7

2.9K 581 25
                                    

Siapa laki-laki yang berani membayar Ola, di saat pelanggan tetap memilih pulang jika bookingan full? Sudah dikatakan, Ola bukan primadona di House Beautiful, mungkinkah laki-laki itu tidak perlu tahu bentuk tubuh cukup jenis kelamin saja?

"Apa kabar?" 

suara itu berat dan basah, intonasi yang begitu kuat padahal hanya dua kata yang dilontarkan.

"Baik." harusnya wanita itu menjawab, anda mengenalku? Ola memperhatikan baik-baik pria itu namun tetap tak dikenalinya.

"Benar, kamu baik-baik saja. Bahkan hidupmu sangat bahagia."

Ola tak bisa tersenyum, kata-kata pria itu tak nyaman didengar. Walaupun selama bekerja di sini ia hanya melayani seorang pria bukan berarti ia tidak tahu perangai laki hidung belang. 

"Delapan puluh juta." dikatakan dengan raut sinis merendahkan. "Mau tahu harga premium di Eropa?"

"Anda tidak ingin memulainya?"

"Bukalah," titah pria itu. "Aku ingin melihat seindah apa seonggok daging dibaliknya gaun itu."

Kepalan tangan, menciptakan amarah. Lebih baik tubuhnya dijamah karena ia tak ingin mendengar hinaan pria itu karena pada akhirnya harga diri mereka sama-sama terinjak.

"Kenapa diam?"

"Anda membayar untuk menghinaku?" bahkan mereka belum saling mengenal, dan bukan ini awal yang lumrah antara dirinya dengan pelanggan.

"Aku membelimu, bukan mengakad."

Walaupun menganggap dirinya kotor, mendengar seseorang menghina dengan jelas rasanya cukup sakit. 

"Karena harga delapan puluh juta, kamu merasa suci?"

"Siapa anda?" karena Ola tak pernah memiliki hubungan dengan pria di depannya. Ingatannya masih cukup bagus.

Pria itu mendekat, mengambil sesuatu dari saku celananya dan memberikan kepada Ola.

Arsakha Kaisar Virendra. Ola membaca nama itu dalam hati, nama yang asing. Dia mengenal banyak lelaki tapi tidak tahu sosok yang berdiri di depannya. Erni tidak mengatakan jika pria ini adalah pelanggan baru. Wanita itu tersenyum masam, jangankan Erni dia sendiri tidak mengenal laki-laki yang telah membayarnya.

Sepertinya pria ini tidak akan memulai, Ola harus menuntaskan kecanggungan ini. Waktu terus berjalan, ia hafal kelicikan lelaki.

Melepaskan gaunnya, Ola mengabaikan sorot merendahkan dari pria itu. Gaun itu tergeletak di lantai, sebagian tubuhnya terekspos tapi tatapan Arsakha masih bertahan di wajahnya.

Karena posisi kedua cukup dekat, dengan mudah Ola mengalungkan lengan di leher pria itu. Lebih cepat lebih baik, seperti kata Arsakha dia telah membelinya. Ketika akan menyentuh bibir, Ola memejamkan mata bukan karena menikmati ciuman melainkan pria itu memalingkan wajahnya.

Harusnya Ola tak tersinggung. "Waktu anda tinggal 40 menit lagi." tapi, ia tak bisa menahan amarahnya.

"Kamu pikir aku sudi disentuh oleh wanita sepertimu?"

Apa? "Jadi untuk apa anda membayarku?" lengan itu kembali ke sisi tubuhnya. 

Sorot pria itu masih dingin, menatap manik Ola hingga menghujam jantungnya.

"Aku bisa membelimu, menjadikan budakku sampai ajal merenggut nyawamu."

Ola terdiam. Marah dan takut dua rasa yang mencekam, syukur wanita itu masih bisa mengendalikan diri.

"Aku bisa melakukan apa yang tidak terpikirkan olehmu." 

Ketika Ola mundur satu langkah, Arsakha menahannya dengan kata-kata.

"Keindahanmu semu, hidungku seperti mencium bangkai." 

Lutut Ola lemas, siapa pria di hadapannya? Bagaimana jika Arsakha seorang psikopat?
Wanita itu ingin mengambil gaun yang tergeletak di lantai dan menutup tubuhnya yang mulai terasa dingin karena ketakutan, tapi sekadar bernapas tak bisa dilakukannya.

"Satu jam katamu? Mungkin tak perlu menyiksa, mendengar kata-kataku kamu sudah sekarat."

Wanita Bertarif Tinggi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang