5. Meeting Behind the Rock

35 5 5
                                    

Hari ke-3

Galaksi asing itu masih terasa sama. Helios, atau matahari mereka, menembus jendela kamar Putri Karina, menghiasi kamar yang klasik itu, dan Elora masih terbaring santai di atas ranjang.

Elora, seolah enggan untuk beranjak dari tempatnya, terdiam dengan posisi berbaring. Kemudian, tangannya meluncur ke ponsel yang tergeletak di atas nakas, hanya untuk melihat jam.

"Jam 4 sore? Apa gue tidur kebo ya? Bangun jam 4, atau mungkin zona waktunya beda sama Jakarta?" gumam Elora seraya meletakkan ponselnya di sebelah.

Menghela napas panjang, Elora berpikir, "Waktu itu Clarissa pernah nanya tentang teori dunia paralel. Gue sebenernya penasaran juga sih, apakah dunia paralel itu beneran ada atau enggak. Tapi sekarang gue malah ada di tempat yang gak tau dimana."

Elora mengubah posisinya menjadi duduk, menyandarkan tubuhnya dengan bantal sebagai alas.

"Tapi, bapak tua yang ngasih gue buku bilang, semoga apa yang pengen gue tau segera diketahui," tambahnya.

"Dan juga, ini antara buku itu  bener-bener gerbang dunia di galaksi lain, atau semua orang yang ada di sini cuma tokoh fiksi buku itu. Alur bukunya juga ngegantung, gak ada kelanjutan."

Elora berjalan mendekati jendela, menyandarkan tubuhnya pada dinding dengan kedua tangan dilipat di dada.

"Apa emang niatnya nyari orang beneran buat nyelesein misi buku itu? Soalnya, karakter musuhnya juga kebal bacok. Mana ada orang di jaman kek gini punya alat yang bisa ngebunuh, kalo modal panah aja gak bisa nembus."

"Wah, penulis buku itu bingung deh kayaknya. Tau deh, mungkin lagi pusing!" sambung Elora, mengingat halaman buku kosong sebelumnya.

Elora mengernyitkan alisnya ketika Anna mengantarnya menuju meja makan, yang katanya untuk makan pagi. Meski ponsel Elora menunjukkan pukul 4 sore, suasana di sekitarnya seperti pukul 7 pagi.

"Mari sarapan dulu, Putri Karina," ajak Anna. "Bentar ganti baju dulu," jawab Elora.

Sarapan bersama keluarga kerajaan, bagi Elora, terasa seperti di rumahnya. Yang berbeda hanya suasana dan cahaya helios yang memenuhi ruangan, berbeda dengan rumah Elora yang sudah dilengkapi dengan lampu.

"Apa rencanamu setelah makan, Karina?" tanya Raja Giorno.

"Berlatih memanah," jawab Elora asal.

Raja dan Ratu saling bertukar pandang sejenak. Ada yang berubah dari kepribadian putri mereka. Putri Karina yang sebelumnya manja dan berkarakter baik, kini digantikan oleh kepribadian Elora yang lebih kuat.

"Sejak kapan, kau ingin berlatih ilmu perang?" tanya Ratu.

Elora meletakkan alat makannya, "Kemarin," jawabnya.

"Apa ada hal spesial yang membuatmu tertarik mempelajarinya?" tanya Ratu.

Elora menghela napas panjang. "Andai Anda tahu bahwa suami Anda bisa terbunuh jika putri Anda tidak mampu membunuh raja antagonis. Saya cuma gantiin dia, lagian agak ngaco, cewek lemes kek tape diminta berperang sama makhluk besi beton?" umpat Elora dalam hati.

Elora tersenyum dan menggeleng seolah takkan terjadi apa-apa.

***

Anna segera menemui Elora, hendak menanyakan pertanyaan yang sama seperti kemarin. Waktu terus berjalan, dan mereka tak bisa lagi menghabiskan waktu sia-sia jika tak segera mengambil tindakan untuk menyelesaikan misi Elora.

"Putri, kapan kau akan melakukannya segera?" tanya Anna.

"Anna, please. Gue lagi mikir, bahkan Raja aja gak tau sama takdir dia dan anaknya," ujar Elora sambil menyunggar rambutnya.

DIVE INTO THE LETTERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang