10 • Manthan

3 1 0
                                    

Sedangkan Natha, ia tentu saja memikirkan omongannya tadi, hingga pulang sekolahpun ia tak langsung ke rumah padahal ia sendiri tahu jika keluarganya memerlukannya.

"Natha, apa yang kamu lakuin coba sama Talica! Kamu orang jahat, sia-sia saja bertahan 4 tahun lalu!"

Natha berada di dalam lingkungan taman tepat di dekat ruko samping rumah Talica. Menurutnya hanya taman itu yang bisa membuatnya sedikit tenang.

"Natha, kamu ngapain di sini?" Maya datang sehabis pulang dari rumah Talica hingga menemui Natha di tempat itu. Ia tak sengaja melewati jalan tersebut.

Kakinya mulai melangkah ikut memasuki taman dan menemui Natha di atas ayunan besi. Posisi Maya mendaratkan tubuh pada ayunan kosong yang berada di depan Natha.

"Kamu tau sendiri lah," ungkap Natha dengan wajah agak murung seraya menundukkan pandangan penuh beban.

"Aku juga sekarang gak tau harus ngasih solusi apa selain berpisah."

Mata Natha terbelalak mendengarkan ucapan Maya, tetapi seiring itu, ia harus bisa mengontrol diri juga seolah ia yang menginginkan perpisahan ini.

"Memang. Tapi aku takut kalau sampai Tuhan-nya Talica marah gara-gara aku sakitin dia. Mana tadi dia habis di tampar sama Erika, malah aku putusin."

"Harusnya tadi kamu ngasih Talica waktu dulu, jangan langsung ngomong putus!"

"Ini waktu terakhir aku yang ibu kasih ke aku, jadi mau gak mau harus putus."

Memang sangat sulit bagi Natha melupakan Talica apalagi sudah banyak kenangan yang mereka lakukan. Untung saja Natha sempat memberikan pelukan terakhir dan ucapan terakhirnya.

"Kamu gak mau temuin Talica sekarang?"

"Ngapain? Kan aku udah putus dan gak ada hubungan apa-apa lagi sama dia."

"Sekarang dia nangis dan gak ada orang di rumahnya. Takutnya Talica bikin hal di luar pikiran. Dia tadi juga ngomong, terlalu percaya sama janji palsu itu sakitnya luar biasa."

Tertampar? Iya, Natha bahkan sedikit menyesal melakukan pilihan salahnya itu. Mendengarkan Maya saja bercerita mengenai mantannya membuat hati ikut menangis.

"Nanti juga dia bakalan temuin orang baru." Seakan Natha bodo amat. Ia mulai bangkit setelahnya beranjak meninggalkan Maya begitu saja.

Ia mengambil aerphone dari dalam kantong setelahnya memasangkan itu pada telinga dengan tangan yang di posisikan pada saku jaket.

"Natha, kamu mau ke mana?"

"Pulang atau nyari tempat buat tenangin pikiran."

"Ke Talica dulu!"

"Gak!"

Natha berlari meninggalkan Maya. Ia tak ingin diganggu gugat lagi. Mungkin begini jika ia tengah galau.

***

"Ica, kamu gak ke sekolah hari ini?"

"Mm, kayaknya gak dulu. Ini lagi kurang enak badan."

Maya menghampiri Talica yang langsung saja menerobos masuk, menemukan Talica di dalam kamar berbaring bak tak ada semangat hidup.

"Kamu gak usah terlalu pikirin Natha, aku tau nanti kamu bakalan balikan lagi."

"Mau sampai kapan putus nyambung? Putus yang kali ini berbeda. Ibunya Natha udah serius banget benci sama aku, jadi pasti dia gak ada niatan."

"Ya udah, aku pergi," Maya meninggalkan Talica yang mengambil pilihannya sendiri.

Hingga jelang 3 hari, sehari sebelum pernikahan kakak Natha, Talica memasuki sekolah. Ia merasa pikirannya agak membaik.

Tanpa melirik ke kelas Natha, ia berjalan menuju bangku sebelah Maya setelahnya menidurkan kepala di atas tas miliknya.

"Ica, kamu mau ngapain? Bel udah bunyi!"

Dengan wajah ngantuk Talica, ia berjalan secepat mungkin menuruni anak tangga menuju barisan lapangan, tetapi satu masalah. Badan kecil Talica tak sengaja menabrak pinggiran lengan satu kakak kelas yang juga terburu-buru turun.

"M-maaf, gak sengaja."

"Oh, kamu ya yang mantannya Natha?" Lita, seorang kakak kelas asli bajingan, termasuk haters Talica. Ia anak satu geng Erika.

"Iya, aku mantannya." Talica tak ingin banyak bertele-tele, ia meninggalkan Lita begitu saja.

Sampai dalam barisan, Talica berdempetan dengan Michael, satu kelasnya sendiri. Pria itu termasuk pria teladan dan tertampan bahkan Talica pernah menjadikan Michael crush tapi sayangnya ia sama seperti Natha. Tak seiman.

"Mic, kamu kenal, 'kan sama Lita, yang kakak kelas itu."

"Kenapa dia?"

"Dia ejekin aku kalau aku mantannya Natha." Gosip itu cepat tersebar, jadi wajah jika isu mengenai putusnya Talica dengan Natha cepat viral. Buaya jantan berebut mendapatkannya.

"Jadi kamu sekarang jomblo?"

"Emang kenapa kalau jomblo? Aku putus sama dia karena beda keyakinan." Talica langsung saja menjelaskan itu tanpa basa-basi. Ia tahu Michael juga mencari celah di antara hubungannya.

Barisan itu berlanjut hingga sekitar 15 menit, namun, itu belum berakhir. Masih ada kegiatan selanjutnya yang akan diumumkan oleh guru. Itu sudah menjadi rutinitas sekolah.

"Barisan, saya ambil alih. Alexandria Minatha, Gibran Saputra, Luis, Rivaldi Andra! Menghadap dan berdiri di depan lapangan! Tunjukkan wajah tampang kalian!"

Seketika saja semua mata melirik Natha, sedangkan beberapa teman yang ikut terpanggil maju hanya diabaikan. Mereka sudah biasa mendengarkan nama itu dan itu lagi.

Bukan hanya teman yang tersendak mendengarkan panggilan itu, tapi juga para guru yang mengecap Natha sebagai mhrid teladan. Dugaan mereka salah.

Kini Natha dan beberapa teman lainnya maju menuju tempat yang di tunjuk. Guru yang tadinya memegang mic mulai berkomentar pada Natha terlebih dahulu.

Malunya tidak sedikit bagi Natha, apalagi di depan para teman lainnya. Ketua kok bertampang bajingan.

"Kamu ini! Ketua kelas harusnya memberi contoh baik pada yang lain, malah bolos. Bapak sudah perhatikan selama tiga hari berturut-turut ini kamu bolos di jam ke dua pelajaran! Ada masalah apa?!"

"Berarti Natha udah bolos selama aku gak ke sekolah ya, Michael?" tanya Talica pada Michael dengan wajah agak bingung.

"Iya, dia gabung sama Gibran. Itu sempat aku liat," balas Michael dengan bisikan.

"Hadeh, kasian banget mantan aku," ucap Talica dengan menggeleng sambil mata masih menatap pada keberadaan Natha yang masih di interogasi. Tanpa disadari perkataanya itu justru membuat perbincangan baru.

Mata menoleh ke keberadaan Talica. "Ini pasti ulah kamu, jadinya Natha bolos pelajaran! Sebelum-sebelumnya Natha gak pernah tuh!"

"Apa sangkutannya? Dia itu cuman mantan belaka!"

"Dulu di bangga-banggain panggil Tha-tha, sekarang manggilnya mantan!"

"Iya sekarang aku manggil dia Manthan, identik dengan namanya!"

Sedangkan Natha, ia mengambil banyak waktu unntuk di tanya macam-macam. Beberapa guru saja mendekat bertanya heran terutama wali kelasnya sendiri.

"Ada yang tau Natha kenapa?" tanya wali kelas kepada barisan.

"Dia habis putus, Bu!!" teriak Erika dari barisan XI MIPA 3 membuat semua tertuju padanya. Mungkin saja ini hari kebahagiaan bagi Erika.

"Eh, jangan sok tau kamu!" balas Natha dengan teriakan balik. Ia tak terima dipermalukan lagi.

"Lah, emang benar kamu habis putus sama cicak!"

"Talica! Bukan cicak!" Talica ikut melerai perbincangan lempar teriakan itu. Siapa yang terima di hina.

Kita Beda TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang