"Uangnya sudah aku transfer Buk, suruh cek sama Riki." Ola sedang menelepon ke kampung.
"Iya. Kenapa banyak sekali? Ibu tidak butuh uang banyak, Riki juga sudah kerja."
"Simpan saja, mana tahu nanti butuh. Kalau ada yang jual tanah, jangan dengerin." tak bosan mengingatkan ibunya, untuk apa beli tanah luas-luas, toh dia tidak akan tinggal di kampung kelahirannya. Untuk Riki lebih dari masa depan telah disiapkan. "Aku tutup Buk." setelah memberikan salam wanita itu menutup teleponnya.
Dari 20 kamar, tersisa empat. Pelanggan akan datang sekitar pukul sepuluh semalam, begitu informasi yang diterima Ola. Ada yang booking tiga jam, ia menunggu para pria itu keluar biasanya ada tip. Setelah gajian, ada uang kecil dengan jumlah banyak, begitu mengesankan bekerja di sini.
"Selamat malam."
Ola melihat lelaki yang baru saja masuk. Orang baru, ia tidak mengenalnya.
Seperti sungkan berbicara, laki-laki itu memperlihat isi chat yang diperkirakan temannya.
"Benar." Ola menjawab dengan senyum ramah. "Anda ingin mendaftar?"
"Saya ingin yang paling bagus."
Semua pekerja di sini bagus, belum ada yang komplain selama ia bekerja. Bahkan beberapa lelaki memilih orang yang sama karena sebaik itu pelayanannya.
"Oke." Ola mengambil list pelanggan. "Atas nama siapa?"
"Joko."
"Ambil berapa jam?"
"Sampai subuh."
Ola tak berhenti menulis, karena sedikitpun tidak kaget mendengarnya. "19 juta." wanita itu melampirkan foto di resi pembayaran. "Kes?"
Lelaki itu memberikan sebuah kartu debit, dengan gesit Ola menggesek dan menyuruh lelaki itu memasukkan pin. Selang lima menit, ia mengembalikan kartu tersebut. Setelah itu mengantar lelaki bernama Joko ke ruangan tunggu. "Pukul sembilan, anda akan masuk ke kamar."
Ola kembali turun. Mondar-mandir di gaji 10 juta perbulan, belum lagi gaji tugas pokok dan tip. Senyum merekah di bibir wanita itu. Mami sangat baik, shift diberikan target apabila bisa menaikkan omset maka akan mendapat persen. Jadi kepuasan pelanggan adalah tanggung jawab bersama.
Perawatan ke klinik ternama, tidak tanggung-tanggung kadang ke luar negeri sekalipun. Harum lembar rupiah memabukkan. Modal tubuh dan kecantikan, mami akan membuatnya mudah.
"Hai Ola."
"Hai." Ola tersenyum pada salah satu pelanggan tetap. Belum waktunya pria itu turun, mungkin ada kepentingan. "Bukan kah masih beberapa jam lagi?"
"Istriku melahirkan."
Ola hanya beroh ria dengan senyumnya.
"Ini." laki-laki itu menyerahkan kartu debitnya. "Persiapan untuk besok malam." karena malam ini harus buru-buru. "Mertua yang telepon tidak enak, hamil terus, bisa bangkrut perusahaanku."
Ola masih dengan senyumnya. Istri bertarung nyawa suaminya menikmati malam di luar dan sudah membayar untuk besok malam seolah yakin besok masih ada jatah umur.
Setelah menggesek, wanita itu mengembalikan kartu tersebut ke pemiliknya.
"Buat kamu."
Ola mengucapkan terimakasih, uang dua juta tidak sedikit.
"Erni untukku besok."
"Siip," jawab Ola. Dipandanginya punggung pria itu, ia berdecih dalam hati. Seorang bayi telah lahir, suaminya bahkan tidak melihat bagaimana sang istri berjuang mempertaruhkan nyawa.
Semuanya semu dan sementara, dia hanya menjadi bagian yang menikmati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita Bertarif Tinggi
ChickLitPelacur tidak punya agama? Kalian tidak tahu, di sini aku diperlakukan layaknya manusia. Meski dibeli, mereka hanya mendapatkan tubuh bukan harga diriku. Siapa kalian yang berani mengatakan aku tidak punya agama?