Bab 10

12.6K 3.6K 2.4K
                                    

Hallooo sobatt sopiiiiii

Besok-besok kalo komennya udh sampe target, tag di Ig yaaa, soalnya aku jarang ngecek Wp.

- Happy Reading -

"Jadi nunggu motor lo dibenerin, atau pesen taksi?" Tanya Valda.

"Pesen taksi, benerin motor gue mah lama. Yang ada lo berubah jadi vampir karena kepanasan."

Tak lama setelah martabak pesanan mereka jadi, taksi yang Malvin pesan pun sudah datang. Motornya ia percayakan pada orang kepercayaan Mamanya, toh kalo dicuri, biar Mamanya saja yang baku hantam.

Keheningan terjadi di dalam taksi, memang pada dasarnya Valda irit bicara, ditambah ia masih canggung dengan Malvin, meskipun laki-laki itu memang dikenal banyak omong dan pencair suasana.

Mau secerewet apapun seseorang, kalau lawan bicaranya pendiem ya akan tetap terjadi suasana krik krik.

"Rumah lo masih sama kan?" Tanya Malvin basa-basi.

"Masih lah, gabut bener gue gonta-ganti rumah."

"Ohya, kan nanti pindah rumahnya kalo udah sama gue." Malvin menaik-turunkan alisnya, mencoba mencairkan suasana dengan menggoda Valda.

"Ngapain?" Valda memicingkan kedua matanya.

"Ya, kan nanti serumah sama gue," balas Malvin mengpede.

"Idih, darah tinggi gue serumah sama lo."

Malvin mencebikkan bibirnya, "kayaknya lo salah deh."

"Salah apa?" Tanya Valda.

"Salah satu tujuan hidup gue."

Valda menautkan kedua alisnya, menahan kedua sudut bibirnya untuk tidak tersenyum karena gombalan buaya darat didepannya.

"Kalo mau senyum mah senyum aja, segala sesuatu yang ditahan itu nggak baik."

"Apasih? Nggak jelas." Valda melipat kedua tangannya didepan dada, ia memalingkan wajahnya menjadi menatap ke arah jalanan.

"Val," panggil Malvin.

"Hm."

"Ngadep sini dulu."

"Apa?" Sahutnya tidak santai.

"Tau gak persamaan lo sama angka seratus?"

"Nggak."

"Mau dikasih tau nggak?"

"Apa?"

"Sama-sama pengin cepet-cepet gue tunjukin ke Bunda."

"Emang lo pernah dapet seratus?" Tanya Valda meragukan.

"Nggak penting dapet seratus mah, yang penting dapetin hati lo." Malvin tersenyum puas melihat kedua pipi Valda yang bersemu merah.

"Sudah sampai, Mas, gombalnya dilanjut besok lagi."

Dua remaja yang sedang senyum-senyum tidak jelas itu langsung menetralkan raut wajahnya begitu taksi yang mereka tumpangi sudah sampai di depan rumah Valda.

"Eh si Bapak mah nggak pake aba-aba dulu, kan senyum bidadari jadi luntur."

Valda hanya geleng-geleng kepala, melihat tingkah Malvin yang tidak ada habisnya membuat ia senyum-senyum tidak jelas. Ia buru-buru turun dari taksi, daripada harus lama-lama digombali.

"Perlu gue anter sampe dalem rumah nggak?" Tanya Malvin, ia masih di dalam mobil dan hanya menurunkan kaca mobilnya.

"Nggak perlu, sampe sini aja, thanks udah nganterin."

MALVIN [TIDAK DILANJUT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang