14. Target

12 3 4
                                    

Areez terus mencari di sekitar ruangan persenjataan pribadinya, matanya mencari-cari keberadaan kantung anak panah beserta isinya. Ruangan yang sebelumnya terasa akrab dan nyaman kini berubah menjadi tempat yang penuh ketidakpastian.

Tiba-tiba, pintu ruangan terbuka, dan Morey muncul tanpa izin. Areez langsung memandang saudaranya dengan sorot tajam, mencoba memahami maksud kedatangannya yang mendadak.

"Kau mencari apa?" tanya Morey dengan santai, seolah tak menyadari ketegangan yang mencengkam Areez.

Areez menggelengkan kepala, "Kau melihat cadangan kantung anak panahku dan isinya?" jawabnya sambil terus mencari dengan pandangan yang semakin gelisah.

Morey tersenyum, lalu menunjukkan quiver yang dipegangnya, "Maksudmu ini?"

Areez mendongak, matanya menemukan apa yang dicarinya. Namun, rasa lega langsung tergantikan oleh kebingungan. "Dimana kau menemukannya?" tanya Areez, suaranya terdengar tegang.

"Aku yang membawanya," jawab Morey dengan santai, seakan merasa memiliki hak untuk mengambil barang-barang Areez.

Areez mengernyit, mencoba merangkai alur pemikirannya. "Untuk apa?" tanyanya, mencari jawaban atas tindakan saudaranya yang seakan-akan semena-mena.

Morey tertawa kecil, "Kuberikan pada Portgas untuk menyelesaikan tugasnya. Itu sebagai antisipasi, tapi ternyata cuma berguna satu saja. Terima kasih ya," jelas Morey dengan nada sinis.

Areez merasa adrenalinnya meningkat. "Maksudmu?" tanyanya, mencari kejelasan di balik kata-kata Morey.

"Tugas kita sudah selesai, Karina terluka, aku juga sudah membuat Portgas membunuh Giorno. Pasti sekarang dia mengaku karena hidupnya tidak berarti setelah keluarganya habis," ungkap Morey dengan bangga.

Tanpa ragu, Areez memberikan pukulan keras pada wajah Morey. Tubuh saudaranya tersungkur, dan keheningan ruangan seolah memperkuat kejutan yang baru saja terjadi. Morey, dengan wajah yang terasa lebih berdosa di mata Karina, telah mengorbankan keberadaan istri dan anak Portgas, yang tak bersalah, sebagai pion dalam permainannya. Areez merasa dirinya semakin tenggelam dalam jurang kebencian yang telah dibangun Morey.

***

Dalam suasana istana yang hening, langkah Areez penuh frustrasi melintasi koridor-koridor, membawanya ke hadapan pintu ruang pertemuan Raja Orion, sang ayah. Ruangan itu penuh dengan para petinggi kerajaan yang sedang terlibat dalam pembicaraan serius.

Raja Orion, dengan ekspresi senang dan percaya diri, memimpin diskusi tersebut, "Besok kita serang langsung wilayah Gifford. Mereka tak lagi memiliki pemimpin yang dapat menjaga wilayah itu. Anak-anakku telah menyelesaikan tugas mereka dengan baik," ucapnya sambil tertawa.

Sejumlah pertanyaan muncul di benak Areez saat mendengar rencana itu. Langkahnya terhenti, dan ia tanpa sadar mendengarkan percakapan di dalam. "Bagian mana yang akan kita serang terlebih dahulu, Yang Mulia?" tanya salah satu petinggi dengan suara penuh antusiasme.

"Tidak perlu dipikirkan. Kita akan menyerang langsung pusat pemerintahan mereka!" jawab Raja Orion tanpa ragu.

Ketika Areez mendengar rencana tersebut, raut wajahnya mencerminkan keheranannya. Ia segera melanjutkan langkahnya dengan cepat, meninggalkan ruang pertemuan tersebut. Di luar istana, kudanya sudah menanti, dengan langkah mantap, Areez menunggang kudanya dan meluncur keluar dari istana.

***

Tepi sungai yang tenang menjadi saksi pertemuan Areez dan Elora (Karina), di mana ketegangan dan kebingungan merayap di wajah Elora. Areez, dengan langkah mantap, mendekati wanita itu, ingin memberikan pandangannya terhadap keadaan yang semakin pelik.

"Karina," panggil Areez dengan lembut, mencoba meredakan kegelisahan.

Wanita itu memandang Areez, mencari petunjuk atau jawaban atas pertanyaan yang menghantui benaknya. Pasukan Gifford sedang dilanda ketidakpastian setelah tindakan Portgas sebelumnya.

"Kita harus cepat evakuasi rakyat yang tinggal di pusat pemerintahan Gifford. Besok, pasukan Erebus akan menyerang secara sepihak di wilayahmu langsung, bukan di medan perang," tambah Areez dengan nada serius, mencoba memberikan klarifikasi dan arahan pada situasi yang rumit.

"Apa! Apakah kau serius?" tanya Elora, merasa terkejut.

"Jika mereka menyerang di sini, dan membantai warga sipil tanpa pandang bulu, itu bukan lagi perang, melainkan genosida," tambah Elora, tentang kebrutalan yang mungkin akan terjadi.

Keadaan semakin membingungkan Karina. "Oh ya, kau benar mengenai Portgas yang mungkin terlibat dalam pengkhianatan, karena dia bertemu dengan ayahmu," tambah Elora..

Namun, Areez segera memberikan klarifikasi, "Tapi, Karin, Portgas sepenuhnya tidak bersalah. Semua ini adalah ulah Morey, dia yang menjebak Portgas dengan keluarganya sebagai taruhannya. Bahkan anak panah yang kau temukan, itu diambil oleh Morey dari ruanganku dan diberikan kepada Portgas," jelas Areez, berusaha memulangkan kebenaran kepada Portgas.

Elora, yang terkejut dengan pengakuan Areez, bertanya dengan nada penasaran, "Waktu aku di penjara istana Erebus, kau menyebut ada jebakan. Apa itu?"

Areez menggelengkan kepala, "Awalnya, dalam strategi perangku, kami berencana membuat labirin yang menjebak di medan perang. Namun, semuanya menjadi sia-sia karena yang terjadi tidak sesuai dengan kesepakatan aturan peperangan. Raja Orion benar-benar licik!" ujar Areez, membeberkan rahasia tersembunyi dalam perang yang dihadapi.

Mereka terus berbincang, menyusun rencana bersama dengan pasukan Gifford untuk mengevakuasi penduduk yang masih tinggal di wilayah pemerintahan pusat sebelum besok diserang oleh pasukan Erebus.

Kegaduhan dan kehebohan terjadi di sepanjang gang-gang istana, dengan prajurit istana yang sibuk mengetuk pintu warga dan memberikan pemberitahuan evakuasi secara mendadak. Elora kembali melangkah ke dalam istana untuk memberikan arahan persiapan seadanya. Di tengah hiruk-pikuk itu, Portgas mendatangi Elora, dengan ekspresi tulus dan tekad di matanya.

"Tuan Putri Karina, izinkan saya untuk meminta maaf jika saya terlalu lancang. Tetapi berikan saya kesempatan untuk menebus segala dosa saya. Saya bersedia mempertaruhkan nyawa ini untuk menghabisi Raja Orion," tawar Portgas, suaranya penuh tekad.

Elora tersenyum mendengarnya. "Lakukanlah tugasmu dengan baik, dan yang terpenting, jangan pernah hancurkan kepercayaan ayahku lagi," ucap Elora dengan tegas, memberikan dukungan dan perintah yang jelas kepada Portgas.

Portgas merespon dengan senyuman penuh arti, berjanji untuk menjalankan tugasnya dengan penuh tanggung jawab. Keberanian dan tekadnya tampak mencuat, siap untuk melawan dan melindungi Kerajaan Gifford dari ancaman pasukan Erebus yang akan datang besok.

***

Raja Orion duduk di singgasana, tatapannya melintasi ruangannya yang dipenuhi oleh api yang berkelebat. Langit-langit yang suram dan dinding-dinding istana yang terpenuhi bayang-bayang api yang gelap dan menegangkan. Di tengah keheningan, suara Raja Orion memecahnya.

"Bagaimana persiapan penyerangan besok?" tanya Raja Orion, suaranya menggema di dalam ruangan yang serba suram itu.

"Semua sudah selesai, Yang Mulia. Besok sebelum fajar, pasukan kita akan datang dan langsung menyerbu pemerintahan pusat Gifford, mengambil alih kendali. Saya yakin di sana mereka tidak memiliki persiapan apapun," jelas Jake, kepercayaannya.

Raja Orion memandang sekeliling ruangan istananya, dan dia melontarkan pertanyaan lain, "Morey, di mana Areez?" tanyanya, mencari tahu keberadaan putranya yang tengah membuatnya kesal.

Morey, dengan ekspresi kesal akibat insiden pukulan dari Areez, menjawab tanpa terlalu berminat, "Tidak tahu, Yang Mulia."

"Mungkin dia sedang bersiap-siap," duga Raja Orion, angkuh dalam sikapnya.

Sementara persiapan pihak Erebus telah mencapai tahap puncak, dengan segala jebakan sudah dilakukan dan penghalang sudah dimusnahkan seperti Giorno dan Karina, Raja Orion sudah tidak sabar untuk memperluas wilayah kekuasaannya setelah merebut Gifford secara paksa.

"Jika Gifford sudah di tangan saya, karena kesuburan di sana, saya akan menanam anggur di semua tempat agar tidak perlu lagi menjarah harta milik negara aliansi saya," lanjut Raja Orion, tawanya bergema mengisi ruangan.

Bersambung...

DIVE INTO THE LETTERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang