Bab 19

5.9K 1.8K 1K
                                    

Hallo, long time no see.

Aku kembali setelah sekian lama menggantung cerita ini, hehe.
Semoga masih ada yang mau baca yaa..

Jangan lupa bantu vote komen
Kedepan insyaallah aku bakal lebih rajin update.

Kalau lupa sama alurnya, kalian bisa baca ulang bab sebelumnya  ya.

- Happy Reading -


•••

"Hooh, gue aduin lo ke Tuhan," timpal Eja.

"Emang lo deket sama Tuhan?" Bukan Malvin namanya kalau mulutnya asal ceplos tanpa filter.

"Liat, liat, mukanya si Malvin polos banget kaya nggak ada noda." Eja memicingkan matanya, menunjuk-nunjuk wajah Malvin yang sedang cengengesan seperti tidak ada dosa.

"Nggak ada lah, gue cuci muka pake soklin." Malvin menaik-turunkan alisnya.

"Oh, kirain pake beklin."

"Nggak ah, takut kebersihan. Ntar kalo dosa gue abis, lo nggak ada saingan." Malvin duduk di sebelah Shea, perempuan yang sedari tadi hanya diam sambil celingukan mendengarkan teman-temannya bercerita.

"Shea," panggilnya dengan nada bicara yang lembut.

"Iya, kenapa?" Shea balik bertanya.

"Lo tau nggak, kalo bohong itu dosa?"

Shea mengangguk cepat, membuat Eja dan Ajeng panik gelagapan. Pasalnya Shea ini anaknya tidak bisa diajak bekerjasama untuk berbohong. Antara terlalu jujur dan terlalu polos memang beda tipis.

"Lo mau dapet dosa nggak?"

"Enggak lah."

"Oke, jadi tadi Eja sama Ajeng lagi ngomongin siapa?" tanya Malvin sembari menutup-nutupi wajah Eja dan Ajeng dengan buku tulis di meja Shea, menghalangi keduanya agar tidak menghasut anak polos itu.

"Ngomongin Malvin sama Valda, katanya kalian berdua makin deket," balasnya jujur.

"Terus kenapa? Lo nggak terima?"

"Shea nggak ikut-ikutan, cuma dengerin aja."

"Apa aja  yang lo denger?"

"Katanya Malvin sama Valda makin deket aja, mereka udah pacaran yah? Terus katanya Eja nggak tau, kata Ajeng juga Valda itu terlalu tertutup, terus kata Eja, Valda itu terbukanya kalo lagi mandi aja, terus--"

"Ya, nggak usah lo ceritain semuanya juga, Shea!" potong Ajeng dengan kedua tangan yang sudah ditahan oleh Eja agar tidak kelepasan baku hantam dengan Shea.

"Sabar, Jeng, sabar, sama anak kecil harus ngalah," ujar Eja.

"Curiga gue, ini si Shea masuk SMA hasil nyogok kayaknya."

"Ih, nggak boleh fitnah, Ajeng. Shea nggak nyogok kok, Bunda cuma ngasih amplop cokelat aja sama Pak Kepala Sekolah," balasnya semakin membuat Ajeng naik darah.

"Iya, kaga nyogok. Terus amplop cokelat yang Bunda lo kasih isinya apaan kalo bukan duit? Surat yasin? Atau surat Ar-Rahman?" Ajeng keluar kelas, menjauhi Shea agar dirinya tidak kelepasan menjambak kucir kuda teman polosnya itu.

MALVIN [TIDAK DILANJUT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang