Bab 13

11.1K 3.2K 1.2K
                                    

Yoboseyoooooooo

Konsisten spam komennya!!!

Vote nya jangan lupaa!!

Lopyu sekebon sama tukang kebonnya💜

- Happy Reading -

Selama perjalanan pulang, senyum Valda tidak pernah luntur. Meskipun ia senyum-senyum sambil memandang ke arah jalanan, tetapi bukan berarti Jerry tak mengetahui kelakuan anaknya itu.

Hal sederhana yang mampu membuat Valda senyum-senyum tidak kelas, tak jauh-jauh dari kelakuan random seorang Malvin.

"Pi," panggilnya.

"Hm?"

"Menurut Papi, Malvin gimana? Dia seru kan?"

Jerry mengangguk-anggukkan kepalanya, pandangannya tetap fokus ke arah jalanan, "seru, dia gampang berbaur sama orang baru, dan--"

"Moodboster," sambung Valda antusias.

"Papi tau nggak sih, di kelas tuh Malvin jadi moodboster nya banyak orang, dia selalu ada aja bahan lawakannya tiap hari. Intinya dia tuh nggak pernah diem, guru-guru aja sampe hafal sama kelakuan dia."

"Terus ya, Pi, dia jadi ketua kelas tuh unik. Tegas, tanggung jawab dan amanah pada porsinya. Meskipun temen deket dia cuma Eja sama Revan, tapi dia nggak pilih kasih sama temen sekelasnya. Kalo ada lomba classmeeting gitu dia selalu bagi tugasnya adil, nggak cuma prioritasin temen deketnya aja."

Jerry heran mengapa anaknya begitu antusias bercerita tentang Malvin, padahal sebelumnya dia yang bertanya, sekarang malah dia juga yang menjawabnya dengan panjang lebar.

"Intinya Malvin tuh unik, pantes kalo dia disegani, disuka banyak orang--"

"Termasuk kamu?" Tanya Jerry memotong perkataan Valda.

"Hm?" Valda balik bertanya dengan wajah cengonya, sepertinya ia baru sadar kalau barusan ia memuji-muji Malvin didepan Papinya sendiri.

"Banyak yang suka sama Malvin, termasuk kamu?" Ulang Papinya.

Valda menggaruk belakang kepalanya sendiri, "ya-- Valda suka kepribadian dia."

"Yakin cuma kepribadiannya? Bukan orangnya?" Jerry menaikkan sebelah alisnya, menatap anaknya dengan intens.

Hal itu sontak membuat Valda kikuk dan salah tingkah.

"Emang dibolehin?" Lagi-lagi Valda balik bertanya.

"Dibolehin apa?"

"Kalo Valda suka sama Malvin?"

Ayah dari satu anak itu menoleh sekilas, "suka orangnya apa suka kepribadiannya aja?"

"Dua-duanya, boleh?

Ah, percakapan ini penuh dengan tanda tanya.
Valda jadi canggung dan ingin segera sampai di rumahnya, lari menaiki tangga dan sembunyi di balik selimut.

"Sebagai temen kan? Kalo sebagai temen Papi bolehin."

Valda diam. Jawaban Papinya sudah bagus, tapi entah mengapa ia kurang puas.

MALVIN [TIDAK DILANJUT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang