Bab 11

713 90 3
                                    

Don't forget to vote,coment and Follow.

Enjoy the story'!


^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Sudah dua Minggu rupanya,Taehyung sudah bisa bersekolah tanpa rasa khawatir lagi.

Mungkin sebagian masih memandangnya jijik. Tapi itu semua dia abaikan.

Jimin selalu bersamanya, entah apapun yang terjadi nantinya. Jimin akan menjadi nomer satu untuk Taehyung.

Taehyung keluar dari perpustakaan. Tempat ternyamannya saat memilih sendiri untuk dirinya.

Disitu pula ia harus bertabrakan dengan seseorang. Seseorang yang amat dirindukannya. Seseorang yang amat ia benci di dunia.

"Mian, lu gapapa?" Suara jernih itu menggelitik di Indra Taehyung.

"Hmm." Taehyung bergegas pergi. Entah kenapa ia merasa sakit jika berada di sekitar pria pirang itu.

Jungkook hanya menatap hampa kepergian Taehyung.

Pirang?
Ya Jungkook mengubah warna rambutnya lagi ke pirang.

Bahkan secara langsung mempertontonkan tato yang dulu hanya di lengan atas sekarang sudah memenuhi sampai ke pergelangan tangannya.

Tapi Taehyung mengabaikannya. Tak ada lagi pesona yang dapat menggugah jiwanya yang sudah hancur berantakan.

🍀🍀

"Dia sudah masuk, kau tak menjumpainya?" Tanya Jimin.

Taehyung tak bergeming dari bukunya. Ia sudah muak dengan dirinya sendiri. Ia tak ingin terlibat lagi dengan siapapun lagi.

"Tae.." panggil Jimin.

"Hmm-" sahutnya.

"Kau tak ingin bertemu dengannya?" Jimin mengulangi pertanyaannya.

"Tidak." Singkat padat jelas. "Ayo masuk. Sudah jam." Lagi, Taehyung benar-benar bukan seperti Taehyung yang dulu lagi.

Benar-benar asing, tak terjamah dan tak terlihat.

Jimin menemui Yoongi di klub basket, netranya mencari kepala berwarna ash grey di kumpulan para manusia tinggi itu.

"Yoongi!" Panggil Jimin.

Yoongi mendekat saat melihat kekasihnya datang."waeyo? Ada perlu apa?" Tanya Yoongi tanpa basa-basi.

"Mmm--- " Jimin ragu tapi hanya Yoongi yang dekat dengan Jungkook."Jungkook-- apa kau melihatnya?"

"Kau bertanya untuk dirimu atau Taehyung?" Mulut Yoongi emang ga bisa di anggap enteng.

"Taehyung." Cicit Jimin

"Berhenti mengurusi mereka, mereka dah memilih jalannya bukan? Mereka sudah memutuskan ini dan bukan kewajiban kita untuk ikut campur dalam hidup mereka." Yoongi mencoba memperingati Jimin.

"Tapi Yoon, kasihan--"

Yoongi kembali menyela." Kasihan untuk siapa? Jika kamu terus berada di tengah mereka padahal kamu gak tau apa-apa. Apa yang bisa kamu lakukan kecuali menyakiti mereka dengan mengingat apa yang sudah lalu."

"Maaf, tapi kami bersahabat sudah lama Yoon, aku nggak kuat liat Taehyung seperti itu." Jimin mulai meluruhkan air matanya.

"Udah jangan nangis, inget ini baik-baik. Mereka udah dewasa apalagi Taehyung. Kita hanya orang yang bisa support mereka dari belakang. Kita tidak berhak masuk dalam perang yang mereka buat. Biarkan mereka memilih dan ambil keputusan yang terbaik untuk mereka." Ujar Yoongi sambil mengusap bekas air mata Jimin.

Itu adalah rekor terpanjang Yoongi bicara padanya. Ia cukup bahagia, meskipun dingin Yoongi masih perduli dengan sahabatnya.

🍀🍀

Ada hal yang tak terduga,Jungkook hanya masuk 2 Minggu setelahnya. Selepas itu ia tak lagi menampakkan batang hidungnya lagi.

Entah kemana, Taehyung tak memusingkan lagi keberadaan Jungkook. Ia benar-benar membekukan hatinya.

Ia tak butuh Jungkook, ia tak harus bersama Jungkook. Urusannya sudah selesai setelah hari pemakaman putrinya.

Ya, bayi atau lebih tepatnya janin itu berjenis kelamin perempuan. Mungil bahkan hanya sebesar genggaman tangannya.

Berwarna merah karena pigmen kulitnya belum terbentuk dengan sempurna. Ia menangis melihatnya. Begitu rapuh,lemah dan tanpa dosa.

Ia menanggung semua derita ibunya. Kebencian dari seluruh orang yang memandangnya sebagai anak haram.

Tapi ia tak berdosa, ia tak bersalah. Hanya kejamnya manusia yang membuat ia hadir dan menderita bahkan sebelum ia menghirup segarnya udara dunia.

Ia bersyukur Tuhan menyayanginya dan tak membiarkan ia hidup di kelilingi kebencian dan penderitaan. Taehyung tak bisa membayangkan putri cantiknya mengemban beban dosa dan moral dari ibunya.

Namun kenyataan pahit itu kembali mengingatkan kalimat yang terlontar dari orang yang paling di cintainya.

"Mari berpisah, kurasa kita memang tak di takdirkan untuk bersama. Jadi lupakan aku dan anggap saja kita tak pernah mengenal satu sama lain.''

Kalimat itu terus saja terngiang di dalam otaknya. Taehyung tak pernah bicara apapun lagi semenjak saat itu.

Ia hanya sempat berbicara sebentar.

"Maaf selalu merepotkan mu, melibatkan seluruh masalahku padamu. Kuharap kau menjumpai bahagiamu. Sampai jumpa."

🍀🍀

Hari berganti,Minggu menjadi bulan dan bulan pun berganti tahun. Dari musim dingin yang menggetarkan sendi, berganti musim semi yang menghangatkan hati. Musim panas berganti dengan gugurnya daun maple hingga kembali ke musim dimana rasa itu kembali lagi.

Terus berputar hingga tak terasa sesak yang dirasakan Taehyung hilang.

Tak benar-benar hilang, ia hanya mengabaikan sakit itu hingga tak terasa. Taehyung sangat rapuh, benar-benar seperti kaca yang ringkih.

Satu sentuhan saja bisa menghancurkan semuanya. 2 tahun sudah ia bertahan dari kondisinya.

Mencoba baik-baik saja,berpura-pura bahagia di depan semua orang. Termasuk dirinya sendiri.

Desember tahun ini ia akan mengunjungi putri cantiknya. Ia tersenyum dengan tulusnya. Untuk kali pertamanya.

Karena kalut, ia lupa jika ia menyimpan beberapa hadiah yang tak tau dari siapa. Ia temukan di makam putrinya. Mengambilnya dari laci,sepasang kaos kaki mungil,bando dan sweater rajut kecil berwarna merah. Lucu sekali. Ia sedikit menghangat. Meski terasa clueless tentang siapa yang memberikan kado itu.

Apakah tahun ini ada lagi?

Taehyung tak ambil pusing lalu bergegas merapikan diri dengan baju musim dinginnya.

Langkahnya berjalan santai,salju turun perlahan malam ini. Yang kebetulan malam ini adalah malam natal.

Maniknya menemukan siluet seseorang dari arah makam putrinya.

Siapa itu?
Jungkook?

Perasaan Taehyung bergemuruh, jika benar itu Jungkook untuk apa dia kemari.

Ia sudah lulus menengah atas berkat akselerasinya. Dan kini ia akan melanjutkan kuliahnya di kota.

Sedangkan Jungkook? Pemuda itu bahkan tak meneruskan sekolahnya. Lalu pergi kemana?.

Dengan perlahan Taehyung mendekati siluet itu. Mungkin hanya berjarak 1,5 meter lagi. Tapi pria itu berdiri dan berbalik.

"Namjoon?"

"E-mhh- t-taehyung " Namjoon terkejut dengan kedatangan Taehyung

"Sedang apa?" Tanya Taehyung

"Emm itu--" Namjoon bingung ingin menjelaskan. Sebelum ia menarik nafas dalam dan mencoba untuk mengakhiri kesalah pahaman antara Taehyung dan Jungkook lagi."Aku diminta Jungkook untuk mengantarkan ini."
















To be continue.....

Tentang Kamu || COMPELETED|| KOOKTAETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang