꒰ ∷ ─ chpt. 002˚ ꒱

1.7K 273 116
                                    

keduanya menyatukan bibir mereka. tangan bermain kesana kemari membelai bagian tubuh yang sensitif. 

ketika sampai di pantatnya, ia remas bongkahan bulat tersebut dengan penuh perasaan...

"ahm—eunghhh" felix mendesah tertahan.

matanya terpejam mendengarkan suara erotis dari layar laptopnya. kedua pahanya tertutup rapat menjepit sesuatu yang keras diantaranya. 

tangan mungilnya memijat benda itu perlahan hingga basah dan licin.








ting tong

"a-ahhh!" felix berjengit kaget mendengar bel apartemen dibunyikan.

ia menggeram rendah sebelum mematikan laptop dan meletakkannya sembarang di atas meja. 

felix tidak banyak berpikir dalam kondisi panik jadi ia mengambil celana boxer seadanya dan kaos kebesaran. felix pergi untuk membangunkan nagisa.

"baby.. nagisa.. ayo bangun sayang." bisik felix pelan sambil menggendong tubuh anaknya perlahan.


°・₊ʚ ────── ɞ₊・°


jeongin membunyikan bel apartemen tersebut sekali lagi. siapapun pemilik apartemen ini jelaslah kalau bukan pelupa ya tuli. 

terlalu lama menunggu, jeongin hendak menyalakan bel untuk yang ketiga kalinya namun seseorang membuka pintu itu perlahan.

"selamat datang... uhm, ada perlu apa ya?" jeongin membelalakkan matanya kaget.

pertama, jeongin tidak mengira yang akan dia temui adalah lelaki semanis ini. dia berpikir akan bertemu pria single 30 tahunan karena mendengar katanya dia punya anak. 

justru jeongin mengira lelaki itu hanyalah kakak dari bayi yang digendongnya.

kedua, jeongin cukup kaget dengan suaranya yang dalam. sangat kontras dengan wajah memerah dan mata sayu seolah habis melakukan—

baiklah jeongin tidak mau berprasangka buruk terhadap siapapun yang mau memerkerjakannya setelah ini.

jeongin menggelengkan kepala, segera kembali ke dunia nyata, "itu, saya mencari tuan lee felix. saya housekeeper, yang jeongin."

"ah! housekeeper. ya, tapi bukankah kau datang terlalu pagi?" tanya felix sambil tertawa kecil membuat jeongin terpana.

"ehh? tapi saya disuruh datang jam sembilan..." tanya jeongin keheranan. 

felix juga mengangkat alis menatap lelaki tersebut sama herannya tapi kemudian dia menepuk jidat.

"astaga, sepertinya aku salah angka 6 dan 9. maafkan, ini salahku. kau boleh masuk ke dalam...." kata felix sambil meringis terkekeh. 

ia bergeser memersilakan jeongin untuk masuk.

"panggil saja aku felix. dan ini nagisa. nagisa~ jangan tidur lagi,, ayo bangun dan sapa kak jeongini~" jeongin hampir gemas mendengar nada main main felix pada nagisa.

"hummm? kak jeongin.. pagi... akwuu nwagisaaa" katanya sambil mengucek mata berusaha bangun.

"selamat pagi, nagisa." jeongin tersenyum kecil dan mengelus kepala bayi itu. 

nagisa langsung senang dan menggosokkan kepalanya di tangan jeongin, "dia menggemaskan. anaknya kakak?"

"iya. nagisa umurnya dua tahun." kata felix mengayunkan tubuh bayinya.

jeongin tertegun. felix masih terlihat sangat muda, tingginya tak mengalahkan ataupun lebih gagah dari jeongin. 

bahkan jeongin kira umur felix tidak jauh di atasnya. namun bayinya sudah berumur dua tahun saja.

"ada apa? aku tidak seperti yang kamu pikirkan kok. aku menikah dengan istriku tiga tahun yang lalu kemudian baru saja cerai beberapa bulan terakhir ini." kata felix seolah mengerti isi pikiran jeongin.

"e-eh, uhmm tidak. bukan apa apa" kata jeongin menggelengkan kepala. felix tersenyum saja menanggapinya.

"karena kamu sudah disini, bisakah kau buat sarapan? pakai saja apapun yang ada di dapur. aku akan mandi dulu bersama nagisa" 

jeongin mengangguk dan memutuskan untuk langsung mengerjakan pekerjaan pertamanya.

di dapur jeongin jadi kepikiran felix. bagi jeongin, felix sangat lembut dan menggemaskan. istri macam apa yang mau putus dengan seseorang seperti felix. 

tapi yah, kalau dipikir lagi cewek cewek pasti bakal insecure kalau dihadapkan sama felix. pada akhirnya, felix sangat sexy dan bertubuh sangat indah.

jeongin menggelengkan kepala lagi, mengusir felix dengan paha rampingnya yang berputar di atas kepalanya. mengingatkan kalau sekarang dia sedang bekerja mencari nafkah untuk dirinya sendiri.

fokus, jeongin!

"ahhh omelet dan sandwich. kamu cepat juga ya kalau masak" jeongin berjengit mendengarkan suara lembut itu tepat disamping telinganya.

ia menoleh, melihat felix mengangkat wajahnya untuk menatap jeongin. 

dari jarak sedekat itu, jeongin berusaha keras untuk tak merona, "y-yah, aku sudah kebiasa masak cepet kalau ada kelas pagi"

ahhh ini pekerjaan yang berbahaya sekali...

© ECLAIR, 040122

bagus layout pink/black?

❪ 恋 ❫ ECLAIR • jeonglix ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang