11

198 28 3
                                    

Mata gadis itu tertuju pada semak belukar didepannya, kakinya berjalan mendekat dengan gemetar-

"DORRR!"

Gigi melempar novel yang kiranya setebal 5 senti meter itu keatas dan terjatuh tepat mengenai kepala Melvin, "Kak Melvin! Ngapain sih!". Ia menatap Melvin tidak suka kemudian berjongkok mengambil novel horor yang ia pinjam dari temannya.

"Kaget ya? Pala gue sakit nih."

"Salah sendiri! Untung jantung aman!" Gigi mengelus jantung yang berada dibalik dadanya itu.

"Lo sendiri bukannya belajar malah asikan baca apa tuh!"

"Baca novel dewasa!" balas Gigi tak kalah keras, postur tubuhnya begitu menantang, dagu diangkat keatas, mata setengah melotot.

"Bagi dong, sampe bagian mana?"

Melvin menangkap Novel sampul hitam yang Gigi lempar padanya, ia berdecak kala Gigi berhasil mengelabuinya, dimana gadis itu? Tiba-tiba saja menghilang seperti sulap.

Memikirkan Gigi yang menghilang seperti sulap membuat Melvin teringat pada Jere yang punya cita-cita konyol menjadi seorang pesulap, "Sayang banget kampus kita nggak ada fakultas sulap, pasti kalau ada bakalan banyak peminatnya, bisa ngalahin peminat fakultas kedokteran!"

Terdengar sangat ngaco memang.

"Kak Melvin... "

Mendengar Gigi memanggilnya membuat Melvin tahu dimana gadis itu berada, ia lantas berjalan menaiki setiap anak tangga dan sampai didepan pintu cokelat yang terbuka. Gigi berada didalam, ia duduk dikursi belajar sembari membolak-balik halaman bukunya.

"Kenapa?" tanya Melvin, Gigi beranjak dan memberikan sebuah bolpoin pada Melvin.

"Ini pemecahannya gimana?"

Melvin mengambil alih meja Gigi, ia menggeser kursi Gigi membuat dirinya yang duduk dan Gigi berdiri disampingnya memperhatikan.

"Ada lagi?"

Gigi menggeleng, "Nanti kalau ada yang susah Aku panggil lagi. Sekarang Kak Melvin keluar dulu, I want to be alone."

"Oke, tiati ya itu sebelah lo dari tadi gue lihat kegatelan pengen bantuin."

"KAK MELVIN!!"

Melvin meringis merasakan bahunya yang dihantam Gigi lumayan keras, boleh juga tenaga gadis itu.

"Oke gue keluar, tapi kalau lo teriak minta tolong gue nggak bisa jamin bakal bisa langsung kesini."

"Ikut, ikut!!" Gigi beranjak dari kursi.

Ia berjalan mengekori Melvin, pokoknya ia tidak mau dirumah sendirian!

Dua hari yang lalu ia overthinking dengan rumor-rumor soal UTBK yang 'katanya' lebih HOTS dari tahun kemarin, rumor seperti itu pasti booming setiap tahunnya.

Pilihan pertamanya S1 Kedokteran, yang kedua S1 Gizi. Kampus? Gigi memilih kampus Melvin.

"Mau kemana, Kak?"

Melvin mengendikkan bahunya, "Mungkin kerumah Jere, mau ambil anak gue."

"A-anak? Kak Jere hamil anak Kak Melvin?"

"Akhh!!" Melvin menyenyil dahi Gigi, bibir gadis itu mencebik kesal.

"Jere mana bisa hamil! Yang hamil kucing dia, kembar 4!"






Sesampainya di pelataran rumah Jere yang luasnya bisa 2 kali lapangan futsal, Gigi merasakan aura-aura negatif dari rumah Jere, novel horror tadi masih senantiasa membuatnya terbayang-bayang, apalagi design rumah Jere seperti rumah keraton tahun 1940an.

Gigi berjalan dibelakang Melvin dengan jarinya menarik baju belakang Melvin, "Jangan tarik-tarik." Alhasil Melvin menarik Gigi yang berjalan dibelakangnya menjadi beriringan dengannya, Melvin menggenggam tangan kecil yang gemetar itu, ia terkikik geli melihat dahi Gigi bercucuran keringat.

"Assalamualaikum, Bunda."

Melvin mencium tangan Ibu Jere yang sedari dulu ia panggil 'Bunda', diikuti dengan Gigi. Bunda duduk diteras rumah dengan Jere dan seorang gadis, dia mirip Bunda, ah pasti dia adik perempuan Jere.

"Waalaikumsalam, Kak Melvin! Udah lama loh Kakak nggak main kesini."

"Ya jelas dong, Lol. Abangmu aja sibuk banget, apalagi Kak Melvin yang Mahasiswa Kedokteran." sahut Bunda.

"Kak Reno juga sama kayak Kak Melvin tuh, tapi masih sering main ke Bang Jere. Iya kan, Bang?"

Kepala Gigi mempertanyakan siapa gadis didepannya ini yang begitu attractive, padahal sudah jelas tadi terbesit dipikirannya ia adik Jere, tapi setelah dilihat-lihat lagi wajah mereka tidak mirip.

"Emang kenapa kalau Kak Melvin kesini? Lolita mau apa?" tanya Jere, ia menggelitik dahu gadis bernama Lolita itu.

"Mau samperin lah!"

"Udah nggak bisa dong, Kak Melvin udah ada yang punya. Nih orangnya!"

Badan Gigi terdorong kedepan oleh Melvin, ia tersenyum kikuk pada Lolita, "Kakak ini pacarnya Kak Melvin? Kalau dilihat-lihat cantikan Kakak sih daripada Lolita."

Bunda tertawa mendengar penuturan yang teramat jujur dari putrinya, "Sama cantiknya, Sayang."

"Udah hak paten ya, Vin?"

Melvin tersenyum, "Iya Bunda."

"Sini sayang, kenalan. Kalau dilihat-lihat Bunda kayak pernah ketemu sama kamu."

"Emang pernah Bunda, Gigi ini anak Pak Surya Hartono. Gigi sendiri yang bilang pernah undang Bunda di pesta ulang tahunnya, kira-kira Bunda masih inget nggak ya?" sahut Jere.

"Oh iya! Bunda inget! Giselda Hartono yang ulang tahun itu ya! Bunda inget, Bunda panggil Giselda aja ya, Sayang?"

"Boleh, Bunda."

"Kata Gigi, dia juga ngefans banget sama Bunda."

---






tbc

haiiii haiii

Cheated On You (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang