Chapter 4 : A Sign

123 10 0
                                    

Lika-liku jalanan di Kota Vancouver pagi ini tak cukup melelahkan bagi Zack, yang telah terbiasa menyapa jalanan saat dirinya kembali ke rumah setelah berfoya-foya di club. Suara mesin mobilnya mengerang juga membelah jalan menuju pusat perbelanjaan di Vancouver yang terkenal dengan brand fashion ternamanya.

"Kita sudah sampai," Zack meregangkan kedua lengannya santai dan segera melipatnya didepan dada. "Jonas memintamu untuk datang kesini?" tanya wanita disamping Zack dengan lugu. Ia menggeleng kepalanya mantap. "Tidak."

Pria manis itu melangkahkan kakinya pelan menuju hamparan toko yang luas, berbaris rapi juga berhadapan sama besar. Dilihatnya sebuah butik monochrome dengan berbagai woman dresses beraneka warna, dan tertulis "DKNY" dipintu masuknya.

Terbesit dipikiran Zack saat Alice masih terkagum-kagum melihat indahnya berbagai pakaian wanita yang unik, menarik bahkan menantang. Bagaimana jadinya jika Jonas dan Rachel melihat Alice masih berpakaian rumah sakit? Oh, aku akan menjadi bahan olokan baru untuk Joe.

"Alice," Zack menghentikan langkahnya tepat dihadapan butik Marc Jacobs. "Aku harus pergi ke kamar mandi. Tunggu aku dibangku taman didekat pintu masuk, nanti akan aku jemput.". Belum sempat Alice membuka bibirnya untuk menjawab, pria itu sudah berlari menjauhinya. Tak dapat merespon apapun, ia memutuskan untuk menunggu ditempat yang sudah Zack janjikan. Seiring dengan langkah kaki Zack yang tak menentu—menjauhi kamar mandi—matanya mulai mengedarkan pandangan. Mencari beberapa butik pilihannya, dan mulai menjalankan misinya.

Ia telah berhasil melarikan diri dari kecurigaan Alice, dan inilah saatnya. Ia menyiapkan serangkaian kata yang akan ia lontarkan pada setiap butik yang akan berbunyi sama: "Sediakan semua top stuff yang kalian miliki, lalu bawa ke Make Up For Ever store."

Ia memasuki hampir seluruh fashion store ternama yang berbaris rapi disekelilingnya. Tak peduli dengan tanggapan orang-orang yang melihatnya aneh, atau bahkan mendecak sarkastik, ia terus mengunjungi fashion store tersebut hingga seluruhnya telah ia hampiri.

Setibanya di Make Up For Ever store, terlihat beberapa salesgirl yang membawa kantung-kantung besar yang Zack yakini sebagai pesanannya untuk Alice. Ia menghampiri kerumunan wanita-wanita cantik itu sampai seluruh mata tertuju pada paras manisnya.

"Akan kubawa seorang wanita kesini, dan aku harap kalian bisa mengubah tampilannya dengan baik."

Secepat kilat milik Zeus yang disegani, Zack berlari menuju pintu masuk pusat perbelanjaan megah itu. Ia mengedarkan pandangannya kasar, hingga sepasang matanya kembali bertemu dengan paras cantik nan rupawan milik Alice. Tak banyak yang Zack ucapkan, karena ia benar-benar tak sabar ingin melihat transformasi dari Alice.

"Lama sekali, apa Jonas dan Rachel sempat menanyakan keberadaanmu?" Wanita cantik itu berdiri menghadap Zack yang sedang berusaha mengatur napasnya.

"Tidak," harapnya cemas. "Tetapi kau harus ikuti aku, sekarang."

Tanpa berpikir panjang, ia menarik lengan panjang itu berani. Mereka melangkahkan kakinya menuju tempat make up tersebut, yang langsung disambut hangat oleh para pelayannya.

-

Alice memicingkan matanya, butuh waktu sejenak untuknya agar terbiasa oleh pemandangan baru yang tengah dilihatnya kini. Ia melihat berbagai kantung-kantung penuh yang tergeletak dilantai, begitu para pelayan melepas genggamannya. Tak banyak hal yang bisa ia tunjukan, namun Zack akan memberinya banyak hadiah. Sangat banyak.

"Silahkan ikut kami kesini, nona," sapa seorang pelayan bernama Natalie pada Alice. "Apa.. Apa yang akan kau lakukan?" Dengan bodohnya ia bertanya.

HealerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang