Malam hari,Sakala terbangun dan mendapati dirinya masih memakai pakaian yang sama. Perasaan sedih tiba-tiba datang,memikirkan kedepannya tanpa adanya bi Ana membuat ia ingin menangis keras,menyalahkan semua yang ada.
Bi Ana ,mungkin yang orang lain kira hanyalah pembantu rumah tangga. Namun berbeda untuk Sakala. Bi Ana dan suaminya datang saat ia berumur enam tahun,sampai ia berumur enam belas tahun. Bagi Sakala bi Ana dan suaminya adalah sosok orang tua yang selalu melindunginya.
Misalnya,saat ia yang berumur tujuh tahun dikurung di gudang dan tidak diperbolehkan makan oleh sang ayah bi Ana diam-diam melemparkan sebungkus roti dari jendela. Juga melemparkan selimut tipis setidak nya itu membuatnya tidak terserang demam karena tidur di lantai kotor dan dingin.
Lalu,saat ia terjatuh dan menangis setelah mengejar mobil orang tua nya. Pak Mamat langsung menghiburnya,mengajaknya berjalan-jalan agar melupakan kepergian orang tua nya yang entah kapan akan pulang kembali.
**
Dengan langkah malas Sakala berjalan ke kamar mandi berniat membersihkan diri. Terkekeh sinis melihat bayangan wajahnya di cermin,menertawakan betapa lemah dirinya.
Brak
Prang
Seperti dugaan,Sakala meninju kaca didepan nya. Menyebabkan punggung tangannya mengeluarkan darah. Tanpa berniat mengobati, Ia langsung menyelesaikan mandi singkatnya.
Di kamar ia bersiap dengan cepat, bahkan tidak membawa buku sesuai dengan jadwal hari ini. Selesai bersiap-siap Sakala keluar dan berpapasan dengan sang ayah. Ia hanya berlalu,mengganggap tidak melihat siapapun.
Melewati ruang tamu ia mengingat kegiatan rutin bi Ana setelah menyiapkan sarapan. Sambil membereskan ruang tamu biasanya Sakala akan bergurau dengan bi Ana,dan selanjutnya ia akan dibawakan bekal bi Ana.
Diluar taksi yang tadi ia pesan sudah datang. Tanpa menunggu lama Sakala langsung masuk dan menyenderkan kepalanya ke permukaan kaca.
**
Sebelum turun Sakala membenarkan kembali posisi masker yang ia pakai,setelah nya baru ia membayar dan langsung melangkahkan kakinya masuk ke area sekolah.
Koridor menuju kelasnya sudah lumayan ramai,beberapa di antara mereka menoleh sekedar memastikan penampilannya. Karena aneh rasanya melihat Sakala memakai pakaian yang tertutup dan hanya memperlihatkan bagian matanya saja.
"Lo Sakala?"tanya Ano saat berpapasan dengan Sakala.
Sakala hanya mengangguk menanggapi."Busett lo mau ngelayat kemana bocah?"itu Danil yang bertanya.
"Ngga kemana-mana."ucap Sakala lirih. Sejak kemarin ia sulit untuk berbicara,saat akan berbicara rasanya ada yang mengganjal di tenggorokan nya.
Setelah duduk di kursinya Sakala langsung melipat kedua tangannya dan menenggelamkan wajahnya disana.
"Si Sakala kenapa?"tanya Herland heran.
"Mana gua tau. Dah dari tadi sih tidur kayanya."jawab Ano tanpa menoleh."Anj*ng."umatnya saat Niko dengan isengnya asal menyentuh handphone nya.
"Kal!"ucap Herland sambil mengguncang bahu Sakala.
Sakala menumpukan wajahnya pada lipatan tangannya. Melihat sekelilingnya sudah lumayan ramai.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝒮𝒶𝓀𝒶𝓁𝒶
Short Story!Follow dulu sebelum baca~ Hanya sedikit cerita tentang Sakala.Pemilik senyum secerah matahari Happy reading♡