Guo-yang sudah selesai diperiksa dokter, dan perawat bertugas membersihkan dan mengobati memar di tubuhnya. Lin Da-wang mengatur agar muridnya itu mendapat ruang perawatan. Meski dokter sudah mengizinkan Guo-yang bisa pulang setelah sadar, dirinya ingin agar muridnya beristirahat beberapa hari.
Lin Da-wang sudah selesai mengurus surat-surat dan Guo-yang sudah dipasang infus dan dipindahkan ke ruang rawat kelas satu. Shao-luo mengikuti dan menjaga di samping Guo-yang.
"Kamu temani Guo-yang. Laoshi akan mencoba menghubungi orang tuanya," perintah Lin Da-wang kepada Shao-luo sambil mengeluarkan ponsel. Ia beranjak ke luar ruangan. Berulang kali, ia menghubungi Wang Xiansheng dan Wang Taitai. Namun, tidak ada satu pun dari mereka yang mengangkat. Dirinya mondar-mandir, duduk di kursi tunggu, belum juga berhasil menyambungkan panggilan.
Karena merasa hampir putus asa, ia memutuskan untuk menghubungi mereka lagi nanti. Ia kembali ke ruangan untuk melihat kondisi Guo-yang. "Bagaimana keadaanya?" tanyanya ketika sudah berdiri di samping Shao-luo. Satu ruangan terdapat dua pasien sehingga ia memelankan suara.
"Guo-yang sempat mengigau memanggil Pa, Ma, tapi dia sudah tidur lagi," jelas Shao-luo.
Lin Da-wang mengangguk. Ia memegang kening Guo-yang. "Demamnya masih belum turun." Keputusan agar muridnya itu dirawat ternyata tepat. Ada perawat dan dokter yang bisa mengontrol kondisi fisiknya.
"Apakah Laoshi sudah memberi tahu orang tua Guo-yang?"
"Belum. Mereka belum bisa dihubungi."
"Guo-yang pasti ingin sekali orang tuanya ada di sampingnya sekarang. Dia sampai mengigau seperti tadi."
"Laoshi akan menghubungi mereka lagi nanti. Shao-luo, sebaiknya kamu kembali ke sekolah, biar Laoshi yang menemani Guo-yang sampai orang tuanya datang."
Shao-luo menggeleng. "Laoshi bantu aku izin untuk hari ini ya." Ia tampak memohon sambil merapatkan kedua tangan.
Lin Da-wang membuang napas berat, tidak mungkin juga ia bersuara keras hanya untuk memaksa muridnya itu kembali ke sekolah karena sedang berada di kamar rawat. Ia pun mengizinkan Shao-luo tetap berada di samping Guo-yang.
Beberapa jam kemudian, Guo-yang sadar. Ia berusaha mengenali tempat karena ingatan terakhirnya berada di gedung kosong. Dirinya menengok ke kanan dan kiri, masih mencoba waspada dari Jiang-gao dan teman-teman yang menyerangnya.
"Laoshi, Guo-yang xing le," kata Shao-luo sambil tersenyum senang. Ia langsung berdiri dari duduknya.
Lin Da-wang pun tersenyum.
Guo-yang memperhatikan mereka, tetapi ia mencari sosok lain yang sangat diharapkan berada di dekatnya. Karena masih merasa pusing serta kecewa karena tidak melihat orang tuanya, ia memilih tidak berbicara.
"Guo-yang, bagaimana perasaanmu? Apa ingin kupanggilkan dokter?" tanya Shao-luo begitu antusias sampai refleks memegang sikut Guo-yang hingga membuat pasien itu menjerit kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Youth | Wo Men De Yang 我们的样 (TERBIT)
Teen Fiction[Mandarin Fiction] Blurb: Xun Shao Luo, murid yang cerewet dan sering di-bully, kurang pintar, tidak jago bela diri mencoba berteman dengan Guo Yang yang terkenal serta pintar dan Yu Xing yang misterius. Pertemanan Shao Luo dengan Guo Yang dan Yu X...