08 | Kebersamaan kecil

192 17 8
                                    

"Bercabang dua yang saling bertentangan seperti mencintai dan membenci orang yang sama."

[1889 kata :)]

_Lighting up your world_

Lelah rasanya melakukan hal ini setiap bangun dari tidur. Rasa mual yang terasa sangat membuncah dan ingin dikeluarkan. Fisya masih tersungkur di depan closet setelah menuntaskan rasa mualnya. Dia mengusap permukaan wajah yang basah dengan lengan sambil berusaha untuk berdiri tegak.

Menapaki ubin dengan kaki telanjang terasa begitu dingin, dia bahkan tidak sempat memakai sendal tidurnya.
Mata gadis itu kini menatap pantulan dirinya yang semakin tirus dan pucat. Terlihat berusaha biasa saja sambil menekan pipi dengan kedua tangan kecilnya, dia tersenyum.

"Dirga semalem gak papa 'kan ya?"

Betapa terkejutnya Fisya saat pria itu berteriak bagai orang yang sedang liat hantu. bentar? Hantu? Astagaaa! Kesekian kalinya dia lupa kalau sekarang sedang cosplayer hantu Jepang. Seketika Fisya langsung menepuk jidatnya amat keras dan langsung sembunyi di belakang tirai tanpa menutup jendelanya kembali.

Entah apa yang terjadi pada pria itu rasanya pengen menghilang dari bumi aja. Mengintip pelan ke arah sebrang dan pria itu tidak berada disana lagi. Rasa lega sedikit timbul, berbarengan dengan rasa bersalahnya juga. Eh tapi, pria itu takut hantu? Seketika otak kecil yang tidak pernah berpikir itu seakan-akan mendapat cahaya ilahi.

"Berarti Fisya punya bahan buat jailin Dirga dong?"

Fisya terkekeh sendirian di depan cermin sambil membayangkan wajah ketakutan Dirga yang membuatnya puas. Seketika ada ide lain yang nyangkut dalam saraf-saraf otaknya, bagaimana jika dia menyuruh semua teman-temannya untuk berpakaian seperti hantu dan meninggalkan mereka berdua? Setelah itu dia akan bersikap seperti superhero dan memeluk pria itu seperti orang yang tidak pernah takut hantu? Fisya bertepuk tangan dan membanggakan dirinya sendiri di depan cermin.

Suara alarm menggelegar keseluruh ruangan tanpa dosa. Pria yang tertidur di lantai tanpa sengaja itu lantas terbangun perlahan. Cahaya matahari seketika menyorotnya dari bilah jendela yang sepertinya tidak tertutup dari semalam.

Dia menyentuh rasa sakit di bagian belakang kepalanya dan sedikit mendapat kesadaran, kenapa dia tidur di lantai?

"Lo kok bobo di lantai Dir?"

Dirga terkejut dan mengangkat kepalanya untuk melihat entitas si empu, kemudian menghela nafasnya gusar. Haikal terlihat nyaman terbaring di ranjangnya sambil melihat Dirga dengan muka bantal.

"Tidur lu meliuk-liuk kaya belut, gue mau tidur dimana?" sungut Dirga membuat Haikal tertawa kecil.

"Itu jendela gak lu tutup semalaman?"

Dirga melirik jendela tersebut dengan alis yang berkerut sempurna, "Gak tau, gue lupa kayaknya."

"Idih pantes ada nyamuk dumbo gigit bokong gue anjir!"

"Boxer gue lu pake lagi nying!"

"Hehe sorry, gue suka Hulk soalnya," kekehnya tanpa dosa membuat Dirga geleng-geleng kepala.

Haikal bangkit dari posisi kemudian menunjuk jendela di hadapannya,
"Kata nenek gue kalo punya jendela di kamar itu mesti di kasih gorden sama tutup tuh jendelanya kalo mau tidur. Kalo ada setan nongol 'kan berabe, apalagi maling. Ihhhhh!"

Dirga termenung sejenak, setan? Apa mungkin semalam dia melihat sesuatu yang tidak nyata itu? Tapi kenapa dia tidak mengingat apapun? Pingsan, mungkin ini penyebab kenapa dia bisa tertidur di lantai.

Lighting Up Your World [Slow-up]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang