6

2.8K 534 9
                                    

Erni harus tampil cantik sementara tubuhnya masih menahan sakit. Kembalinya mami ke tanah air memaksa mereka memasang wajah ceria menyembunyikan fakta yang telah terjadi. Walaupun Ola tahu jika perbuatannya kali ini akan mendapatkan sanksi dari wanita yang telah menjadikan hidupnya menjadi layak seperti hari ini.

Mereka bekerja sama menutup kesalahan yang terlanjur terjadi, tak perlu ditakutkan pria hidung belang membuka mulut terkait insiden yang tidak mengenakkan selama dua minggu kemarin.

Sebagai loyalitasnya, Ola menggantikan posisi Erni. Sudah tiga malam ini Ola tidak lagi berdiri di meja shift, sebuah kamar layaknya teman-teman yang lain ia menunggu pelanggannya masuk. Wanita itu tidak bersyukur ketika tidak ada laki-laki yang mau menggunakan jasanya. Bagi pelanggan tetap, mereka menilai wanita itu tak pantas menjadi pemuas nafsu karena Ola hanya memiliki wajah yang cantik tidak dengan tubuhnya. Atas bawah rata, itu bukan pemandangan yang menarik untuk dipandang apalagi untuk dinikmati.

"Delapan puluh juta per jam, kamu gila."

Ola tertawa, padahal dia sudah menghitung jika saja ada seorang yang yang menggunakan jasanya selama sepuluh jam bisa dipastikan ia akan menambah koleksi apartemennya.

"Bagaimana kalau mami tahu?"

"Mami tidak akan ngecek sampai ke situ."

Erni tersenyum melihat sahabatnya, Ola sudah membantunya sejauh ini dan mami sama sekali tidak curiga pada posisi mereka saat ini.

"Kamu jangan lupa minum obat, duitku ketahan di sini." percayalah, itu hanya gurauan Ola.

Jika beberapa minggu yang lalu Ola sering menghampiri Erni ke kamarnya kini gantian sahabatnya itu yang mengkhawatirkannya. Wanita itu takut jika ada pria yang mau dan sanggup membayar dengan harga itu untuk mendapatkan pelayanan Ola. Syukurnya pelanggan tetap mereka sangat mengenal sahabatnya, jadi mereka akan berpikir sepuluh kali sebelum membayar.

"Semoga mami belum curiga."

Ola mengaminkan, sebelum hal itu terjadi ia akan berterus terang pada mami. Tapi dia tidak akan melakukan sekarang dikarenakan Erni yang belum pulih, tampilan sahabatnya itu adalah rekayasa seharusnya Erni masih harus beristirahat total.

"Aku ke atas dulu."

Erni mengangguk, melepaskan sahabatnya naik ke lantai tiga sementara ia akan menunggu pelanggan.

Bagi Ola, ini hanyalah dunia tipu-tipu, semua keadaan telah direkayasa oleh manusia. Berbicara tentang harga diri Ola yakin walaupun dirinya berada di tempat paling rendah di mata manusia, ada segelintir orang yang nuraninya telah mati. Jangankan untuk menghargai dirinya sendiri, mereka bahkan berani menghianati ikatan sakral yang telah diikrarkan di hadapan Tuhan. Orang-orang itu adalah para lelaki hidung belang yang tidak hanya menjadi pelanggan di tempatnya bekerja tapi juga tersebar di seluruh tempat khusus untuk mencium kaki wanita yang dianggap hina oleh mereka.

Wanita-wanita itu tidak mengundang, mereka juga tidak menolak ketika pria itu datang. Karena dari nafsu lelaki bejat itu Ola dan teman-temannya melihat secercah kehidupan.

"kamar penuh, aku bisa menggantikanmu. Turunlah."

Ola sudah memutuskan untuk membantu sahabatnya, karena itu dia mengembalikan kata-kata Erni dan menyuruh pria itu membayar cash sebelum menuju ke kamarnya.

"Suruh dia naik, aku sudah menunggu."

"Ola, please. Aku bisa melakukannya sekali ini saja."

Erni masih memaksa agar Ola mengalah, rasanya tidak sudi membiarkan laki-laki menjamah tubuh sahabatnya. Sudah lama Ola vakum, bahkan ia lupa terakhir kali sahabatnya itu melayani laki-laki hidung belang.

"Kita dihargai dengan uang, Erni. Jangan libatkan perasaan saat bekerja " Ola memutuskan sambungan telepon.

Wanita Bertarif Tinggi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang