13

272 37 4
                                    

"Dua kali membayarku tanpa tujuan yang jelas, anda sudah tertarik?"

"Tujuan seperti apa, kamu berharap aku menyentuhmu?" serang Arsakha. "Setelah tahu tentangku, masih berharap seperti itu?"

Senyum sinis Arsakha dilewatkan dengan baik oleh Ola. Wanita itu tak memasukkan ke hati ucapan kakak Juan. Mungkin benar apa yang dipikirkan olehnya, jika pria tersebut memiliki sebuah rencana yang sampai detik ini belum diketahuinya.

"Teman-teman tahu jika anda adalah kakak Juan," kata Ola dengan tujuan memberitahu pria tersebut sama sekali tidak memancing.

"Begitu mudah menyebut namanya, benar kamu sudah melupakan?"

Ola mengerjap, ia mendengar nada benci ketika dirinya menyebut nama adik pria tersebut.

"Aku tidak mengerti maksud anda, sudah kukatakan hubunganku dengan Juan profesional."

Tidak langsung menjawab, sorot itu menilai ekspresi Ola saat berbicara. Sepertinya ia perlu mengatakan maksud dari pertemuan mereka agar wanita itu mengerti dan lebih tahu diri.

"Aku cukup tahu wanita sepertimu."

Masih dengan nada sinis, hanya saja sahabatnya tak setajam tadi.

"Beritahu aku bagaimana cara kalian berpisah." yang ingin didengarkan oleh Arsakha adalah kenyataan versi Ola.

Jika tadi Ola tidak begitu memperhatikan mimik wajah Arsakha, kini wanita itu menelisik dengan teliti benarkah laki-laki tersebut membahas hubungannya dengan Juan? Jika memang benar, apakah ia akan pergi setelah mengetahui semuanya?

"Kamu bahkan tidak bertanya apa-apa." itu bukan sekadar argumen. "Sementara kamu dengannya pernah memiliki hubungan yang tidak pantas."

Ola menelan ludah, kali ini wanita itu pesimis dengan rasa percaya dirinya. Arsakha mengetahui segalanya, benar begitu?

"Seorang pelacur berani membuat pria baik-baik jatuh cinta?"

Ola terdiam, itu tak terdengar seperti sebuah pertanyaan melainkan pernyataan yang cukup tegas seolah memintanya untuk tahu diri.

"Kamu tidak mau tahu dan tidak peduli, masih hidupkah dia?"

Ola sedang berpikir, sejauh mana Arsakha mengetahui tentang hubungannya dengan Juan. Jika beberapa saat yang lalu dia datang untuk melakukan pekerjaannya setelah mendengar pernyataan yang begitu tegas dari pria tersebut tujuannya tak lagi sama. Mungkin ia harus menuntaskan kecurigaan ataupun memberitahu pria tersebut tentang masa lalunya.

"Aku berhak tidak peduli bagaimana pria-pria itu merendahkanmu, tapi aku peduli pada Juan karena dia berurusan dengan wanita serendah kamu."

"Maaf." satu kata itu diharapkan bisa menyelesaikan semuanya. "Wanita sepertiku tentu salah jika mencintai laki-laki."

Ola tidak ingin bertentangan mata dengan pria tersebut. Ia merasa tidak perlu mengenal terlalu dalam setiap pria yang berada di sekitarnya. 

"Bukan hanya salah, kalian tidak ditakdirkan untuk menikmati sebuah rasa yang begitu suci. Kalian telah menjual tubuh dan harga diri, masih adakah yang bernilai dari jiwa kotor itu itu?"

Baiklah, orang seperti Arsakha bukan lawan yang baik. Ola akan mengakhiri pertemuan mereka.

"Aku mencintai Juan, tapi aku tidak pernah menahannya ketika dia mengatakan akan menikah."

Dari tempatnya berdiri Ola bisa melihat pantulan dirinya di cermin milik Arsakha.
Datang sebagai wanita panggilan, dandanan juga atribut yang dikenakan oleh wanita itu terlihat wajar hanya saja dia menyesal telah menyiapkan diri untuk dipakai oleh pria tersebut.

"Hubungan kami selesai pagi itu." Ola tidak mengatakan jika ia akan menunggu Juan kembali, pun dengan kerinduannya yang setiap hari membelenggu hatinya.

"Jika anda tidak percaya, tanyakan teman-teman. Mami juga tahu perihal ini."

Setelah membeberkan kenyataan yang dipendamnya beberapa tahun ini, Ola merasa lega. Setidaknya ada seorang lagi yang mengetahui masa kelamnya, terlebih orang tersebut dari pihak Juan.

"Kamu merasa bersalah?"

Ola menggeleng, rasa itu sebuah anugerah hanya saja posisinya yang salah karena itu ia tidak pernah memberitahu Juan tentang perasaan yang dipendam olehnya.

"Aku mengatakan salah, bukan bersalah." Ola tidak menjelaskan kalimat tersebut, laki-laki sedewasa Arsakha pasti mengerti kata yang sama di dua kalimat yang berbeda.

Jika semua orang memuji kecantikan Ola, tidak dengan Arsakha. Ia membenci wanita itu, setiap mengingat tatapan kebencian Juan kepada wanita yang telah menjadi istrinya.

Wanita itu yang telah membuat Juan berubah dan tidak manusiawi. Adiknya yang bersahaja dan santun telah berubah menjadi seorang pria keras dan kasar. 

"Kami terlahir dari rahim yang mulia." Arsakha tidak memancing kemarahan wanita itu, ia mengatakan hal yang harus dikatakan pada Ola.

Mendengar kalimat itu, Ola merasa seperti sedang ditindas. Karena tujuannya sekarang untuk menyelesaikan dan mengakhiri semua yang bersangkutan dengan Juan dan Arsakha wanita itu tidak membalas kata-kata itu dengan sadis.

Ia tidak tahu dan tidak penasaran bagaimana kehidupan Juan saat ini. Penantiannya sudah terlalu kebal untuk sebuah kata bernama rindu, hingga sebuah tanya yang dianggap penting oleh Arsakha tak terlantar dari bibirnya.

"Wanita sepertimu, terlihat seperti sampah di mata kami."

Arsakha sedang menegaskan kata demi kata untuk menyadarkan seorang Ola. Di matanya wanita itu tampak begitu tenang, sementara dirinya geram melihat ketenangan wanita itu tanpa ia tahu jika sebenarnya Ola sedang menahan amarah pada setiap kalimat yang ditujukan untuknya.

"Aku pelacur." Ola menelan ludahnya. Ini adalah profesi yang dipilih, ia tidak akan malu sekalipun Arsakha meletakkan harga dirinya di kaki.

"Walaupun aku pernah jatuh cinta, aku tidak pernah mengganggu." ini yang perlu ditegaskan oleh Ola. "Anda membayar mahal untuk mendengar permintaan maaf dariku?"

"Kata maafmu tidak penting." karena tidak akan ada yang berubah, yang ada masalah semakin besar bila wanita itu kembali terlibat. "Hanya ada dua kemungkinan, mungkin kamu bisa melakukannya untuk membuat keadaan lebih baik."

Ola tidak mengerti pada kalimat terakhir yang diucapkan oleh Arsakha dan wanita itu tidak ingin bertanya. "Setelah hari ini, apakah anda akan kembali memanggilku?"

Arsakha tersenyum sinis mendengar pertanyaan wanita itu. Walaupun tahu tujuan dari kalimat tanya itu tidak diucapkan dengan rasa penuh percaya diri.

"Kenapa? Gelarmu pelacur." Arsakha menatap tajam wanita yang berdiri di depannya. "Kamu dibayar untuk direndahkan."

Wanita Bertarif Tinggi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang