8. White Powder

17 3 3
                                    

Di hari berikutnya, Elora mungkin benar-benar merasa kelelahan dari sesi latihan sebelumnya. Anna terlihat khawatir, melihat Elora yang belum juga muncul untuk bergabung dalam latihan perang resmi. Ia mondar-mandir di depan pintu kamar Elora yang masih tertutup.

Setelah sekitar 10 menit, Elora keluar dari kamar. Anna langsung menemuinya dengan pertanyaan, "Jadi, kapan?"

"Lo lagi nanya itu mulu, apa settingannya di template gimana?" Elora mengeluarkan ekspresi heran.

Anna hanya terdiam, kebingungan dengan istilah yang digunakan Elora.

"Aku akan berangkat untuk latihan sekarang. Kau tak perlu ikut karena aku belum mendapat izin langsung dari raja, jadi aku akan berlatih sendiri," ujar Elora, berjalan mendahului Anna.

"Hari ini, kau tidak mencoba ikut pasukan karena tinggal 3 hari lagi perang dimulai?" tanya Anna, membuat langkah Elora terhenti. Ia kemudian menghadap Anna.

Dengan wajah yang sedikit masam, Elora menjawab pertanyaan yang dianggap konyol itu. "Gue lempar ke Bumi juga lo lama-lama! Nanya mulu, ini gue lagi usaha, lo pikir gampang!" batin Elora dengan geram.

"Kalo gak bisa bantu, seenggaknya gak usah ngerepotin gue! Nyuruh doang, pergi kaga lu!" tambah kata hati Elora, yang sudah merasa dongkol.

"Kenapa kau diam?" tanya Anna.

"Anna, apa kau bisa diam? Kalau kamu terus bertanya, dengan senang hati aku akan kembali ke dunia asalku, tanpa membantu takdir dari Putri Karina," ujar Elora dengan ancaman halus.

Anna menundukkan kepalanya, "Maaf."

Elora hanya memutar bola matanya dengan ekspresi malas, lalu meninggalkan Anna sendirian untuk segera pergi berlatih.

Menunggangi kuda putih, Elora bergegas menuju tempat latihan. Namun, di tengah jalan, ia bertemu dengan tiga pria yang juga berkendara kuda dan berhenti di depannya.

Elora menurunkan diri dari kudanya, "Siapa kalian?" tanya Elora.

Ketiga pria dewasa itu hanya diam, kemudian mendekati Elora. Tanpa aba-aba, salah satu dari mereka menyemburkan sebuah bubuk putih ke arah wajah Elora, membuatnya tersedak.

"Fuck!" gumam Elora sambil batuk. Tanpa banyak waktu, sekitar 10 detik kemudian, mata Elora tiba-tiba menjadi buram.

Akhirnya, ia terjatuh dan kehilangan kesadaran saat itu juga.

***

Anna berjalan menuju tempat latihan Elora. Di tengah perjalanan, ia menemui kuda putih favorit Elora yang sedang makan rumput di hutan. Anna dengan cepat menghampiri kuda yang kerap menjadi teman setia Elora.

"Kau sendiri? Dimana Tuan Puteri?" tanya Anna pada kuda, meskipun ia sadar betul bahwa kuda tidak akan bisa menjawab pertanyaannya.

Pandangan Anna menyapu ke segala sisi, hingga ia menemukan jejak bubuk putih yang bertebaran di tanah. Ia menyentuh sedikit bubuk tersebut, mencium aroma yang membuatnya pusing secara instan.

"Putri Karina..." Anna terjatuh tak sadarkan diri di tanah, terpengaruh oleh bubuk misterius itu.

***

Bukanlah kegelapan yang menyelimuti, melainkan suasana yang suram dan sunyi. Elora kini terjebak di dalam ruangan yang terasa terpencil, diapit oleh dinding batu yang mengelilinginya.

Mata Elora perlahan terbuka, dan kenyataan pun mulai menghampirinya. Ia duduk di kursi, kedua tangannya terikat oleh rantai besar di belakang punggungnya.

"Oh, sial! Di mana ini?" desah Elora dengan suara pelan.

Elora menemukan dirinya terkungkung, mencoba melepaskan diri dari belenggu rantai yang membelenggu tangannya. "Di zaman sekarang, ada yang masih pake belenggu gini?!" Elora berusaha melepaskan diri dengan nada kesal.

DIVE INTO THE LETTERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang