Chapter 6 : Zack's Bad Idea

107 7 4
                                    

Malam itu tak berakhir sampai sebuah kecupan.

Zack memutuskan untuk mengundang Joe dan Rachel pada acara makan malam spesial yang telah ia siapkan sebelumnya. Tak bertempat di restoran Korea yang sebelumnya mereka singgahi, namun kali ini ia memilih Italian Restaurant dengan service dan menu yang lezat.

"Apa kau sudah siap?" Suaranya menggema pada seluruh penjuru garasi mobil disaat dirinya memanggil Alice. "Aku sudah selesai dengan mobilnya,"

Langkah Alice terburu-buru menuju garasi mobil yang berjarak cukup jauh dari kamarnya. Sekali lagi, ia mengecek beberapa barang pada tas nya. Untuk menyakini jika ia tak lupa membawa bedak juga lipsticknya.

"Oh, maaf-Bugs menghalangiku untuk pergi,"

Zack menggumam malas, dengan tangan dan kedua matanya yang sibuk mengecek mesin mobilnya. "Ya-" gulp. Ia sangat yakin jika Alice dapat mendengar suaranya saat menelan ludah. Tepat saat ia menoleh, seorang wanita muda menorehkan senyumnya dengan balutan gaun berwarna sapphire blue yang terurai panjang hingga kedua lututnya, juga leher jenjangnya yang terekspos dengan kalung mutiara yang menggantung disana. Riasan wajah yang tipis, lipstick berwarna terang dan brown-haired yang diikat rapi menambah kesan elegan pada tubuhnya. Tak lupa dengan sebuah dompet bertuliskan Gucci dan sepasang high-heels berwarna senada dengan gaunnya. "Alice, kau-"

Kedua sudut bibirnya kembali terangkat. Alice tak dapat menahan kedua sisi pipinya yang semakin memerah disaat pria dihadapannya menatap seksama. "Apa ini terlihat buruk?" Ia menggigit bibir bawahnya ragu.

"Tentu-tentu saja-tidak. Kau tahu," Zack tersenyum kaku dan mulai menopang dagunya dengan punggung jemarinya. "Kau-terlihat cantik."

Alice tak menyadari jika kedua tatapannya semakin dekat hingga kedua lamunannya terpecah-belah oleh telepon masuk pada ponsel Zack.

"Oh-sebentar," ia tersenyum manis pada Alice yang seketika menggerutu dan lebih memilih untuk masuk mobil.

Zack menutup kap mobilnya dan segera mengangkat telepon masuk pada ponselnya. "Ya, aku akan segera kesana, Joe. Tunggu se-"

"Sepertinya kau harus segera bersiap untuk pergi makan malam bersama pelayanmu, Tuan Fletcher?"

Ucapannya terhenti dikala suara serak itu hinggap pada pendengaran Zack. Parau itu tak begitu asing baginya. Ia mengenal baik suara itu karena sebuah alasan.

"Berapa taruhan yang akan anda pasang kali ini, Tuan?"

Bedebah sialan. Pria tegap itu berjalan menuju tempat aman untuk berbicara dengan suara diujung telepon. "Joker," kali ini ia mengatur napasnya sedikit lebih tenang.

"Oh, kabar baik jika Tuan masih mengingat suaraku ini," tawa sarkastik terdengar jelas ditelinga Zack. Seakan dirinya baru saja dipermainkan oleh rival terkuatnya ini.

"Ada apa kau menghubungiku?" Ia menarik ikatan dasi yang telah terikat cukup kuat pada lehernya untuk sedikit bernapas dari ketiadaan oksigen disekelilingnya. "Aku berhenti. Sebaiknya kau tak menghubungiku selamanya."

Ia dapat mendengar tawa Joker yang menggelegar. Menunggu seekor singa dalam diri Zack terbangun dan menyerangnya tanpa ampun. "Begitukah? Betapa indahnya hidup seorang wanita manis yang lugu, dengan seorang pria mapan yang dahulunya tak lebih dari pria penjamah tubuh wanita?"

Seluruh pembuluh darah dalam tubuh Zack mengalir deras. Jantungnya yang berdetak lebih cepat, bulir keringat yang berlomba-lomba turun dari pelipisnya, juga dada yang sesak akan amarah. "Oh, nostalgia memang selalu terdengar indah. Tetapi aku ingin Alice kembali,"

HealerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang