"Pengurus inti ada kumpulan," ujar Daffan
"Hari ini?" tanya Siska.
"Iya." Siska meletakkan botol minum yang digenggamnya dan langsung menarik tangan Daffan tanpa aba-aba. "Yuk!"
"Apanya?"
"Rapat lah! kata Lo ada rapat gimana sih."
"Nanti bego!"
Siska hanya menyengir kikuk. Malu rasanya.
____________
Siska saat ini tengah berada di ruang makan dengan beberapa lembar kertas dan juga map yang ada di tangannya, yang beberapa hari ini selalu menemaninya. Kemanapun ia pergi, map itu selalu didekapnya.
Bahkan pada saat ini, saat dimana ia seharusnya makan dengan khidmat bersama keluarganya seperti hari-hari sebelumnya. Tapi ia sedikit terganggu karena dia harus sibuk dengan berkas-berkas yang ada ditangannya.
"Siska makan dulu, dilanjut nanti," tegur Pak Welsen.
"eh, Iya yah." sentak Siska kaget. Ia lantas langsung membereskan lembar kertas itu dan menjadikan satu pada suatu map, lalu ditaruh disebelahnya.
Siska segera mengoleskan selai pada roti tawar lalu memasukkan kedalam mulutnya sembari mengaduk susu yang sudah sedari tadi dihidangkan. Ia melakukan aktivitasnya dengan sedikit terburu-buru.
"Siska pelan-pelan." tegur Pak Welsen lagi.
"Iya yah." jawab Siska tak menuruti.
Bunda Almira yang sudah lelah pun akhirnya ikut membuka suara. "Siska." panggil Bunda Almira mengintimidasi. Membuat Siska menurunkan ritme makan dan minumnya.
"Hehe iya bun."
Sedangkan kedua kakaknya hanya memutar bola mata malas, tak mau ikut campur.
Siska menyelesaikan acara sarapannya terlebih dahulu dan langsung bergegas untuk menuju ke sekolah tak lupa untuk izin kepada kedua orang tuanya.
"Kamu tuh mau kemana kok buru-buru?" tanya Pak Welsen.
Siska menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Hehe, Siska kan sibuk yah."
Bertepatan dengan itu, Chaca melempar tisu bekas kearah Siska, membuat gadis itu bergidik.
"Eww it's so disgusting," ujar Siska dramatis.
"Dih, drama lo." ledek Chaca.
"udah deh, Siska mau berangkat nih yah lagian juga ini nggak kepagian kok."
"Kamu nggak mau nunggu ayah buat berangkat bareng?" tanya Pak Welsen.
"Nggak usah yah, lagipula udah lama Siska nggak berangkat sendiri."
Pak Welsen pun akhirnya menyetujui, dan membiarkan anak gadisnya berangkat sekolah menggunakan mobilnya.
><><><><><
Setelah sampai di sekolahan. Siska berjalan di lorong sekolah sambil memegang berkas ditangannya lalu menaruh di mejanya saat sudah sampai di ruang kelasnya. Ia sempat mengecek ponselnya sebentar lalu memutuskan menuju kantin saat ada anggota osis mengabari dirinya untuk berkumpul di kantin.
Sebelum menuju kantin, Siska memutuskan untuk berbicara pada Vio, matanya tertuju ke meja tepat di belakangnya. Siska langsung mendekati gadis itu tanpa ragu. Sambil membereskan berkas-berkas yang ada dimeja nya.
"Vio, gue ada urusan sama anak osis, ntar kalo gurunya dateng kabarin ya. Tapi kalo gue belom dateng tolong bilangin kalo gue lagi ada urusan," pinta Siska.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mi Historia
Teen Fiction'Memilih'. 1 kata yg mempunyai beribu makna, seperti yg gadis di dalam cerita ini rasakan sekarang, memilih antara 2 laki-laki yang berarti dalam kehidupannya. Bukan dia yang meminta, tapi takdir yang membuat dia harus memilih di antara mereka, ser...