
Xena yang sedang fokus pada ponselnya langsung menatap Ardhan dan yang lainnya apa lagi Aira."Hey," sapanya.
"Aira... "
"Xennn, kangenn bangett," ucap Aira memeluk Xena.
"Gimana kondisinya?" tanya aira. Pertanyaan yang seharusnya tidak Xena jawab.
"Ya begitulah," ucap xena sedikit tersenyum.
"Lala mana?"
"Sibuk dia,"
"Xena udah makan?" tanya Zio.
"Belum abi,"
"Kok belum?"
"Nunggu kalian,"
"Makan yu, biar ada tenaga..katanya nanti mau jalan-jalan ke taman." Bujuk Zio.
"Iya xen, makan ya." Aira mengelus pundaknya.
Dengan telaten Zio menyuapi Xena. Sedangkan Ardhan mengupas buah. Sky sedang keluar menuju ruangan Ayahnya. Sementara mingyu dan Algalanka memainkan ponsel masing-masing.
Kebetulan sekali, Witan datang dengan membawa pizza dan makanan lain, untuk mereka semua.
"Witan datang,,"
"Lama banget lo, gue sampai lumutan nungguin ini." Algalanka mendumel.
"Jahaman! Untung gue bawakan."
Ruangan yang awalnya sangat sepi kini menjadi ramai dengan canda tawa. Xena mengembangkan senyum. Ternyata suatu Lengkara, tidak di ukur dari banyak atau tidaknya orang-orang di sisimu.
Tetapi, lengkara bisa hadir di saat adanya orang-orang yang benar-benar ada untuk mu.Seperti saat ini, Xena bersyukur di hadirkan orang-orang baik di hidupnya. Dan rasa sedih pun menghampiri, seharusnya. Ia ingin menikmati ini lebih lama lagi. Dan bisa membuktikan kepada sang Bunda jika ia bisa berdiri dengan kakinya sendiri.
"Xen, lo oke?" tanya Aira.
Xena mengangguk. "Iya oke," ucapnya.
***
Vote and komen.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAKSAXENA [END]
Teen Fiction🦋BLURB "Gak usah mikir panjang, gue tau lo mau pergi. gue tau selama ini lo risih karena kehadiran gue di hari-hari lo. Lo, gak perlu kode gue udah paham. Silakan jika ingin pergi, pintu Lo buat keluar terbuka Lebar." Seulas senyum yang menata ind...