Ola tidak mau kembali ke apartemen Arsakha, tapi tas-nya berada di tempat pria itu mau tidak mau ia harus menginjak lagi lantai yang telah menumbangkan dirinya.
"Bisa anda pastikan ini yang terakhir kali?"
Arsakha tidak menjawab, karena wanita itu tidak sadarkan diri, terpaksa ia menghubungi mami untuk menambah jam booking tidak tanggung-tanggung uang yang dikeluarkan dalam waktu dua puluh empat jam.
"Jangan berharap banyak, aku membayarmu."
"Aku lebih rela anda menghina tubuhku dari pada mencaci orang tua yang tidak tahu apa-apa."
Senyum sinis Arsakha terbit. "Melihatnya saja jijik, bagaimana aku menyentuhnya?"
Tatapannya masih merendahkan, tak sedikitpun iba padahal karenanya hal buruk baru saja menimpa wanita itu.
"Melihatmu seperti bayangan buruk, tak ada kebaikan padamu." buktinya wanita itu bisa mengubah Juan menjadi laki-laki brengsek tidak tahu cara menghormati istri bahkan campur tangan orang tua tidak cukup.
Ola tidak sakit hati. "Aku pelacur, jadi jangan libatkan masalah pribadi, aku dan Juan sudah lama selesai." wanita itu belum selesai. "Aku bekerja untuk memuaskan nafsu laki-laki, harga diriku untuk itu."
Setelah mengatakan intinya, Ola keluar dari apartemen Arsakha. Ia harus bicara dengan mami, menghadapi pria selicik itu harus pintar. Cukup hari ini laki-laki itu melihat kelemahannya tak akan dibiarkan hal tersebut terulang.
Lebih baik Arsakha menidurinya dari pada melampiaskan emosi pribadi karena itu akan menyiksa batinnya. Ia tak perlu mengatakan jika pria itu adalah orang kedua yang sudah mempermainkan emosinya dan saat ini Ola sedang berusaha keras agar tak larut.
Tubuhnya tak se-lemah tadi, dalam perjalanan pulang ke House Beautiful Ola merenung setiap ucapan Arsakha saat sadar kembali menepis, mau dihina serendah apapun diperlakukan wanita sepertinya layak hidup dan disegani karena uang dari pria hidung belang itu.
"Wow, primadona kita bertempur dengan sengit." Erni tertawa nakal melihat wajah pucat Ola.
Ola tak menyapa rekannya, ia masih ingin istirahat. Dibandingkan rumah sakit ia lebih nyaman berbaring di kamarnya.
"Hampir dua puluh empat jam, wajar!" seru Reni.
Senyum tipis dimaklumi rekannya, mereka sama-sama tahu lelahnya bekerja di luar.
"Mami ada?" tanya Ola dari atas.
Erni mengangguk. "Baru juga pulang, sayang."
Baiklah, ia akan menyimpan tas-nya dulu sebelum bicara dengan mami.
******
"Ada apa Ola?"
"Ada yang ingin kubicarakan." setiap ada hal pribadi ia sedikit sungkan, tapi tidak mungkin juga bertahan dengan keadaan yang disengajakan Arsakha.
"Kamu tahu, Mami tidak suka topik serius."
Ola mengangguk karena mengerti maksud wanita itu. Mungkin ini tidak se-serius yang dipikirkan oleh mami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita Bertarif Tinggi
ChickLitPelacur tidak punya agama? Kalian tidak tahu, di sini aku diperlakukan layaknya manusia. Meski dibeli, mereka hanya mendapatkan tubuh bukan harga diriku. Siapa kalian yang berani mengatakan aku tidak punya agama?