11.Ya jadi gini

4 1 0
                                    

"Pada bahas apaan sih?" tanya Vio penasaran.

"Omongin lo." celetuk Siska asal.

Vio pun kembali ke tempat duduk asalnya.

"Siska, Asya.... "

___________________

"iya pak?" tanya Siska.

"Kalian berdua dicariin tuh didepan."

"baik pak, kita Ijin keluar ya pak." kata Siska di balas anggukan oleh pak guru dan diikuti dengan Asya dibelakangnya.

Sesampainya didepan kelas terpampang jelas Belvan yang sedang berdiri. Siska dan Asya saling menatap. Seakan-akan berbicara melalui tatapannya.

Karena Siska hanya diam, akhirya Asya memberanikan diri untuk bertanya. "Kenapa?"

"Lo Asya kan?" tanya Belvan.

"Iya?"

Tiba-tiba Belvan menyerahkan bingkisan plastik yang berisi makanan didalamnya, Asya kembali menatap heran kearah Siska. "Eh?"

"Ini pesanan lo, lo pesan Gofood kan?"

"Ahh iya, astaga makasih ya." Asya mengambil plastik itu dengan perasaan bahagia.

Setelah menyerahkan bingkisan itu, Belvan beralih menatap Siska, lalu menatap Asya lagi, menatap Siska, dan menatap Asya lagi. Seperti itu terus yang membuat Siska dan Asya sendiri kebingungan.

"Lo dicariin Pak Rahman." kata Belvan kepada Siska.

"Hah? ngapain?"

"Nggak tau," ucap Belvan tak peduli.

"Sekarang?"

"Mana gue tahu."

Siska menoleh kearah samping tempat Asya yang tadinya berdiri, namun anak itu telah hilang memasuki kelas terlebih dahulu. "Setan." makinya dalam hati.

"Yaudah tunggu."

Siska masuk kedalam kelas meminta ijin kepada pak guru lalu keluar dan langsung beranjak pergi tanpa menghiraukan keberadaan Belvan yang ada disana.

Laki-laki itu pun bingung dan akhirnya berjalan menyamai langkah Siska. "Terus gue gimana?"

"Ya nggak tau."

"Tadi lo suruh gue nunggu."

"Terus lo mau?" tanya Siska yang membuat Belvan berhenti melangkah. Mematung.

Pikirannya berhenti sejenak. Menatap Siska yang sudah berjalan dengan cengo. Akhirnya ia pun memutuskan untuk kembali bolos di banding harus mengejar gadis itu.

Sesampainya di kantor guru, Siska langsung masuk dan menghampiri Pak Rahman. "Bapak nyari saya?"

Pak Rahman menengok kearah Siska bingung. "Kenapa saya nyari kamu?"

"Loh saya nggak tau pak, tadi Kata Belvan-"

"Oh iya, lupa saya, maklum karena kerjaan saya numpuk jadi agak lupa."

"I-iya pak, terus bapak kenapa nyariin saya?" tanya Siska to the point, berharap agar guru itu tidak kebanyakan basa-basi.

"Loh ngapain ya saya manggil kamu?"

Siska menepuk jidatnya pelan. "Pak tadi kat-"

"Oh iya kan saya lupa lagi, aduh efek kebanyakan tugas jadi-"

"Pak, kenapa bapak nyari saya?" tanya Siska lagi.

"Waktu itu kamu saya titipin buku milik kelas Mipa 4 kan?"

Mi HistoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang