11

0 0 0
                                    

Mungkin ini berat buat mamah dan aku. Tapi itu udah jadi pilihan papah untuk pergi.
Malamnya aku ke tempat makan,sengaja membeli makanan untuk mamah.Disaat yang bersamaan aku melihat Rendra makan dengan wanita."Bukan. Itu bukan Indah,"ucapku sambil terus memastikan kalau itu bukan Indah."Gue gak salah. Itu emang bukan Indah.Tapi ya udalah bukan urusan gue juga."Akupun pulang, melupakan semua kebrengsekan Rendra.

Disekolah, tampak Indah sedang asik mengobrol dengan teman-temannya.
Aku datang dan berkata" gue liat semalem cowo lo si Rendra lagi jalan sama cewe. Tapi kayanya bukan lo deh"lirihku.

"Rendra bukan cowo gue.Dia juga gak kaya gitu orangnya. Dia sayang kok sama gue, jadi gak mungkin banget dia ngelakuin itu."Kata Indah tidak percaya.

"Itu sih terserah lo mau percaya atau ngga. Yang penting gue udah liat sendiri kalo dia jalan sama cewe lain." Pergi meninggalkan Indah.

"Apa iya Rendra kaya gitu,"gumamku dalam hati,"ah gak mungkin dia kan suka ngarang cerita," Indah mencoba berpikir positif terhadap Rendra, mungkin karena mereka sudah lama kenal baik.

Karena penasaran, sepulang sekolah Indah menghubungi Rendra lewat telpon tapi handpone nya gak aktif. Dia curiga kalo yang dibilang Megan itu memang benar.Ia pun langsung pergi ke rumah Rendra.

"Rendra. Rendra."teriakku memanggil sambil mengetuk pintu

Mamah Rendra membukakan pintu dan berkata," loh Indah?"

"Hallo tante"ucapku sambil cium tangan, "Rendranya ada tante?"tanyaku sedikit panik

"Loh tadi Rendra izin sama tante katanya mau jemput kamu ke sekolah."

"Ngga. Ngga tante Rendra gak jemput aku."Menahan tangis

"Coba deh kamu hubungin dulu."

"Udah tan, tapi gak aktif."Indah terdiam dan duduk dikursi, seketika air matanya menetes, ia curiga kalo Rendra memang sedang jalan dengan wanita lain.

"Kok kamu nangis sayang,"tanya mamah Rendra,"hey jangan nangis" mengusap air mata Indah," mungkin Rendra ada masalah dijalan makanya gak jemput kamu."

Kemudian Rendra pulang, Indah yang saat itu panik dan marah langsung bertanya,"kamu abis dari mana?" tanya Indah.

"Loh kamu kok bisa disini?"

"Aku bisa disini itu karna kamu ndra."

"Bentar ini maksudnya apa sih? kamu kenapa nangis gini ndah,"mencoba mengusap air matanya.

Indah menepis tangan Rendra,"ga perlu. Sekarang aku tanya sama kamu tadi kemana? kenapa gak jemput aku?"

"Ok aku jelasin. Di jalan, ban aku bocor.Jadi aku harus ke bengkel dulu ndah."

"Bocor kamu bilang? bukan jalan sama cewe ?" teriak Indah marah

"Duuh mamah masuk dulu yah. Kalian selesaikan urusan kalian berdua."ujar mamah Rendra.

"Kamu kenapa sih? dengerin aku. Apa bukti kamu kalo aku jalan sama cewe?"

"Saat ini emang gak ada. Tapi nanti pasti ada." Pergi dari rumah Rendra.

"Ndah. Indah,"teriak Rendra memanggil Indah,wah gak beres nih kalo tante Mega tau,"Rendra menyusul Indah.

Ditengah jalan, Rendra menghentikan mobil Indah.

"Buka pintu. Cepetan buka,"kata Rendra memaksa.

"Gak. Aku gak mau.Minggir." Ujar Indah yang terus menangis.

"Buka!"

Indah terpaksa membuka pintu karena Andra yang semakin emosi."Apa? "kata Indah marah.

Memeluk erat Indah,"aku gak bisa liat kamu nangis kaya gini ndah. Kita uda kenal lama, bahkan dari kecil. Masa kamu gak percaya sama aku."Tetap memeluk Indah.

"Lepasin. Lepasin ndra."Ucap Indah memaksa Andra melepaskan pelukannya."

"Gak. Gak mau. Gak bakal aku lepasin sampe kamu bilang kalo kamu percaya aku."

"Indah percaya sama Rendra." Ucap Indah

"Beneran? makasih ya ndah. Aku sayang sama kamu."

"Ya udah lepasin dulu pelukannya,"ujar Indah tersenyum.Rendra melepaskan pelukan,"sesek tau,"kata Indah berseri-seri.

"Lagian kamu ngambeknya serem"

"Kamu sih"

"Apa? apa? "nada meledek

"Jadi tuan putri tetep mau pulang?" mencubit hidung Indah

"Nanti deh, Indah mau maen dulu sama Rendra hehe"

"Ayok kemana? trus ini mobil kamu gimana? "

"Nanti minta mas Bimo ambil mobilnya aja," mas Bimo ini satpam dirumah Indah.

" kuy "tertawa.

Sesimple itu baikannya, mungkin karena Indah yang gak bisa lama-lama marah sama Rendra ditambah lagi sama Rendra yang udah tau gimana ngatasin ngambeknya Indah.
Mereka pergi ke sebuah cafe yang gak jauh dari tempat tadi. Mereka duduk dan memesan makanan seperti biasa. Namun gak diduga aku dan teman-temanku datang dan melihat Indah dan Rendra.

"Wet wet wet. So sweet banget nih lagi berduaan." Ujar aku menggoda mereka.

"Lo gak usah ganggu. Mending cari tempat lain sono. Tuh masih banyak kursi yang kosong." Mengusir .

"Heh nama lo siapa? Rendra. Bukannya kemaren gue liat lo lagi sama cewe disini yah?"

"Gue udah bilang. Lo jangan ganggu kita."Tegas Indah

"Suutt gue lagi gak ngomong sama lo," ucapku dengan tatapan manipulativ,"bener kan?"

"Kurangajar lo ya,"memukul wajahku, aku yang tidak terima memukul balik wajah Rendra," denger. Gak usah macem-macem duluan kalo lo emang gak salah.

"Udah. Udah stop! sakit ga?"Indah mencoba menengahi perkelahian aku dan Rendra.

"Mulutnya sembarangan ndah. Dia nuduh aku macem-macem. Aku gak terima lah."Balas Rendra

"Kalo emang tuduhan itu gak bener, kenapa musti marah ndra. Orang kaya gitu gak usah didengerin."

"Mending lo cabut sebelum gue panggil satpam" ujar Rendra ngos-ngosan.

"Lo tu terlalu bego Indah. Makanya kemakan sama omongannya dia."

"Plakkk" Indah menamparku, "pergi !"

Karena tidak mau memperpanjang masalah, akhirnya aku pergi.

"Kamu gak papa kan? kita pulang aja ya?" ujar Indah khwatir.

"Jangan. Kita lanjutin makan aja dulu."

Esoknya aku bertemu Indah lagi dikantin.

" Gue minta maap sama kejadian semalem, gak seharusnya gue ngomong gitu sama dia."

"Gue gak salah denger? seorang Megan. Kakak kelas terdingin disekolah dan play maker kaya lo, minta maap sama gue?"ujarku heran.

"Ya kalo lo gak mau maapin gue terserah.Gak maksa juga."lirihku pelan sambil melangkah pergi.

"Eh tar dulu. Oke gue maapin lo."Ucapnya sambil tersenyum

"Ok makasih." Kemudian pergi.

"Sarafnya putus kayanya tu orang, jawabannya singkat banget.Nyesel gue maapin dia."

Kelasku dibagi kelompok dan diberi tugas mewawancarai adek kelas terkait motivasi mereka memilih sekolah SMA Taruna Bangsa ini.Kebetulan kelompokku ditugakan mewawancarai Indah sebagai narasumber.

"Adek kelas songong. Gue ada tugas wawancara. Lo bantuin gue ya buat jadi narasumber."

"Lo bisa gak sih minta tolongnya agak sopanan dikit?" ketus Indah,"dimana-mana yang namanya wartawan itu ngomongnya sopan, biar orang mau diwawancara sama lo."

"Ya udah terserah lo aja."

"Tapi gue gak mau gimana dong?"menjulurkan lidah meledek

MEGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang