"Semangat! Gak boleh ngawur!" Melvin terkekeh lalu mengusap Surai hitam kecokelatan milik Gigi.
Mobil hitamnya berhenti didepan sebuah fakultas, "Kak Melvin tetep disini kan?" tanya Gigi.
"Nggak disini juga kali, gue tunggu diluar."
Gigi mengangguk.
"Kelar utbk kita jalan."
Setelah mobil hitam Melvin meninggalkan Fakultas Bahasa, Gigi ikut duduk diruang tunggu bersama peserta lainnya. Gigi terdiam sendiri, gadis-gadis disampingnya saling membagi kekhawatiran dan antusias mereka pada teman-temannya, Gigi menekuk wajahnya, entahlah tiba-tiba tangannya terasa berkeringat.
Ingat kata Melvin, ia harus lebih rileks. Utbk gak bakal nyakitin lo, baca doa terus, jangan kebanyakan minum biar nanti gak kebelet pipis.
"Tas taruh dilaci, jangan lupa kuncinya diambil. Yang dibawa cukup bolpoin dan berkasnya saja, juga tolong dikeluarkan dari map berkasnya. Saya ingatkan sekali lagi yang boleh dibawa hanya bolpoin dan berkas. "
Gigi mengeluarkan berkasnya dari map pink itu, lalu ikut mengambil barisan.
"Sertifikat vaksinnya mana?"
Bocah laki-laki didepan Gigi itu menggeleng, "Belum vaksin kak."
"Bawa surat rapid?"
Ia kembali menggeleng, "Kamu minggir dulu, ayo selanjutnya."
Gigi memberikan berkas-berkas yang sudah dijadikan satu diklip itu pada petugas, aneh padahal kemarin malam ia tidak menyusun berkasnya serapi itu, pasti Melvin yang menyiapkannya.
"Oke lanjut."
Selesai di seleksi berkas, Gigi lanjut kedepan dan merentangkan kedua tangannya saat metal detector itu menyapu tubuhnya. Tidak ada bunyi aneh-aneh, tentu saja Gigi jujur.
"Langsung masuk ruangan, nomor tempat duduk bisa dilihat dijendela."
Gigi berjalan memasuki ruangan sembari melirik selebaran berukuran cukup besar yang ditempel dijendela,
Gigi mendapat meja nomor enam."Tanda tangan kehadiran." ujar Bapak pengawas yang berdiri menyambutnya didepan pintu.
Usai menandatangani kertas putih itu Gigi langsung duduk di mejanya, "Sudah semuanya? Kalau sudah kita lakukan uji coba dulu."
Semuanya mengikuti arahan bapak pengawas, usai melakukan uji coba, Gigi mulai mengerjakan satu persatu sub-test, saat inilah waktu yang tepat untuk kembali mengingat apa yang telah ia pelajari.
Cukup sial, Gigi banyak sekali mempelajari sejarah kerajaan-kerajaan di Indonesia, tapi tidak ada satupun yang keluar, sejarah dunia yang keluar.
---
"Udah mau jam sebelas, bentar lagi selesai." ujar Melvin didalam mobil.
Melvin menyedot sekotak susu yang ia beli tadi sembari menunggu Gigi selesai, hampir 3 jam berada didalam mobil benar-benar membosankan, Melvin harap Gigi cepat keluar.
Dua tahun yang lalu, ia juga merasakan panas dinginnya tubuh ketika sedang mengerjakan UTBK, Melvin jadi ingat ia ingin sekali muntah waktu itu, ruangannya begitu dingin, padahal sedari kecil ia sudah dibiasakan berada di ruangan ber-AC, tapi waktu itu benar-benar terasa dingin sampai Melvin ingin muntah, semoga saja Gigi tidak sepertinya.
Mendengar suara kaca mobilnya diketuk, Melvin menebaknya itu pasti Gigi,dan benar saja Gigi yang mengetuknya, "Gimana? Loh Gigi lo abis muntah?" Melvin menarik Gigi supaya gadis itu cepat masuk dan duduk di kursi mobil.
Melvin menepuk punggung Gigi pelan, lalu memberikan minyak aroma yang selalu ia bawa kemana-mana itu pada Gigi.
"Dingin banget, yah? Sssttt gak boleh nangis." lirih Melvin lalu maju mendekap gadis yang kini mulai terisak itu.
"Udah gak papa, tadi didiskualifikasi?"
Gigi memukul lengan kokoh yang mendekapnya itu, "Ngapain? Gak lah! Aku muntah pas semuanya udah selesai."
"Kok nangis?"
"TADI AKU BANYAK NGAWUR, BANYAKAN NEMBAK DARIPADA MIKIR SENDIRI HUWAAA KAK MELVIN GIMANA KALAU AKU NANTI GAK LOLOS LAGI, AKU GAMAU KULIAH DI SYDNEY."
"Gak! Gak bakal gue biarin lo ke Sydney! Lagian ngapain ke Sydney kalau gue disini, kuat lo pisah ranjang?"
"ENGGA BISAA, TAPI MAMI? GIMANA KALAU MA-"
"Mami nggak ada ikut campur sekarang. Udahlah gampang kok, kita daftar mandiri nanti." ujar Melvin lalu menyodorkan kresek putih yang ia ambil dikursi belakang pada Gigi.
"Ngemil dulu, udah jangan overthinking mulu."
Gigi membukanya, ia mengambil snack kentang yang teramat populer di Indonesia itu, suara renyahan dimulutnya membuat Melvin menoleh, Melvin merasa sedang menonton ASMR secara langsung.
"Kak Melvin kita jadi jalan kan?"
Melvin menjawabnya dengan deheman tanpa menoleh sedikitpun, ia begitu fokus menyetir.
"Sip-sip, aku laper banget soalnya."
"Abis UTBK lo jadi banyak omong, gak papa yang penting jangan banyak tingkah."
Gigi terkekeh, ia menoleh ke samping, "Kak Melvin juga sekarang jadi banyak omong, tapi aku suka, aku jadi ngerasa sekarang bener-bener ada temen hidupnya."
"Dulu tuh ya ngerasa sih kalau gak sendirian, cuma sekarang lebih kerasa, lebih kerasa banget kalau ada yang peduli sama aku, seneng aja gitu rasanya ada yang perhatiin."
"Gue kan sering tuh gak pulang kerumah, ngerjain makalah sampe subuh dirumah Reno. Lo gak ngerasa sendirian?"
"Ya itu! Aku suka kesepian kalau Kak Melvin gak pulang, gak bisa apa Kak dikerjainnya dirumah aja?"
Melvin tersenyum, "Lo gak bilang."
---
bersambung.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cheated On You (Hiatus)
Fanfiction"Mulai besok dan seterusnya gue jadi tutor lo, jangan gengsi buat tanya gue, Gi." ujar Melvin. Gigi terdiam, bibirnya terasa kaku untuk menjawab. "Gue kasih semua catatan gue buat lo, sering-sering dibaca ya nanti?" tambah Melvin lalu ia beranjak da...