02

242 46 2
                                    

Gigi mengetuk kaca mobil hitam yang terparkir didepan sekolahnya, untung saja mobil itu belum melaju meninggalkan sekolahnya, "Loh kenapa balik? Ada yang ketinggalan?" tanya Melvin.

"Belum salam Kak." ujar Gigi lalu mencium tangan Melvin.

"Gigi sekolah dulu ya Kak, nanti jemput jam 4 sore ya." Melvin mengangguk, ia melambaikan tangannya.

Setelah melihat Gigi masuk kedalam sekolah dan satpam menutup gerbangnya, Melvin pun meninggalkan sekolah Gigi. Mobil hitam milik Melvin melaju cepat membelah jalanan ibukota yang sedikit sepi hari ini, syukur ia tidak harus terjebak di macet yang berkepanjangan.

Mobil Melvin melaju menuju supermarket, ia hendak berbelanja isi kulkas yang sudah habis dan harus di isi kembali. Menikah dengan Gigi yang masih belia memang rata-rata semuanya harus Melvin urus sendiri, berbelanja, memasak, kalau mencuci Gigi sih bisa. Tapi terkadang Melvin memesan makanan atau membeli makanan dari luar, dan juga sang Mama Kinanthi kerap berkunjung kerumahnya, tentunya untuk melihat si anak sulung dan juga menantu kecilnya.

Kinan tidak pernah datang dengan tangan kosong, Kinan selalu membawa makanan dan terkadang juga ia membawakan Gigi pakaian-pakaian dari butiknya.

Uang bukanlah masalah untuk keluarga mereka, Tuhan mempercayai untuk menitipkan sebagian hartanya pada keluarga Mandala. Mandala Group mempunyai 4 perusahaan, dan mungkin akan segera dibangun satu rumah sakit untuk Melvin tempati sebagai direktur kelak nanti setelah Melvin menyelesaikan kuliahya.

"Rokoknya sekalian kak." tawar si pramuniaga.

Melvin menggeleng, ia tidak merokok. Padahal yang pramuniaga tawarkan tadi adalah brand rokok milik keluarganya. Sedari kecil Melvin selalu menjaga kesehatan tubuhnya baik luar dan dalam.

"Semuanya 827.700, tiga ratusnya boleh didonasikan Kak?"

Melvin kembali mengangguk, ia mengeluarkan 9 lembar uang pecahan seratus ribu. "Kembaliannya donasikan semua."

"Baik Kak, terimakasih. Ini belanjaannya terimakasih sudah berbelanja semoga hari anda menyenangkan."

Melvin meletakkan dua kantong besar isi belanjaannya tadi di kursi belakang, ia lalu mulai melaju menuju rumah dengan kecepatan sedang, Melvin tidak mau meninggal di usia muda, maka dari itu ia selalu berhati-hati dalam segala hal.

Mata Melvin memicing melihat gerbang rumahnya terbuka lebar, Pak Darto alias satpam rumahnya sedang pulang kampung berkunjung ke anaknya yang baru saja melahirkan. Apa jangan-jangan rumahnya sedang kerampokan?

"Woi! Kalian kalau masuk rumah gue jangan lupa tutup gerbangnya napa! Mana main masuk rumah orang segala." amuk Melvin melihat Reno, Jere, dan Mika sedang duduk di sofa ruang tamunya bermain playstation, kehadiran Melvin sama sekali tidak diperhatikan oleh mereka saking asiknya.

"Pakdheeeee!!! Pakdhe darimana sih, lama amat!" teriak Jere melihat Melvin yang wajahnya sudah merah padam.

"Ini makanya gue buka kulkas adanya telor doang, ternyata baru belanja ya. Lo beli es krim kan Vin?" tanya Reno.

"Ada! Tapi gue beli dikit buat persediaan gue sama Gigi doang."

Melvin menarik kembali kantong plastik isi belanjaannya yang sempat direbut Reno tadi, "Gigi naha? Gigi putih?" tanya Jere.

"Gigi bininya bang Melvin lah!" sahut Mika.

"Ya ampun Pakdhe gue lupa lo udah nikah!" teriak Jere tak kalah keras.

Tangan Reno dengan cepat menutup mulut Jere, "Ssssttttt!! Suara lo jangan kenceng-kenceng, Jer!" Reno menggelengkan kepala mendengar suara Jere yang amat keras dan melengking seperti suara seorang biduan.

"Kalian jangan lama-lama disini, abis ini dah sore gue mau keluar jemput Gigi." ujar Melvin.

Jere mengernyit, "Lah Gigi kemana emangnya? Senam?"

"Gigi masih sekolah bang Jer, masih anak SMA." sahut Mika.

"Tau nih si Melvin dapet yang masih muda-muda." ujar Reno lalu melirik layar ponselnya, ada satu panggilan tak terjawab.

Biarlah, itu tidak terlalu penting.

Reno dan Melvin ini sudah berteman sedari mereka kecil. Ayahnya Reno pemilik perusahaan miras, dan juga keluarga mereka memiliki toko swalayan. Mereka bersekolah di taman kanak-kanak yang sama, international school yang sama juga. Tetapi pada akhirnya Melvin minta dipindah ke sekolah umum, butuh waktu lama bagi Kinan untuk meyakinkan suaminya, setelah beberapa hari tidak ada jawaban akhirnya usulan Melvin disetujui.

Hanya Melvin dan Reno yang benar-benar berasal dari keluarga berada, Jeremy sendiri berasal dari keluarga seniman, Ibu Jere dulunya penyanyi di televisi, ayah Jere aktor laga yang kini sudah pensiun dan membuka distro-distro di Bandung, Jere aslinya dari Bandung.

Kalau keluarga Mika yang punya yayasan tempat Gigi bersekolah, juga tempat Melvin sekolah meskipun hanya setahun disana. Mika itu cowok ya, kerap sekali orang-orang mengiranya cewek hanya dengan mendengar namanya. "Pukul berapa Bang Jer sekarang?" tanya Mika.

Jere mengendikkan bahunya, "Baterai gue habis, pukul berapa Ren?"

"Setengah 4, pulang yok!"

Reno dan Mika beranjak berdiri, sedang Jere masih betah terlentang di sofa empuk Melvin, "Ayo Jer, lo mau tidur sini?" Reno menarik tangan Jere.

"Hati-hati wahai teman-temanku sekalian." ujar Melvin dengan wajah sumringah, senang melihat mereka akan meninggalkan rumahnya.

Mata Jere menatap Melvin tidak suka, "Tega lo Vin temen main nggak suguhin apa-apa."

"Salahin sendiri kesini nggak ngomong!"

---

tbc

luv, ayaaaaaang <3

Cheated On You (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang