Prolog

48.3K 9.5K 3.8K
                                    

Assalamualaikum

Annyeong, Besstiieeee

Kalian baca cerita ini dapet darimana?

Siap ter-Malvin-Malvin?

Ramein Vote dan Komen yaaa

-Happy Reading-

-Happy Reading-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

Bel masuk sekolah sudah berbunyi dari lima menit yang lalu, seperti biasa, lima menit sebelum bel masuk berbunyi, Valda sudah duduk di kursi yang disediakan didepan gerbang untuk mencatati nama siswa yang terlambat.

Ia tidak sendiri, tentunya ada Bara - Ketua Osis SMA Pancasila yang cool, cuek, dingin, dan di idam-idamkan banyak kaum hawa. Kecuali Valda.

"Pagi, calon pacar," sapa Reza, atau lebih akrab dipanggil Eja. Teman sekelasnya yang hampir setiap hari masuk buku catatan siswa yang terlambat.

Tidak hanya Eja, dibelakangnya juga ada Revan. Ya, mereka berdua memang satu paket, bedanya, Revan sedikit lebih baik dari Eja karena dia tidak playboy.

"Lo nggak perlu nanyain nama gue kan, Val?" Tanya Revan.

"Nggak, jangankan gue, buku catetan gue aja udah bosen kali tiap hari harus ditulisi nama kalian berdua." Valda memutar bola matanya jengah sambil mencatat nama Eja dan Revan di buku catatannya.

"Bertiga, sama Malvin," sahut Eja membuat Valda mendongak, mencari sosok Malvin, laki-laki yang tak kalah malas dari dua orang didepannya.

"Mana si Malvin?" Tanya Valda.

"Cie, nyariin Malvin." Eja mencolek dagu Valda, membuat sang empunya mendelik tak terima, begitupun dengan Bara.

"Nggak sopan," cibir Bara dengan nada pelan.

"Helehh, kaya lo nggak pernah gandeng-gandeng tangan Valda tanpa izin aja, dasar Kutub." Bukan Eja namanya jika tidak melawan Bara, ia memang terlihat seperti ada dendam pribadi dengan Ketua OSIS nya itu.

"Gue sama Valda cuma rekan OSIS."

"Harus banget Ketua dan Sekretaris OSIS kalo mau rapat gandeng-gandengan? Agak aneh, yak gess yakk?" Eja tersenyum smirk, ia baru ingin melangkah memasuki gerbang, tetapi tas punggungnya keburu ditarik oleh Valda.

Malvin, Eja dan Revan memang tidak pernah memarkirkan motornya di parkiran sekolah, ya karena kebiasaan mereka yang selalu terlambat.

MALVIN [TIDAK DILANJUT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang