"Lo suka seafood?"
Gigi menggeleng, "Alergi, Kak. Boleh minta sesuatu?" tanya Gigi pelan.
"Bilang aja."
"Mau Pizza, sebenernya sama pengen makan mie level-level itu kak."
Melvin mengernyit, "Mie level-level? Mie yang pedes?"
Gigi mengangguk pelan, "Yaudah ayo." ujar Melvin.
Setelah selesai memarkir mobilnya, Melvin baru teringat ia tidak membawakan Gigi baju ganti. Gigi sendiri sepertinya masih tidak sadar sampai detik ini, "Astaga gue lupa bawain baju ganti." ujar Melvin sambil menepuk jidatnya.
"Aku pakek sweater, it's okay."
Gigi berjalan mengekori Melvin yang langkah kakinya cukup cepat, wangi tubuh Melvin wangi sekali sampai-sampai Gigi bisa menciumnya baunya. Akhir-akhir ini Melvin seperti sedikit melunak padanya setelah sebulan penuh menikah dan pisah ranjang, Melvin selalu tidur dikamar tamu.
Gigi sudah mengenal Melvin dari lama, cowok blasteran tionghoa itu kerap datang diacara keluarganya dulu, dulu sekali. Keluarga mereka memang memiliki hubungan bisnis persaudaraan yang erat, Gigi sendiri sudah digadang-gadang akan menjadi penerus perusahaan kosmetik milik sang Mama. Gigi memiliki kakak laki-laki, Mackenyu dia tinggal di luar negeri dengan istrinya, Irene.
Menikah dengan Melvin menurut Gigi sendiri hal yang menyenangkan, tentu saja karena ia sudah memimpikannya sedari lama. Ah Gigi jadi teringat pesta pertunangannya yang hampir kacau karena dirinya, saking groginya sampai-sampai cincin yang hendak ia pakaikan ke Melvin jatuh ke lantai.
"Aku yang pesen aja, Kak Melvin mau level berapa?"
"Level satu aja."
Gigi terkikik, jadi Melvin suaminya takut dengan cabai.
Setelah pelayan datang dengan nampan besar dan membawakan pesanan Gigi, kedua alis Melvin berkerut, "Ini beneran level satu? Kok cabenya banyak bener!"
"Enggak pedes kok, dicoba aja dulu kak. Punya Gigi malah level 9."
Kedua mata Melvin melotot dengan lebar, selera makan Gigi benar-benar berbanding terbalik dengannya.
Setelah menghabiskan sepiring mie level satu itu, kini bibir Melvin menjadi monyong. Bibirnya berubah menjadi sangat merah karena kepedasan, dan juga keringat yang bercucuran di pelipisnya, Gigi kembali terkikik geli dan mengulurkan telapaknya untuk mengusap keringat Melvin.
"Beli minum dulu yuk!" ajak Melvin.
Gigi kembali berjalan mengekori Melvin yang berjalan seperti orang kesetanan menuju stan boba. Melvin meminum semuanya dalam sekali seruput, "Pedes banget ya, Kak?" tanya Gigi.
"Lumayan, gue enggak bisa makan cabe. Lo jangan sering-sering makan pedes, nggak baik buat pencernaan lo, juga nanti bikin muka lo rawan jerawatan."
Gigi mengamati mimik muka Melvin ketika sedang berbicara dengannya, lucu sekali.
"Pizza-nya dibungkus aja, ya? Gue kenyang soalnya." pinta Melvin.
"Iya bungkus aja."
Usai membungkus dari Pizza Hut, Gigi mengikuti Melvin yang berjalan menuju area playground, Melvin memberikan Pizza-nya agar Gigi bawa, "Loh Kak? Enggak pulang? Kan udah di traktir tadi akunya." ujar Gigi.
"Kata siapa traktiran?"
"Kak Melvin sendiri yang bilang."
Melvin tertawa kecil, "Ini kencan, Gigi." Pasokan udara terasa habis untuk Gigi, kencan yang sama sekali tidak ia sadari.
---
tbc
luvvvv <3

KAMU SEDANG MEMBACA
Cheated On You (Hiatus)
Fanfiction"Mulai besok dan seterusnya gue jadi tutor lo, jangan gengsi buat tanya gue, Gi." ujar Melvin. Gigi terdiam, bibirnya terasa kaku untuk menjawab. "Gue kasih semua catatan gue buat lo, sering-sering dibaca ya nanti?" tambah Melvin lalu ia beranjak da...